Wang Yan V.S Ying Xiaoxiao
Wang Yan V.S Ying Xiaoxiao
Di bawah pandangan banyak orang di sana, Wang Yan perlahan-lahan mendongak dan menatap ke sosok wanita langsing serta tinggi di hadapannya. Riak-riak emosi bermunculan di dalam matanya yang acuh, sedangkan ekspresi campur aduk juga terlihat di wajah datar miliknya.
"Kau selalu tenang dan berkepala dingin sejak kecil. Tak kusangka kau tidak berubah setelah bertahun-tahun berlalu." Wang Yan berkata dengan suara serak.
"Sedangkan kau, di sisi yang berbeda, sudah berubah banyak, Kak Wang Yan." Ying Xiaoxiao menjawab dengan suara lembut. Dia menatap ke arah wajah Wang Yan yang kini babak belur, padahal sebenarnya sosok itu masih muda.
Wang Yan tersenyum samar dan terdiam sesaat sebelum kembali membalas, "Karena kau sangat pintar, kau pasti sudah menebak alasanku kembali. Kau tahu siapa aku. Saat kita berduel nanti, aku tidak akan memperlihatkan belas kasihan…"
Dada Ying Xiaoxiao naik turun saat dia menghirup udara yang dingin dan menyejukkan. Mata cerahnya lantas menatap lurus ke arah Wang Yan dan berkata, "Kak Wang Yan juga tahu betul aku seperti apa."
Walaupun Ying Xiaoxiao tidak menjelaskan, tapi dia tahu kalau Wang Yan memahami maksud di balik kata-katanya. Jejak kegelapan terpancar dari sepasang mata acuh di sana, lalu Wang Yan menggelengkan kepalanya. "Suatu hari nanti, aku akan membayar jasa Sekte Dao dengan nyawaku."
Ying Xiaoxiao menghela napas dan menolak berbicara lebih jauh. Wang Yan sekarang sudah sangat salah dalam berprasangka, sehingga segala macam nasehat tak akan bisa membuatnya tersadar. Kalau demikian, satu-satunya jalan yang tersisa adalah membuatnya sadar melalui duel.
"Kak Wang Yan, majulah."
Saat ditatap dengan sorot cerah oleh Ying Xiaoxiao, Wang Yan perlahan-lahan mengepalkan tangannya. Sesaat kemudian, kegelapan di matanya berangsur-angsur lenyap dan sorot acuhnya kembali muncul di sana.
Di luar arena, tangan Ying Huanhuan yang bagai giok itu tanpa sadar terkepal erat. Bibirnya mengatup bersama ketika dia menatap ke arah dua orang yang saling berhadapan di arena. Tak beberapa lama, senyum sedih terukir di bibirnya. Pemandangan di depan matanya adalah sesuatu yang tak ingin dilihat oleh siapapun…
Di tempat duduk di platform tinggi, pandangan Ying Xuanzi terlihat dalam dan tidak berdasar ketika menatap ke arena. Pria itu samar-samar memejamkan mata dan mengayunkan tangannya sambil menghela napas.
Saat melihat gerakan Ying Xuanzi, barulah seorang sesepuh di arena menganggukkan kepalanya. Dia lantas mendadak mengayunkan tangannya dan berseru, "Duel dimulai!"
"Dhuaar!"
Dua Yuan Power tanpa batas dan meluap-luap seolah muncul dalam waktu yang sama dari dalam sosok dua murid tersebut. Tingkat kekuatan Yuan Power di sana bahkan membuat ekspresi murid-murid langsung yang kuat dari empat aula berubah. Kekuatannya adalah Tingkat Nirvana Yuan Sembilan, puncak Tingkat Nirvana. Kekuatan pada level itu memang sangat mendalam dan tak bisa diukur.
"Swuush!"
Tangan Ying Xiaoxiao yang seperti giok kini mengepal, kemudian Green Peak Sword berukuran satu meter serta dibalut cahaya hijau sontak muncul di sana. Sorot dingin menyelimuti sepasang mata Ying Xiaoxiao yang cerah dan indah. Sosoknya lantas berubah menjadi cahaya buram dan bergegas maju.
Sosok Ying Xiaoxiao yang menyerupai cahaya buram itu bergerak seperti bola petir dan seketika muncul di hadapan Wang Yan dengan secepat kilat. Green Peak Sword yang tajam akhirnya diayunkan dan lengkungan ganas muncul ketika pedang itu ditusukkan ke depan Wang Yan.
