Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Damai



Damai

1Setelah kompetisi bulanan berakhir, Aula Desolate kembali damai. Namun, sekarang ada beberapa topik obrolan baik yang diam-diam muncul di kalangan murid. Topik-topik itu tentu tidak jauh dari duel mengguncang jiwa yang terjadi di antara Lin Dong dan Jiang Hao.     

Berita kalau Lin Dong berhasil menguasai 'Desolate Demon Eye' juga tersebar cepat. Kejadian itu sontak menimbulkan rasa terkejut di antara orang-orang yang mendengarnya, dan beberapa murid Aula Desolate mengatupkan bibir mereka karena merasa iri dengan bakat Lin Dong.     

Setelah duel sengit melawan Jiang Hao selama kompetisi bulanan, Lin Dong berhasil mengamankan reputasinya di dalam Aula Desolate. Setelah diangkat menjadi kakak seperguruan murid langsung kelima, reputasinya di Aula Desolate sontak melonjak naik. Setiap hari ketika dia berjumpa dengan murid Aula Desolate, mereka bakal bersikap hormat dan membungkuk padanya, serta memanggilnya kakak seperguruan. Kondisi itu bahkan juga dilakukan oleh murid-murid yang lebih tua dan berpengalaman dibandingkan dirinya.     

Meskipun Lin Dong bersikap biasa saja dengan perlakukan spesial itu, tapi kejadian tersebut merupakan berita bagus bagi Mo Ling dan praktisi lain yang mengikuti Lin Dong dan bergabung dengan Aula Desolate. Walaupun kondisi di dalam Aula Desolate tergolong damai, tapi perselisihan dan pengelompokan menjadi kubu-kubu tidak bisa dihindarkan. Sebagai murid baru, posisi mereka dianggap berada paling bawah karena mereka tidak memiliki siapa pun untuk diandalkan. Tentu saja, fasilitas penempaan diri mereka juga bakal lebih terbatas jika dibandingkan murid-murid yang sudah lama.     

Namun, setelah meningkatnya reputasi Lin Dong menjadi seorang kakak seperguruan murid langsung, maka para murid baru itu memiliki seseorang untuk diandalkan. Oleh karena itu, berkat reputasi Lin Dong, para murid lama itu tak akan lagi berani sengaja membuat masalah dengan mereka. Maka sejak hari itu, Mo Ling dan para praktisi lainnya tidak banyak menghadapi masalah.     

Terlebih lagi, tanpa diketahui oleh Lin Dong, terdapat beberapa murid yang diam-diam mengikutinya. Tingkah laku ini berangsur-angsur mengindikasikan terbentuknya kubu baru dengan dia sebagai pemimpinnya.     

Tentu saja, Lin Dong tidak terlalu mempermasalah urusan itu, dan cuma tersenyum ketika dia terkadang memergoki mereka. Pemuda itu tak berniat membentuk kubu baru. Namun, Mo Ling dan para praktisi lainnya adalah kawannya, dan mereka semua berasal dari Dinasti Agung Yan. Oleh karena itu, jika mereka sampai berhadapan dengan masalah, tentu dia tak akan tinggal diam.     

Setelah Lin Dong sah diangkat menjadi kakak seperguruan murid langsung, maka dirinya sekarang sudah bisa dianggap sebagai murid inti di Aula Desolate. Oleh karena itu, Lin Dong akhirnya bisa menikmati hidup sebagai murid di Aula Desolate…     

Di bulan selanjutnya usai kompetisi bulanan berakhir, mayoritas waktu Lin Dong dihabiskan di Aula Ilmu Bela Diri. Tentu saja, dia tidak segila itu untuk mencoba menguasai tiga ilmu bela diri agung lainnya. Maka dari itu, tiap kali masuk ke dalam Aula Ilmu Bela Diri, Lin Dong bakal duduk di hadapan Desolate Stone dan menghisap Desolate Force untuk memperkuat Desolation Skill-nya. Selain itu, dia bakal menghabiskan waktunya di hadapan prasasti batu 'Desolate Demon Eye'.     

Kemampuan mematikan nyentrik yang dimiliki 'Desolate Demon Eye' sudah dirasakan sendiri oleh Lin Dong setelah dia berduel melawan Jiang Hao. Ilmu bela diri itu sangat mengerikan, dan Lin Dong cuma menguasai tahap awalnya. Dia hampir tidak mampu mengendalikannya. Oleh karena itu, selama sebulan ini, Lin Dong menghabiskan waktunya bertapa keluar masuk di dimensi mental di dalam prasasti batu. Di dalam sana, dia terus-menerus menerima serangan mematikan dari 'Huang'…     

Metode penempaan diri ini tergolong agak masokis. Namun, karena Lin Dong memiliki Stone Talisman misterius, dia tidak takut dengan kemampuan korosi mengerikan yang muncul dalam ilmu tersebut.     

