Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Purgatorium



Purgatorium

3Setelah suara Lin Dong yang berat terdengar, sebuah cahaya hangat terlontar dari dalam badannya. Sesaat kemudian, cahaya itu bertransformasi menjadi Ancestral Stone yang melayang di udara. Sosok Yan juga tampak keluar dari permukaan batu tersebut.      

"Apa kau sudah memutuskan?" Yan memandang ke arah Lin Dong yang sedang duduk di platform batu, lantas bertanya.      

"Apa aku sekarang masih bisa mundur?" Lin Dong terkekeh. Namun, tak ada raut takut dalam senyumnya. Selama bertahun-tahun, dia sudah mengalami berbagai macam marabahaya. Kalau sampai memilih untuk mundur sekarang, maka kemungkinan dia tak akan pantas mencapai level di mana dia berada hari ini.      

Sambil memperlihatkan raut terkesima, Yan mengangguk. Dia lantas mengayunkan lengan bajunya, dan sinar-sinar cahaya tampak terlontar dari dalamnya. Hingga akhirnya, sinar-sinar cahaya itu saling menyilang di dalam goa, lalu banyak Eternal Illusion Demon Flowers bermunculan di sana. Walaupun bunga-bunga itu masih tersegel, tapi apabila muncul dalam jumlah besar di waktu yang bersamaan, bau mencekam bakal tetap memenuhi seluruh tempat, membuat siapapun merinding karenanya.      

"Ada total 84 Eternal Illusion Demon Flowers di sini. Kau pasti tahu betapa kuat makhluk-makhluk ini. Karena ada begitu banyak bunga ini yang berkumpul bersama di sini, maka halusinasi yang diciptakan oleh mereka bahkan mampu menjebak seorang praktisi Tingkat Samsara sampai orang itu kehilangan nyawa." Ada sorot serius yang jarang terlihat di mata Yan.      

"Aku paham."     

Lin Dong mengangguk. Sebelum ini, hanya tiga Eternal Illusion Demon Flowers sudah bisa menjebak Ketua Klan Celestial Demon Marten. Oleh karena itu, dia jelas tahu betapa mengerikan makhluk-makhluk tersebut.      

"Aku akan menggunakan kekuatan Ancestral Stone untuk memurnikan sifat iblis di dalam Eternal Illusion Demon Flowers. Setelah itu, aku akan menggunakan kekuatan mereka untuk membentuk 'Purgatorium'".      

"Purgatorium?"      

Dada Lin Dong terasa sesak ketika mendengar nama tersebut.      

"Tempat itu merupakan area yang khusus digunakan untuk melatih Mental Energy seseorang. Dulu tempat itu diciptakan oleh Masterku di masa lalu. Sayang sekali, 'Purgatorium' yang diciptakan olehnya sudah lenyap. Oleh karena itu, aku perlu menggunakan kekuatan Eternal Illusion Demon Flowers demi menciptakannya kembali."      

"Kalau kau bisa melewati ujian di dalam 'Purgatorium', kau pasti bisa mencapai Tingkat Symbol Grandmaster."      

"Apa syarat untuk melewatinya?" Lin Dong mengernyit.     

"Aku tak tahu." Yan merentangkan kedua tangannya dan berkata dengan suara pelan, "Kau harus mencari jawabannya sendiri."      

Lin Dong tak mampu berkata-kata.      

"Lagipula, aku hanya bisa mengandalkan kekuatan Eternal Illusion Demon Flowers untuk membuat 'Purgatorium', tapi aku tidak bisa memasukinya. Ketika berada di dalam, kau akan melewati proses penempaan diri yang sangat sengit dan menyakitkan. Selain itu, kau bakal terisolasi sepenuhnya dari dunia lain, bahkan aku tak bisa membantumu.     

"Di tempat ini, satu-satunya orang yang bisa kauandalkan adalah dirimu sendiri."      