Saat serangan Ying Xiaoxiao hampir mengenai targetnya, Wang Yan mendadak bergerak. Seketika itu juga, aura dingin menyeruak dari badan pria tersebut. Wang Yan menunjuk dengan dua jarinya tanpa aba-aba, lantas meraih dan menjepit Green Peak Sword yang mengarah padanya secara langsung.
"Chi!"
Pedang yang mengayun cepat dan ganas, serta hanya berjarak beberapa inci dari dahi Wang Yan saat ini mendadak membeku. Pria itu melangkah maju, lalu jarinya menjalar pada bilah Green Peak Sword. Bagai ular berbisa, jarinya itu menusuk ke arah tangan Ying Xiaoxiao yang sedang menggenggam pedang.
Mata Ying Xiaoxiao berkedut saat merasakan energi mengerikan dalam jari-jari Wang Yan. Wanita itu langsung menarik tangannya, dan permukaan pedang panjang miliknya mengeluarkan cahaya hijau menyilaukan. Tak lama kemudian, suaranya yang jernih dan dingin terdengar.
"Heavenly Stars Three Flowers Sword!"
"Chi! Chi! Chi!"
Cahaya hijau itu mendesing dan seketika berubah menjadi tiga bunga pedang. Di dalam bunga-bunga pedang, terdapat banyak sekali kilau-kilau pedang yang dikerahkan bergantian. Sebagai akibatnya, kekuatan penghancur yang sangat kuat menyebar ke depan.
Mata Lin Dong membeku ketika tiga bunga pedang itu muncul. Pemuda itu mampu merasakan nuansa berbahaya dari bunga pedang tersebut. Apabila seorang praktisi Tingkat Nirvana Yuan Delapan sampai terkena serangan itu, pasti dia akan menderita luka-luka parah. Sepertinya memang benar kalau Ying Xiaoxiao dianggap sebagai murid nomor satu di antara generasi muda di Sekte Dao.
Ketika menghadapi serangan kuat Ying Xiaoxiao, Wang Yan sama sekali tidak lengah. Dia mundur dua langkah. Tangannya terkepal dan greatsword hitam di punggungnya terlontar, kemudian mendarat di tangannya.
"Black Demon Slash!"
Sambil menggenggam greatsword hitam di tangannya, raut Wang Yan tetap terlihat acuh. Tanpa menggunakan teknik pedang yang terlalu mencolok, Yuan Power tanpa batas meluap-luap hebat dari badannya. Sebuah sabetan diarahkan dengan beringas.
"Xiu!"
Kilau pedang hitam raksasa menyembur dari ujung pedang Wang Yan bagai air terjun. Serangan itu membelah udara dan menghantam keras pada tiga bunga pedang yang menawan di sana!
"Dhuaar!"
Ledakan bernada rendah dan dalam terdengar di udara saat kilau-kilau hitam serta hijau itu meledak. Kilau-kilau pedang yang teramat cepat dan ganas di sana seolah kehilangan kendali dan menghunjam ganas seperti hujan deras. Serangan itu langsung menebas seluruh arena dan membuat tempat di sana dipenuhi dengan goresan serta lubang-lubang.
Sebuah fragmen kilau pedang itu melintas cepat pada wajah Wang Yan dan menyebabkan bekas berdarah di sana. Tanpa mengedipkan mata, pria itu menjulurkan lidahnya dan menjilat bekas darah yang muncul. Sikap itu membuat Wang Yan terlihat beringas.
"Dhuaar!"
Sosok Wang Yan kembali bergerak. Greatsword di tangannya membentuk lengkungan ganas dan mengerikan di udara—yang pada akhirnya menyelimuti Ying Xiaoxiao seiring menuju titik vital wanita tersebut. Serangan Wang Yan sangat berbeda dengan Ying Xiaoxiao. Tingkat keganasan dan kekerasan serangannya dipenuhi dengan sensasi kekejaman. Rupanya, hidup Wang Yan yang dipenuhi suasana genting selama beberapa tahun terakhir sudah mengasah kemampuan tempurnya yang ganas.
Saat menghadapi serangan ganas Wang Yan, Ying Xiaoxiao tak mengalah sedikit pun. Yuan Power Tingkat Nirvana Yuan Sembilan yang dahsyat dikerahkan sepenuhnya dari dalam dirinya. Kilau pedang yang memenuhi langit dikeluarkan dari Green Peak Sword, pedang sepanjang satu meter, dan dihempaskan keras pada greatsword Wang Yan.
