Kepompong
Kepompong
Lin Dong akhirnya memahami makna 'Purgatorium' setelah memasuki tempat ini. Di sini, dia tak lagi memiliki fisiknya yang kuat serta Yuan Power-nya yang ajaib. Alih-alih, dia hanya memiliki badan Mental Energy yang menyedihkan. Dengan badan Mental Energy-nya sekarang, siapapun di dalam ujian 'Purgatorium' ini bisa membunuhnya dengan mudah.
Namun setelah seseorang memasuki tempat ini, mereka tak akan bisa kembali. Lagipula, dia sendiri tidak bisa membuat keputusan. Oleh karena itu, Lin Dong hanya mampu untuk bertahan. Karena jika tidak, satu-satunya hal yang menunggunya adalah kematian.
Penempaan diri ini sangat kejam. Tapi untungnya, proses ini masih berada dalam perkiraan Lin Dong. Tak ada kekuatan yang bakal datang secara gratis di dunia ini. Jika semudah itu bisa naik ke Tingkat Symbol Grandmaster, maka pasti praktisi di level itu di dunia ini tak sedikit.
Demi menjadi kuat, sudah jelas seseorang harus mengalami rasa sakit yang tak berujung.
Lin Dong sejak awal sudah paham mengenai hal itu.
…
Hujan es menghujani dari langit seperti badai kencang. Sementara itu, tanah yang kekuningan kini sudah menjadi berwarna putih. Hawa dingin yang bisa dilihat secara kasatmata memenuhi seluruh area. Bahkan, udara di sana juga memperlihatkan tanda-tanda bakal mengkristal.
Di sudut tertentu di tanah bersalju itu, tampak sebuah sosok kurus yang gemetaran, dan bulir-bulir salju berjatuhan di sekitarnya. Sekarang ini, dia sedang duduk di tanah, dan cahaya hijau gelap berpendar di kulitnya. Darah, otot, dan tulang-belulangnya seakan digerogoti oleh udara dingin.
"Chi! Chi!"
Ketika bulir-bulir salju itu terjatuh di sekitarnya, luka-luka berdarah bakal bermunculan tiap kali mengenai badan pemuda tersebut. Tapi, tak ada darah yang mengalir dari luka-luka itu, dan dia terlihat seperti mayat yang mengering.
Di balik rambut hitamnya yang acak-acakan, tampak sepasang mata hitam yang datar tanpa emosi. Aura kelelahan menguar di sekeliling badannya, dan sosok itu terlihat seperti orang mati.
Bulir-bulir salju setajam bilah pisau itu terus menggores badannya, dan luka-luka berdarah bermunculan tanpa henti. Namun, sosok pemuda itu sama sekali tidak bergerak.
Mayat yang mengering itu terus duduk diam selama seharian penuh. Bulir-bulir salju dan hujan es yang turun dari langit akhirnya berangsur-angsur melemah dan menghilang sepenuhnya.
Setelah bulir-bulir salju itu menghilang, hawa dingin yang memenuhi seluruh area juga perlahan-lahan turut menghilang.
Seiring hawa dingin itu berangsur-angsur lenyap, hawa kehidupan yang tersembunyi di dalam badan Lin Dong mulai terkumpul di mata hitam legamnya, yang sebelum ini sama sekali tak fokus. Setelah itu, badannya mulai bergetar hebat.
Sambil mengepalkan kedua tangan dengan erat, kuku Lin Dong tertancap di telapak tangannya. Sesaat kemudian, luka-luka yang memenuhi sekujur badannya berangsur-angsur mulai memerah. Tak lama setelahnya, darah menyembur dari luka-luka itu seperti air mancur.
Dia segera menjadi seseorang yang berlumuran darah.
"Argh! Argh!"
Teriakan yang sudah ditahan kuat di tenggorokan Lin Dong itu terdengar rendah, berat, dan serak. Suaranya terdengar menyerupai hewan liar yang sekarat ketika menggema di daratan.
