Qingtan
Qingtan
Suara Lin Dong sekarang dipenuhi dengan nada terkejut serta marah. Di antara dua emosi itu juga terdapat sedikit rasa ngeri yang tidak bisa ditutupi—rasa takut yang muncul ketika situasi mendadak keluar kendali.
Baru pertama kali ini Ying Xiaoxiao dan Ying Huanhuan pernah melihat Lin Dong seperti itu. Mereka sontak mengalihkan pandangan, kemudian menatap ke arah gadis yang sangat cantik di udara.
Gadis muda itu hampir seumuran dengan Ying Huanhuan dan mengenakan baju berwarna hitam. Sosoknya langsing dan parasnya juga bisa dibilang cantik. Sementara itu, sepasang matanya yang indah juga seolah dipenuhi dengan jiwa tak kasatmata, seakan ada peri yang sedang berbicara di dalamnya.
Dari apa yang terlihat, Qingtan pergi dengan cara yang berbeda dengan Lin Dong setelah pemuda itu meninggalkan Dinasti Agung Yan.
Di belakangnya, terdapat seorang pria yang berdiri melayang cukup tinggi di langit. Gejolak energi dari pria itu bisa dibilang cukup kuat dan wajahnya ditutupi oleh setengah topeng hantu sehingga membuatnya memiliki aura yang agak mencekam.
Penampilan unik itu tidak asing bagi Ying Xiaoxiao serta orang-orang lainnya. Pria itu adalah praktisi nomor satu di daftar buronan sekte di Benua Xuan Timur, Chen Gui si Topeng Hantu. Bagi mereka, pria itu bisa dibilang adalah seseorang yang sangat terkenal.
Sekarang ini, dua orang di langit jelas menjadi titik fokus di area sekitar. Tentu saja, lebih banyak mata yang mengarah pada Chen Gui si Topeng Hantu. Bagaimanapun juga, reputasi praktisi nomor satu di daftar buronan sekte memang cukup mengintimidasi.
Di udara, senyuman gembira di wajah Qingtan jelas lenyap karena sikap Lin Dong. Gadis itu bergegas mendarat dari udara dan berdiri patuh di depan Lin Dong, tapi tidak berani menatap wajah kakaknya. Dengan sikapnya yang agak menunduk, Qingtan seperti gadis kecil jahil yang baru saja kepergok setelah diam-diam kabur dari rumah…
"Kau … kau…"
Lin Dong terlihat agak melongo ketika menatap gadis kecil yang berdiri di depannya. Wajah yang sangat tidak asing dan bisa dibilang sudah tercetak lekat di jiwanya itu, membuat nuansa aneh menyeruak keluar dari dalam hatinya. Selama beberapa saat, dia hanya bisa menunjuk ke arah gadis kecil itu dan bergumam tidak jelas.
Chen Gui sekarang juga mendarat di belakang Qingtan. Ketika dia melihat betapa patuh sikap adik seperguruannya—yang bahkan Guru paling keras mereka tidak bisa mengaturnya—pria itu juga tercengang. Tak lama kemudian, dia menatap ke arah Lin Dong yang ekspresinya terus-menerus berubah antara marah dan terkejut. Chen Gui ingin mengatakan sesuatu, tetapi sadar kalau tidak sepantasnya dia ikut berbicara. Oleh karenanya, Chen Gui hanya bisa bersikap seperti itu sambil berdiri di belakang Qingtan.
"Apa yang kaulakukan?! Mengapa kau ada di sini? Kau pergi dari rumah?!"
Lin Dong memiliki ketahanan diri pada rasa terkejut yang dirasakannya. Maka dari itu, setelah beberapa saat berlalu, dia akhirnya kembali tersadar, dan suaranya yang bernada terkejut dan murka meledak seperti peluru meriam.
"Tidak juga, ibu dan ayah tahu kalau aku pergi…" Qingtan sekarang saling memainkan jari-jarinya ketika menjawab.
"Mengapa kau tidak tinggal dengan patuh di Dinasti Agung Yan, mengapa gadis kecil sepertimu harus keluar menjelajah dunia?!" kata Lin Dong marah. Dia tidak bisa membayangkan mengapa seorang gadis kecil polos sepertinya berani masuk ke tempat seperti Benua Xuan Timur yang dipenuhi dengan bahaya. Apa gadis itu tidak sadar jika terjadi sesuatu, baik dia dan kedua orang tua mereka tidak akan bisa menahannya?
Ketika memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, bahkan seseorang seperti Lin Dong juga merasa sesak. Pemuda itu tahu kalau dia pasti akan berubah menjadi gila jika peristiwa itu sampai terjadi…
"Kau bisa keluar lalu pergi melihat dunia. Mengapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama?"