"Klang! Klang!"
Dua sosok itu saling beradu di arena bagai hantu, sementara pedang keduanya saling menyerang. Percikan-percikan bermunculan dan menyebar ke sekitar. Sebagai akibatnya, Qi pedang menebas seluruh arena sampai akhirnya arena jadi kacau.
Berpasang-pasang mata terpaku pada dua sosok hantu di arena. Qi pedang yang mengayun cepat dan ganas di sana membuat kulit kepala banyak orang terasa kebas. Mereka tahu seandainya mereka bertukar tempat dengan dua sosok di sana, kemungkinan mereka sudah teriris menjadi banyak potongan oleh Qi pedang tersebut…
"Benar-benar Qi pedang yang kuat dan ganas…"
Di area di mana murid-murid Aula Desolate berada, Pang Tong dan para praktisi lainnya bergumam sambil menatap terperangah ke arena di mana dua murid itu berduel.
"Sesuai reputasinya, kakak seperguruan Ying Xiaoxiao memang hebat! Kekuatannya memang sangat besar, bahkan Kak Wang Yan sampai tidak bisa mengalahkannya. Dik Lin Dong, jika melihat duel ini, menurutmu siapa yang punya kesempatan menang lebih besar?" Fang Yun bertanya sambil tersenyum usai berseru kagum.
Lin Dong mengernyitkan alisnya dan samar-samar menggelengkan kepalanya. Dia tidak membuat keputusan. Namun, terdapat sorot khawatir yang samar terlihat di dalam matanya.
Jika melihat situasi di arena sekarang, kondisi mereka memang seimbang. Kekuatan Ying Xiaoxiao sama sekali tidak lebih lemah apabila dibandingkan dengan Wang Yan. Waktunya menyerang serta bertahan juga tergolong sempurna. Namun … jika dibandingkan dengan Wang Yan, wanita itu bisa dibilang kurang kejam.
Jelas Wang Yan sudah pernah mengalami pertarungan hidup dan mati. Ketika pria itu menyerang, dia mengerahkannya secara habis-habisan dan tidak berpikir ingin mundur. Orang sepertinya bertarung habis-habisan dan akan mengorbankan hal sedikit mungkin demi mendapatkan manfaat terbesar…
Terkadang dalam duel praktisi ahli, hanya dibutuhkan satu momentum untuk melampaui lawan sampai akhirnya terjatuh ke kondisi yang tidak menguntungkan. Bahkan juga kadang bisa memperlihatkan celah seseorang dan menderita serangan fatal.
Oleh karena itu, sementara situasi di arena mungkin terlihat berpihak pada Ying Xiaoxiao, Lin Dong tahu kalau Wang Yan sebenarnya hanya sedang mencari kesempatan khusus. Ketika pria itu sepertinya bisa mendapatkan kesempatan, maka dia akan mengakhiri duel itu pada serangan selanjutnya…
"Kuharap Kak Ying Xiaoxiao bisa menyadarinya…"
Lin Dong diam-diam menghela napas. Dia tidak terlalu mengenal Wang Yan, sehingga dia tentu berharap Ying Xiaoxiao bisa menang pada duel tersebut.
Ketika dia berpikir serius, pandangan Lin Dong mendadak menatap ke area Aula Sky. Seorang wanita muda langsing dan elegan dengan rambut diikat ekor kuda berdiri di sana. Wajah cantiknya dipenuhi dengan raut cemas dan tidak nyaman yang tersembunyi dengan jelas—seolah wanita itu juga sadar akan sesuatu.
Insting wanita muda itu tergolong tajam dan akurat. Dia lantas menoleh ketika Lin Dong menatap ke arahnya. Sepasang bola mata hitam lebar itu saling menatap dengan mata pemuda tersebut.
Ketika pandangan mereka berjumpa, wajah wanita itu sekarang tidak memerah. Alih-alih, sorot sedih terpancar dalam mata cerah dan indah itu, seperti awan-awan gelap dan mendung di langit biru. Tatapan matanya membuat siapapun merasa iba dengannya.
"Huff."
Lin Dong menghela napas perlahan dan menoleh. Pandangannya kembali diarahkan pada arena, dan matanya samar-samar bercahaya.