Berkat latihan masokis yang dilakukannya, Lin Dong bisa merasakan kalau kendalinya atas 'Desolate Demon Eye' semakin baik usai menempa diri selama sebulan. Kondisi itu membuat hatinya gembira.     

Terlebih lagi, berkat dia lama berada di dalam Aula Ilmu Bela Diri, Lin Dong semakin dekat dengan pak tua buta di sana. Orang yang terlihat seperti pak tua buta nyentrik itu rupanya ramah dengan Lin Dong. Sikap itu semakin terlihat setelah dia tahu Lin Dong berhasil mempelajari 'Desolate Demon Eye'. Hubungan mereka semakin erat dan sikap hangat yang diperlihatkannya pada Lin Dong rupanya tak disangka-sangka oleh Chen Zhen dan Wu Dao.     

Selama mereka berinteraksi, Lin Dong menjadi tahu siapa nama pak tua buta itu, yaitu Gu Mo. Di awal, ketika Lin Dong pertama kali melihatnya, pak tua itu terkesan nyentrik dan tak ramah. Namun, statusnya membuat Lin Dong terperangah. Rupanya Gu Mo adalah sesepuh Sekte Dao. Reputasinya bahkan lebih tinggi satu level dibandingkan Chen Zhen dan Wu Dao.     

Terlebih lagi, faktor yang benar-benar membuatnya terkejut adalah, meskipun Sesepuh Gun Mo gagal di awal saat dia mempelajari 'Desolate Demon Eye' dan bahkan kehilangan indera penglihatannya, tapi berkat sikap dan tekadnya yang keras kepala, dia berhasil menguasainya di akhir. Keadaan itu membuat Lin Dong diam-diam merasa kagum karena cuma individu yang berusaha mempelajari 'Desolate Demon Eye' saja yang paham betapa besar energi korosi dalam Qi mengerikan tersebut. Namun meskipun demikian, Sesepuh Gu Mo menolak menyerah setelah kehilangan kemampuannya melihat, dan bersikeras menguasainya di akhir…     

Tentu saja, mungkin Sesepuh Gu Mo bisa melakukannya karena dia sudah tak punya pilihan lain. Karena dia sudah buta, maka tidak ada lagi yang bisa dirusak oleh Qi mengerikan tersebut. Hingga pada akhirnya, Sesepuh Gu Mo memutuskan berhenti menempa Yuan Power-nya, dan memfokuskan diri memperkuat Mental Energy. Saat Mental Energy-nya dikerahkan, dunia yang dilihatnya semakin jelas apabila dibandingkan dunia yang sebelumnya dilihat dengan mata fisiknya.     

Menurut Lin Dong, alasan mengapa Sesepuh Gu Mo bisa dekat dengannya adalah kemungkinan karena dia juga menempa diri dengan 'Desolate Demon Eye'…     

Kegiatan Lin Dong selama sebulan dihabiskan seperti itu—damai dan tenang. Dalam sebulan ini, Lin Dong berangsur-angsur membiasakan diri dengan lingkungan Aula Desolate yang asing namun akrab. Setelah berpikir selama sesaat, Lin Dong merasa kalau tempat itu mungkin bisa menjadi rumahnya yang lain. Paling tidak, orang sepertinya yang waspada dan berhati-hati tidak akan merasa salah tempat…     

Hidupnya di Aula Desolate berbeda dengan ketika berada di medan pertarungan kuno, di mana dia harus terus-menerus merasa gelisah dan bersiap menghadapi pertarungan hidup dan mati kapan pun dengan seorang lawan. Namun, berkat lingkungan unik yang tentram ini, kondisi pikiran Lin Dong semakin tenang dan damai. Sementara itu, sikap ganas dan antisosial yang tertanam di tulangnya selama dia berada di medan pertarungan kuno perlahan-lahan mulai menghilang…     

"Huff."     

Seorang pemuda kurus duduk diam bersila di hadapan prasasti batu berwarna hitam. Beberapa saat kemudian, mata hitam di permukaan prasasti batu mendadak mengerjap sekali. Gelombang energi misterius mulai menguar dari sana. Hingga pada akhirnya, mayoritas energi itu langsung terlontar menuju garis abu-abu di dahi sosok tersebut.     

Garis abu-abu itu berangsur-angsur menghilang, dan mata Lin Dong perlahan-lahan terbuka. Sorot abu-abu misterius berpendar di matanya dan senyuman muncul wajah pemuda tersebut.     