Sekarang ini dia sedang berlutut di tanah. Kepalanya menunduk menyentuh tanah, dan dia menghantamkan kepalan tangannya dengan keras. Sebelum ini, badannya sudah digerogoti udara dingin, sehingga membuatnya kehilangan semua inderanya. Oleh karena itu, dia tak merasakan apapun meskipun disabet oleh bulir-bulir salju yang setajam bilah pedang. Namun, hal paling mengerikan adalah rasa sakit yang tidak menghilang. Alih-alih, rasa sakit itu terus berkumpul, lalu akhirnya muncul ketika udara dingin menghilang dan dia mendapatkan kendali atas badannya kembali. Lagipula, rasa teramat sakit yang mendadak muncul itu bahkan bisa membuat siapapun yang memiliki tekad tinggi menjadi gila.
Raungan kesakitan bernada rendah terus terdengar selama satu jam sampai akhirnya terhenti. Sesaat kemudian, badannya terjatuh terhuyung-huyung ke tanah. Bahkan dia tidak punya kekuatan sedikit pun untuk menggerakkan jari-jarinya.
"Purgatorium … sialan."
Setengah wajah Lin Dong terbenam di pasir, dia terlihat kurus serta pucat pasi. Waktu di tempat ini berlalu dengan kecepatan yang berbeda jika dibandingkan dunia luar. Namun Lin Dong sudah menghabiskan dua bulan di tempat itu dan mengalami siksaan yang tidak normal.
Tiap hari dilaluinya dengan siksaan tanpa akhir. Terlebih lagi, dia setiap saat bakal benar-benar bisa merasakan ancaman kematian. Walaupun dia sudah sering dihadapkan pada kejadian yang berbuntut dengan ancaman kematian di masa lalu, tapi sensasi yang dirasakannya jauh lebih besar di tempat ini. Karena kesadaran Lin Dong yang dijaga ketat itu hampir menghilang karena sensasi sakit yang mengerikan selama lebih dari 10 kali.
Kalau kesadarannya sampai hilang, maka badan Mental Energy-nya juga akan lenyap, dan dia tak akan punya kesempatan untuk kembali.
"Hawa dingin kali ini jauh lebih kuat dibandingkan yang sebelumnya."
Sementara fisiknya berangsur-angsur mendapatkan kekuatannya kembali, pikiran Lin Dong yang awalnya kacau juga agak pulih. Dia bisa mendeteksi kalau hawa dingin kali ini jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Rupanya ujian di tempat ini terus berubah dan semakin kuat. Ketika fisiknya gagal menjadi kuat, maka dia pasti tidak bisa bertahan, dan dipastikan akan mengalami nasib yang mengerikan.
Demi bisa bertahan di tempat ini, maka seseorang harus membiasakan diri dengan temponya yang kejam.
Perasaan terancam karena bahaya yang terus terjadi dan intens juga mendesak fisik Lin Dong sekarang untuk menjadi lebih kuat setelah mengalami ujian-ujian yang mengerikan tersebut. Satu-satunya hal yang membuat Lin Dong tenang adalah fisiknya sekarang perlahan-lahan menjadi lebih kuat.
Fisiknya sekarang bukan badannya yang sebenarnya, melainkan badan Mental Energy. Dengan kata lain, Mental Energy-nya berangsur-angsur semakin kuat dan dia perlahan-lahan naik ke Tingkat Symbol Grandmaster.
Meskipun perkembangannya tergolong lambat, tapi proses itu masih memberi harapan pada Lin Dong.
"Huff."
Lin Dong menghela napas. Dia lantas mendongak dan memandang ke arah daratan tak berbatas. Matanya mengandung tekad baja yang tak bisa lenyap meskipun sudah mengalami berbagai macam halangan dan rintangan selama bertahun-tahun terakhir. Oleh karena itu, dia percaya kalau suatu hari nanti, dia akan bisa menghadapi Purgatorium ini dengan ekspresi datar.
"Tunggu saja saat itu tiba!"