Qingtan mendongakkan wajah mungilnya dengan raut hendak protes, tetapi ketika dia melihat amarah kembali memenuhi dahi Lin Dong, gadis itu segera mundur dan sedikit keberanian yang berhasil dikumpulkan olehnya seketika menghilang seperti asap. "Aku juga ingin melindungi ibu, ayah, serta keluarga yang lain. Aku bisa menjadi kuat. Pasti sangat melelahkan bagi Kak Lin Dong karena sudah berusaha keras seorang diri. Aku juga ingin membantumu. Aku tidak ingin seperti dulu, di mana aku hanya bisa berdiri dan menyaksikan semuanya dengan tidak berdaya."
Ucapan gadis muda itu jelas membuat Lin Dong tercengang sesaat. Dia menatap ke arah wajah mungil gadis muda yang mengeluh dan tidak bisa berbuat apapun selain menjawab dengan nada kesal, "Mengapa kau bodoh sekali sampai mengkhawatirkan hal seperti itu."
Walaupun nada bicaranya terdengar kesal, tetapi amarah di dahi Lin Dong mulai menghilang. Ucapan gadis muda itu sudah mengguncang hatinya dan membuatnya merasa agak senang. Sepertinya gadis kecil di masa lalu sudah mulai dewasa.
Bibir mungil Qingtan mengerucut. Tapi, gadis ceria itu tahu kalau sekarang bukan saat tepat untuk membantah omongan Lin Dong yang hendak meledak karena marah.
"Ibu dan ayah tahu kalau kau datang kemari?" Lin Dong memijit dahinya yang terasa sakit dan dia bertanya.
"Mm." Qingtan terus-menerus menganggukkan kepalanya.
"Mereka sudah setuju?" Lin Dong kembali bertanya.
Ketika mendengarnya, Qingtan ragu-ragu sesaat. Saat hendak mengangguk, dia melihat ekspresi Lin Dong mendadak berubah serius. Qingtan sontak menunduk menyerah dan menjawab, "Ibu tidak setuju, dan kami bertengkar karenanya…"
Usai kata-kata itu terucap, Qingtan segera menutup mulutnya. Dia menatap ke arah Lin Dong dari ekor matanya, dan benar saja, Qingtan melihat kalau wajah yang baru saja agak tenang di sana, kini kembali menggelap.
"Sekarang setelah sayapmu sudah mengeras, kau bahkan berani bertengkar dengan ibumu?" Lin Dong terkekeh mengerikan.
Qingtan menunduk dan menggumam, "Marahi aku kalau memang itu mau Kakak, tetapi…"
Saat berbicara, mata gadis muda itu memerah. Tak lama kemudian, dia mendongak dan menatap ke arah wajah yang sudah semakin dewasa dan tegas dibandingkan dua tahun lalu. Qingtan lantas melontarkan beberapa kata.
"Aku rindu denganmu."
Berbagai macam ekspresi di wajah Lin Dong akhirnya membeku karena ucapan tersebut.
Gadis muda itu sudah mengikuti langkah kaki kakaknya dan meninggalkan tempat di mana dia bisa bersikap keras kepala semaunya, yaitu rumah di mana dia juga bisa membuat masalah sepuasnya. Hanya dengan seorang diri, gadis itu juga sudah mengalami berbagai macam peristiwa. Semua dilakukan oleh Qingtan agar Lin Dong tidak perlu berusaha keras, dan itu membuat hati siapa pun terasa sakit.
Tenggorokan Lin Dong agak gemetar. Tak lama kemudian, dia perlahan-lahan mengulurkan tangannya dan menepuk kepala gadis kecil tersebut. Suaranya terdengar serak ketika dia berbicara, "Akhirnya kau menjadi dewasa…"
Sesaat setelahnya, pemuda itu tertawa kecut dan menambahkan, "Huff. Lupakan. Kali ini aku akan membiarkanmu."
Usai berbicara, sorot gembira terpancar di mata gadis kecil di depannya. Seakan gadis itu mendadak mendapatkan pengampunan besar-besaran. Gadis itu lantas tersenyum manis. Dia kemudian mengulurkan lengannya dengan cara yang sangat alami dan memeluk tangan Lin Dong seperti yang selalu dilakukannya beberapa tahun lalu.
Ketika Qingtan memeluk lengan Lin Dong, cengiran licik diam-diam muncul di sudut bibirnya. Akan tetapi, ketika senyuman itu muncul, dia merasakan sepasang mata cerah menatap ke arahnya. Qingtan lantas mendongak dan melihat Ying Huanhuan yang duduk di belakang dengan jari-jari seperti giok berada di atas siter hijau gelap. Pandangan mata Ying Huanhuan sekarang terpaku lekat pada Qingtan, dan jelas sudah menyadari cengiran licik gadis tersebut.
