Dokter Hantu yang Mempesona

Cinta Ayah yang Tidak Tercapai



Cinta Ayah yang Tidak Tercapai

2Serigala Abu-abu membawa Pak Tua Putih untuk bersiap pada tengah malam dan tidak kembali sedangkan Feng Jiu dan yang lainnya pergi tidur lebih awal. Keesokan paginya, Duan Yingying tahu bahwa mereka akan pergi jadi dia bangun lebih awal dan memasak bubur serta beberapa hidangan untuk sarapan mereka.     

Ketika dia mengantar mereka pergi, dia memberikan sebungkus makanan kering pada Feng Jiu dan berkata, "Kamu bisa memakannya di jalan karena makanan ini bisa disimpan selama beberapa hari. Aku juga membuatkan dendeng untukmu." Suaranya telah pulih sepenuhnya. Dia tidak lagi bisu. Suaranya terdengar menenangkan di telinga.     

"Yingying, kamu sangat mengenalku. Terima kasih." Setelah Feng Jiu mengambil bungkusan makanan tersebut, dia tersenyum dan memeluknya sejenak.     

Duan Yingying menundukkan kepalanya karena malu dan mengangguk. "Kamu harus menjaga dirimu dengan baik. Jika... jika ada kesempatan di masa depan, maka aku sangat berharap bisa bertemu denganmu lagi."     

"Nah, aku pasti akan datang menemuimu jika aku melewati kota ini kelak tapi kamu harus ingat apa yang kukatakan. Kamu harus waspada bahkan terhadap anggota keluargamu sendiri. Adik perempuanmu bukanlah orang yang baik, jadi kamu harus melindungi diri darinya dan belajar membela diri." Dia mengingatkan Duan Yingying dengan gelisah.     

"Jangan khawatir. Aku akan melakukannya."     

"Baiklah kalau begitu, kita akan pergi," ucap Feng Jiu. Xuanyuan Mo Ze mengangguk dan mereka segera keluar dari halaman dalam. Beberapa saat kemudian, mereka menghilang ketika hari sudah pagi…     

Pada siang hari, Penguasa Kota terkejut karena ayahnya telah bangun. Dia melihat bahwa tidak ada pergerakan di halaman, jadi dia memutuskan untuk pergi dan memeriksanya. Tanpa diduga, ketika dia masuk ke halaman, dia melihat putri sulungnya sedang memangkas bunga dan tanaman sedangkan Bunga Tujuh Warna yang Indah sudah tidak ada.     

Dia buru-buru bertanya dengan kaget. "Di mana tanaman obat itu?"     

Duan Yingying menatapnya sejenak. Dia pun merenung sambil menuju ke tempat yang ditunjuk ayahnya. Kemudian, dia melihat ke bawah dan mengambil selembar kertas serta pena kuas dari karung kosmos untuk menulis. "Feng Jiu menggali tanaman obat itu dan mengambilnya. Mereka pergi sebelum matahari terbit."     

Penguasa Kota sangat marah setelah dia membacanya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa mereka akan pergi?" Ketika dia mengingat apa yang terjadi semalam, salah satu anak buahnya telah melaporkan bahwa seseorang dari kelompok Feng Jiu telah membawa kudanya keluar dari istana. Tapi dia tidak memikirkan apa-apa saat itu. Sekarang setelah dia memikirkannya kembali, mereka pasti telah berencana untuk pergi.     

Duan Yingying menunduk dan raut wajahnya menunjukkan seolah-olah dia tidak tahu apa yang dikatakan ayahnya. Wajah Penguasa Kota menjadi semakin kesal. Dia mengambil kertas dan pena kuas di tangan Duan Yingying lalu menulis. "Apakah dia meninggalkan instruksi sebelum pergi?"     

"Feng Jiu berkata bahwa kesehatan Kakek akan baik-baik saja selama beliau menjaga diri. Dia tidak mengatakan apa-apa selain itu." Duan Yingying menulis di kertas dan berdiri di sana tanpa mendongak.     

Ketika Penguasa Kota Duan melihat putrinya, dia merasa agak jijik tanpa alasan yang jelas. Gadis ini terlahir tuli dan bisu, rasanya akan sangat memalukan jika berita ini menyebar ke dunia luar. Sementara Feng Jiu dan yang lainnya tinggal di halaman ini. Dia tidak membantu mengawasi mereka dan memberitahu ayahnya tentang berita apa pun. Dia membuang-buang tempat dan tidak berguna.     

Sekarang Feng Jiu dan yang lainnya telah pergi sementara putra tertuanya masih belum kembali, Penguasa Kota Duan ingin memanfaatkan kesempatan ini dan menikahkan putrinya!     

Dia berpikir diam-diam sambil menatap putri sulungnya yang sedang menunduk. Kemudian, dia akhirnya berbalik badan dan berjalan keluar.     

Setelah ayahnya pergi, Duan Yingying mengangkat kepalanya dan menyaksikan sosok yang pergi dengan tenang. Meskipun dia terlihat normal, namun jauh di lubuk hatinya dia merasa kesal.     

Dia ingin menjadi seperti adik perempuannya, dia ingin dicintai oleh ayahnya. Dia ingin ayahnya menyentuh kepalanya sehingga dia bisa merasakan cintanya. Dia benar-benar ingin melihat ayahnya tersenyum padanya dengan kekaguman dan menatapnya dengan penuh cinta…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.