Yan menatap lekat pada Lin Dong, dan dia berkata dengan suara rendah serta berat, "Jangan berpikir kalau dunia mimpi hanyalah ilusi belaka. Jika kau tak bisa menuntaskan 'Purgatorium', maka kau bakal terjebak di sana untuk selamanya hingga badan Mental Energy-mu mengering sepenuhnya. Setelah itu, kau juga bakal menghilang dari dunia ini.     

"Apa kau masih ingin melanjutkannya?"      

Lin Dong mengepalkan tangannya erat. Dia mengangguk pelan, tapi bersungguh-sungguh.      

"Haha, baiklah."     

Yan memperlihatkan senyuman puas. Tanpa menunda lebih lama lagi, dia menekankan jarinya ke udara kosong. Tak lama kemudian, simbol-simbol bercahaya di Eternal Illusion Demon Flowers berangsur-angsur menghilang. Setelah simbol-simbol itu menghilang sepenuhnya, udara di dalam seluruh goa terasa memadat.      

"Bzzt! Bzzt!"      

Suara yang tak biasa segera terdengar. Tak lama setelahnya, seakan-akan seorang iblis baru saja dibebaskan, Lin Dong menyaksikan bau halusinasi hitam pekat menyeruak hebat dan mendesing di dalam goa.      

Karena ada terlalu banyak Eternal Illusion Demon Flowers di tempat ini, maka kepadatan bau halusinasinya juga sepekat tinta. Oleh karena itu, seandainya seorang praktisi Tingkat Samsara sampai mendobrak masuk sekarang, maka bau beracun itu pasti akan membunuhnya.      

Cahaya putih hangat menyinari badan Lin Dong dan mengisolasi bau halusinasi yang sekarang terlihat sepekat tinta. Sementara itu, Yan berdiri satu meter darinya, dan tak ada bau halusinasi yang berada di sekelilingnya.      

"Bau halusinasi itu akan mulai menginvasi badanmu tak lama lagi. Cahaya di sekelilingmu akan memurnikan aura iblis di dalamnya. Tapi, kau masih bakal terjatuh dalam halusinasi, dan segala sesuatunya bakal tergantung padamu." Yan berbicara dengan nada mencekam.      

"Ya."      

Lin Dong mengangguk pelan. Dia menghirup napas dalam-dalam, dan mulai perlahan-lahan menenangkan gejolak di dalam dadanya. Tak lama kemudian, dia melihat kalau tameng cahaya hangat yang berada di sekelilingnya berangsur-angsur meredup.      

Bau halusinasi di sekelilingnya yang seperti tinta hitam segera menyeruak menyembur ke arahnya seperti iblis mengerikan yang baru saja merambat naik dari dalam neraka.      

"Kemarilah … Biar kulihat seberapa besar kekuatan kalian."      

Lin Dong perlahan-lahan memejamkan matanya. Ada raut bersemangat dan berapi-api yang tampak di wajahnya.      

Hingga akhirnya, bau halusinasi hitam itu menghempas pada tameng cahaya, dan merambat ke sekujur badan Lin Dong. Semua suara seketika lenyap.      

Yan yang berdiri di sampingnya tampak diam mengawasi Lin Dong yang kini sudah terdiam. Dia lantas menghembuskan napas dalam-dalam dan bergumam sendiri, "Sekarang, semua tergantung padamu…"      

…     

Tak lama usai bau halusinasi hitam itu menenggelamkan Lin Dong, pemuda tersebut mulai merasakan kalau akal pikirannya terjatuh dalam kegelapan. Suasana di dalam kegelapan itu hampa suara, dan baru setelah sekian waktu berlalu, kegelapan itu akhirnya berangsur-angsur menghilang. Setelah itu, cahaya matahari yang menyilaukan menyinari dari langit, sontak membuat Lin Dong memicingkan matanya.      