Qingtan diam-diam menjulurkan lidahnya dan mengedip cepat pada Ying Huanhuan. Di balik mata lebarnya, Qingtan menyampaikan sebuah pesan, 'Jangan membongkar apa yang kautahu.'
Ying Huanhuan sontak merasa ingin tertawa. Sepertinya gadis bernama Qingtan itu sangat memahami Lin Dong. Dia bahkan tahu cara seperti apa yang bisa digunakan untuk membujuk Lin Dong yang hendak meledak marah. Tapi, Ying Huanhuan juga tahu kalau perasaan Qingtan barusan memang tulus…
Ying Huanhuan jelas tidak berencana membongkar tindakan licik Qingtan. Oleh karenanya, dia mengedip cepat pada Qingtan, dan dua gadis yang seumuran itu saling memahami. Mereka sepenuhnya merahasiakan itu dari Lin Dong yang biasanya tenang serta waspada.
"Kak Lin Dong, orang ini adalah kakak seperguruanku, Chen Gui. Berkat diantar olehnya, kali ini aku bisa keluar." Qingtan berbalik dan menunjuk Chen Gui. Dia lantas memperkenalkannya pada Lin Dong sambil tersenyum.
"Aku Lin Dong. Terima kasih banyak pada Kak Chen, adikku sudah merepotkan Kakak." Lin Dong segera menangkupkan kedua tangannya. Nada suaranya sangat tulus dan berterima kasih.
"Ah, aku tidak pantas mendapatkan ucapan seperti itu. Dik Lin Dong terlalu murah hati. Aku hanya melakukannya sesuai instruksi Master-ku." Ketika melihatnya, Chen Gui segera menangkupkan tangannya bersama, sehingga membuat Ying Xiaoxiao, Wang Yan, serta orang-orang lain agak terkejut. Bagaimanapun juga, Chen Gui kabarnya adalah praktisi yang sangat aneh dan acuh—seseorang yang tidak mudah untuk diajak berkomunikasi.
"Master? Kau bergabung dengan sekte? Sekte apa itu?" Lin Dong agak terkejut. Dia segera menatap ke arah Qingtan dan bertanya. Dari apa yang terlihat, dia takut kalau Qingtan bergabung dengan sekte yang kurang bisa dipercaya.
"Hehe, sekte kami tidak terletak di Benua Xuan Timur. Tapi di Benua Xuan Utara. Sekte kami dikenal sebagai Istana Kegelapan, apa Dik Lin Dong pernah mendengarnya?" Chen Gui segera menjelaskan.
"Istana Kegelapan?"
Sorot kagum terpancar dari mata Lin Dong, dan dia merasakan rasa terkejut di dalam hatinya. Rupanya dia tidak asing dengan fraksi tersebut.
Istana Kegelapan, penguasa Benua Xuan Utara. Kalau membicarakan dari segi reputasi, sekte itu tidak kalah dengan penguasa seperti Yuan Gate.
"Bagaimana kau bisa berakhir berada di Benua Xuan Utara…" Lin Dong jelas agak tercengang karena kenyataan Qingtan bergabung dengan Sekte Istana Kegelapan.
"Sejak aku berada di Dinasti Agung Yan, seorang sesepuh Sekte Istana Kegelapan mengikutiku dengan harapan aku akan bergabung dengan mereka…" Qingtan menjawab.
"Oh?"
Lin Dong agak menautkan alisnya. Dia tidak menyangka kalau Qingtan sudah diperhatikan oleh sesepuh Sekte Istana Kegelapan pada saat itu. Baik dia maupun tikus kecil sama sekali tidak menyadarinya…
Akan tetapi, Lin Dong menghela napas lega dengan perlahan ketika mengetahui Qingtan sudah bergabung dengan Sekte Istana Kegelapan. Sekte itu bisa dianggap sebagai penguasa wilayah. Qingtan pasti cukup aman jika bersama mereka.
"Mereka adalah sesama murid di Sekte Dao…"
Lin Dong berbalik, kemudian mengedikkan bahunya pada Ying Xiaoxiao dan murid-murid lainnya sambil terkekeh. "Dia adalah adik perempuanku, Qingtan…"
Setelah selesai memperkenalkan diri, Lin Dong menepuk kedua tangannya secara perlahan, dan kembali mengarahkan pandangannya pada murid-murid Yuan Gate. Dia kemudian menyeringai. Senyuman itu kembali memunculkan aura mengerikan di dirinya.
"Qingtan, mundurlah sedikit. Aku harus mengurusi masalah kecil terlebih dulu."