"Sepertinya pencapaian penempaan dirimu pada 'Desolate Demon Eye' tergolong baik…"     

Suara bernada kasar terdengar dari belakang Lin Dong. Dia berbalik dan tersenyum menatap pak tua buta yang sedang membawa sapu di sana. Dia lantas menambahkan, "Semua ini berkat bimbingan Paman Gu Mo."     

Jika menimbang dari status, Lin Dong seharusnya memanggil Gu Mo dengan sebutan sesepuh. Namun karena sifat nyentrik yang dimilikinya, pak tua itu memarahi Lin Dong ketika pemuda tersebut pertama kali memanggilnya dengan sebutan Sesepuh, dan membuatnya mengubah panggilan menjadi Paman. Karena Lin Dong bukan praktisi yang terlalu terikat dengan tata aturan, dia merasa kalau memanggil pak tua itu dengan Paman bakal membuat mereka lebih dekat.     

"Kalau kau tidak berbakat, segala macam nasihat yang kuberikan tidak akan bermanfaat. Nak, kau semakin rakus…" jawab pak tua buta dengan cengiran muncul di wajahnya yang keriput. Dia lantas menambahkan, "Kau sebaiknya pergi. Wu Dao menunggumu di luar Aula Ilmu Bela Diri. Sepertinya dia punya tugas untukmu."     

"Baik."     

Lin Dong terkejut selama sesaat. Dia lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tanpa berkata apapun lagi, Lin Dong membungkuk memberi hormat pada Gu Mo, kemudian berjalan keluar.     

Setelah keluar dari Aula Ilmu Bela Diri, Lin Dong tak terkejut menyaksikan sosok Wu Dao yang kini melipat kedua tangannya di punggung. Selama sebulan ini, Lin Dong sudah jarang berjumpa dengannya. Jika memikirkannya kembali, sepertinya terdapat beberapa urusan internal di dalam Sekte. Sebagai Wakil Kepala Aula Desolate, tentu saja Wu Dao bakal lebih sibuk dibandingkan orang sepertinya yang cuma memfokuskan diri pada penempaan kekuatan.     

"Kau tentu tahu bagaimana cara melebarkan koneksi. Belum beberapa bulan berlalu, tapi kau sudah berhasil mendekati Kak Gu Mo. Saat ini, bahkan aku tidak diperkenankan mengganggumu selama kau berlatih…" Saat Wu Dao mengetahui Lin Dong keluar dari aula, dia sontak terkekeh dan menggodanya.     

Ketika mendengarnya, Lin Dong tersenyum. Tak pernah terbayang olehnya kalau Paman Gu Mo rupanya sangat 'ramah'. Dia rupanya membuat Wu Dao menunggu di luar Aula Ilmu Bela Diri…     

"Ada apa, Paman Guru Wu Dao?" tanya Lin Dong sambil mengerjap dan nyengir.     

"Ya, kali ini kau harus melakukan perjalanan keluar sekte. Para petinggi ingin kalian, para murid, menyelesaikan misi-misi. Kau bisa menganggapnya sebagai perjalanan sekalian melatih diri. Karena masih baru, kau tidak akan mendapatkan tanggung jawab yang besar. Karena bagaimanapun juga, bakal ada murid-murid aula lainnya. Kau hanya cukup membiasakan diri," kata Wu Dao sambil tersenyum.     

"Keluar sekte?"     

Lin Dong melongo selama sesaat dan akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia tahu kalau bagi para sekte super, kemungkinan besar mereka bakal memberikan misi bagi murid-muridnya demi melatih kemampuan mereka. Dari apa yang terlihat, sepertinya kali ini dia akan ikut serta…     

"Ikuti aku, aku akan membawamu bertemu kawan-kawan yang akan bepergian denganmu…" kata Wu Dao sambil tersenyum pada Lin Dong. Dia lantas berbalik dan berjalan menjauh.     

Lin Dong menatap punggung Wu Dao dengan ragu. Senyuman di wajah pak tua itu terkesan tak biasa dan aneh. Namun dia tidak mempermasalahkannya. Usai membalikkan badan, Lin Dong segera mengejar Wu Dao.     

Mereka berdua melewati semua pegunungan di dalam Aula Desolate dan menuruni platform raksasa mengarah ke utara. Setelah turun, Lin Dong sontak melihat ke sekitar, dan ekspresinya segera berubah tak percaya.     

Saat ini, di platform, terdapat seorang wanita muda berbaju putih dan memakai rok berwarna hijau yang menatap dengan raut malas padanya. Di dalam mata lebar yang cerah dan cantik itu, terdapat nuansa sadis seperti peri aneh dan sorot penasaran yang tersembunyi dalam-dalam.     

Nona muda itu adalah seorang praktisi yang memanggil Lin Dong dengan sebutan pembual tak tahu malu, arogan dan tak ramah ketika dia pertama kali masuk ke Sekte Dao—Ying Huanhuan…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.