Tangan Lin Dong menyentuh tanah dan meraihnya. Segenggam tanah yang sangat panas berhasil didapatkan olehnya. Dia memicingkan mata dan mengawasi area di sekitar. Segala sesuatu di tempat itu tampak berwarna kekuning-kuningan, hampir tak ada corak warna yang berbeda.      

Hawa panas menyeruak di tempat itu, terasa seperti perapian yang mendidih. Sementara itu, dia terasa seperti belalang di dalam perapian tersebut.      

Tempat ini tampaknya sebuah gurun.      

"Apa ini yang dinamakan 'Purgatorium'?"      

Lin Dong mengernyitkan alisnya, lalu berdiri. Dia lantas menepuk-nepuk pasir panas di kedua tangan, dan sontak mengaktifkan Yuan Power di dalam badannya. Akan tetapi badan Lin Dong segera menjadi kaku. Karena dia sadar kalau Yuan Power di dalam badannya sudah menghilang.      

"Aku bahkan tidak bisa menggunakan Yuan Power…"      

Lin Dong mengernyit. Dia menyelidiki kondisi badannya sekarang dan menyadari kalau dia sekarang tak memiliki apapun. Tak ada Yuan Power, fisik yang kuat, maupun Mental Energy-nya yang melimpah. Satu-satunya hal yang tersisa di diri Lin Dong sekarang hanya badan sangat lemah seperti yang dimilikinya ketika dia memulai menempa diri di Kota Qingyang…     

Lin Dong tak mampu berkata-kata, dan dia menengadahkan kepala. Matahari yang menyilaukan di langit itu tampak seperti api membara, lalu sensasi panas itu membuat sekujur badannya terasa terbakar. Sementara itu, pasir di bawah juga berangsur-angsur membuat kakinya sangat kesakitan. Dengan fisik yang melemah, berapa lama dia bisa bertahan di tempat seperti ini?      

"Badanku sekarang seharusnya terbuat dari Mental Energy. Tapi … bukankah fisik ini terlalu lemah? Lagipula, mengapa Purgatorium ini sangat hening?" Lin Dong mendongak memandang ke arah di kejauhan dan ekspresinya segera berubah. Karena dia melihat tornado besar berputar di kejauhan sambil diiringi perputaran pasir kuning yang mengerikan.      

"Cepat sekali datangnya."      

Lin Dong sontak mengumpat setelah melihat fenomena tersebut. Dia segera berlari. Karena bagaimanapun juga, dia tahu kalau dengan fisiknya sekarang, dia bakal tercabik-cabik jika sampai terkena badai tersebut.      

Tapi, sepertinya badai itu malah mengejarnya. Oleh karena itu, usaha Lin Dong untuk kabur menjadi sia-sia belaka. Alih-alih, dia hanya bisa lari dalam jarak dekat, lalu badai yang diiringi pasir sepanas lahar itu menghempas badannya seperti cambuk.      

"Blaar!"      

Suara ledakan bernada rendah dan berat terdengar, dan Lin Dong terpental dibuatnya. Rasa teramat sakit mulai muncul di bahu pemuda tersebut. Dia berbalik dan melihat kondisinya. Darah sekarang mengalir di bahunya. Sementara itu, terdapat luka mengerikan yang menjalar dari bahu hingga ke pinggang.      

"Sakit sekali."      

Badan Lin Dong gemetaran. Rasa sakit itu bahkan lebih intens dibandingkan luka secara fisik. Bahkan, seakan-akan cambuk pasir itu sudah mencabik paksa badannya menjadi dua bagian.      

Bulir-bulir besar keringat menetes di dahi Lin Dong. Setelah itu, dia mendongak. Pupilnya sontak menciut ketika dia menyaksikan kalau badai itu hendak menghantamnya lagi. Sementara, terdapat lebih dari belasan cambuk pasir yang menari-nari dalam badai, hingga akhirnya menghantam secara membabi-buta padanya.      

Lin Dong berguling-guling menyedihkan. Dua cambuk pasir disabetkan tanpa ampun di tanah, sehingga membuat daratan di sana bergetar.      

"Blaar! Blaar! Blaar!"     

Namun, karena perbedaan ketangkasan fisiknya sekarang, jelas Lin Dong tidak mampu menghindari semua serangan yang dikerahkan padanya. Sesaat kemudian, beberapa cambuk pasir diayunkan keras mengenai badannya.      

"Bam!      

Badan Lin Dong langsung menghempas tanah karena ulah cambuk-cambuk mengerikan tersebut. Bahkan, setengah badannya sekarang sudah berlumuran darah. Rasa sakit yang tak mampu dideskripsikan segera membuat corak kemerah-merahan seperti darah merambat naik di mata pemuda itu.      

Dia akhirnya paham mengapa tempat itu dinamakan 'Purgatorium'. Karena tempat ini benar-benar akan mencabik seseorang hingga dia mati!      

"Blaar! Blaar! Blaar!"      

Badai yang berkecamuk itu sama sekali tak memberi Lin Dong waktu untuk berpikir. Badai itu kembali mengamuk, dan cambuk-cambuk pasirnya dihantamkan tanpa ampun. Tak lama kemudian, cambuk-cambuk itu mendarat di badannya yang sudah berlumuran darah dan terbenam di tanah.      

"Blaar! Blaar! Blaar!"      

Suara cambuk pasir yang jernih itu dihantamkan ke badan Lin Dong, dan terus menggema di gurun. Awalnya sosok manusia yang terbenam di tanah itu akan menggeliat. Tapi dia berhenti bergerak setelah beberapa saat berlalu, seakan-akan dia sudah kehilangan semangatnya.      

Badai yang berkecamuk terus berlanjut selama setengah hari, hingga akhirnya berangsur-angsur lenyap. Dua jam setelah badai itu menghilang, sebuah tangan yang berlumuran darah akhirnya terulur dari dalam tanah sambil gemetaran. Baru setelah itu, sebuah sosok berdarah-darah merambat naik dari tanah dengan susah-payah.      

"Huff. Huff."      

Tatapan mata Lin Dong tampak memburam. Dia terus bernapas dengan terengah-engah, raut ketakutan tanpa henti terlihat di wajahnya yang berlumuran darah. Pemuda itu akhirnya paham betapa mengerikan tempat yang bernama 'Purgatorium' tersebut.      

Selain itu, Lin Dong juga paham kalau meskipun peristiwa yang dialaminya barusan hanyalah ilusi, tapi jika sampai hilang kesadaran di dunia mimpi ini, maka kemungkinan dia bakal mati…      

Lin Dong berbaring di tanah. Dia bisa merasakan kalau sensasi menyakitkan di badannya berkurang sedikit demi sedikit. Selain itu, badannya yang sekarang melemah tampaknya bertambah agak kuat ketika rasa sakit tersebut menghilang.     

Penemuan itu membuat Lin Dong merasa agak senang di dalam hatinya. Kalau demikian, setelah beristirahat sebentar, sepertinya dia bakal bisa lebih mudah untuk bertahan dari serangan-serangan barusan.      

"Huh?"      

Pemikiran itu baru saja melintas di dalam kepala Lin Dong ketika dia mendadak menyadari kalau suhu di sekitarnya menurun. Sesaat kemudian, dia perlahan-lahan mendongak. Dia lantas bisa melihat angin dingin di udara ternyata berubah menjadi angin tajam yang memenuhi langit.      

"Tidak mungkin…"      

Lin Dong yang masih kesakitan, gemetaran hebat ketika menyaksikan kejadian itu.      

"Swuush! Swuush!"      

Tapi, realita ternyata tidak memberi kesempatan pada Lin Dong. Dia baru saja berbicara, dan angin tajam itu menghujaninya dari semua penjuru. Serangan itu berhasil mengepung Lin Dong secara menyeluruh.      

Teriakan-teriakan tajam serta menyedihkan kembali terdengar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.