Lin Dong menggertakkan giginya dan memandang tajam pada langit. Dia lantas mengumpat. Sesaat kemudian, dia bersusah payah untuk merangkak naik dan berjalan dengan kondisi menyedihkan ke arah cakrawala. Karena dia tahu kalau ujian selanjutnya akan segera tiba.
Semakin lama Lin Dong berada di dalam Purgatorium, dia mulai bisa samar-samar merasakan kalau dia bukan satu-satunya orang yang bersama di sana. Terlebih lagi, nuansa samar itu memberitahunya kalau orang itu kemungkinan akan menjadi pasak penting yang menentukan dia bisa keluar dari tempat ini, atau tidak.
…
Setelah mengumpat, Lin Dong masih harus menanggung sensasi rasa sakit yang begitu besar. Terlebih lagi, ujian-ujian hebat yang bisa membuat siapapun gila terus berdatangan, dan membuat Lin Dong hanya memiliki waktu singkat untuk menenangkan diri. Terkadang, dia bahkan lupa bagaimana rasanya ketika badannya tidak kesakitan.
Konsep waktu terkesan tidak jelas di dalam Purgatorium. Selain itu, waktu sepertinya berlalu dengan cara yang berbeda di tempat ini jika dibandingkan dunia luar. Eternal Illusion Demon Flowers mungkin aneh, tapi bunga-bunga itu memang kuat.
Awalnya Lin Dong masih bisa mengira-ngira waktu yang berlalu di dalam hati. Namun ketika sensasi menyakitkan yang dirasakan di badannya semakin bertambah setiap harinya, pemuda itu akhirnya tak lagi memperhatikan soal waktu. Dia hanya mampu memfokuskan semua kekuatannya demi bertahan melewati ujian-ujian mematikan yang dikerahkan dari Purgatorium.
Waktu berlalu tanpa arah. Siksaan yang terjadi di tiap harinya tetap berlanjut tanpa henti.
Setengah tahun … Satu tahun … Dua tahun … Tiga tahun…
Di dalam Purgatorium yang hening, berbagai macam ujian datang bergantian. Sosok kurus yang seakan datang dari tempat jauh itu berangsur-angsur lebih kuat setelah berhasil bertahan terus-menerus dari ancaman kematian.
Lin Dong menahan rasa sakit serta kesepian yang melanda dirinya. Dia sekarang seperti ulat di dalam kepompong yang berangsur-angsur mengumpulkan kekuatannya. Setelah cukup kuat, dia akan menghancurkan kepompongnya dan berubah menjadi kupu-kupu.
…
Tempat ini masih tetap merupakan gurun kekuningan. Sementara itu, terdapat belasan badai pasir yang berkecamuk hebat. Cambuk-cambuk pasir berukuran besar menari-nari, dan suara udara tercabik menggema keras di tempat tersebut.
"Dhuaar! Dhuaar! Dhuaar!"
Apabila memperhatikan situasinya lebih dekat, siapapun bisa melihat kalau cambuk pasir itu menghantam badan seseorang. Setelah itu, sosok yang kelelahan bergerak akan perlahan-lahan berjalan keluar dari sela-sela badai pasir.
Cambuk pasir berukuran besar itu memiliki kekuatan yang mencengangkan ketika mendesing menyerang orang tersebut. Setelah itu, cambuk pasir akan menghantam keras pada badannya, dan suara rendah serta berat tertahan bakal terdengar.
Namun, situasi yang membuat siapapun tercengang adalah orang itu sama sekali tidak bergerak, bahkan setelah menerima serangan-serangan beringas tersebut. Bahkan, langkah kakinya yang pelan itu terasa tetap tenang dan tertib.
Serangan-serangan beringas yang berasal dari badai raksasa terkesan sangat lemah.
Orang itu akhirnya berhenti dan menengadahkan kepalanya. Pandangan matanya tampak sangat dalam, terlihat seperti sepasang lubang hitam misterius di antara bintang-bintang. Di dalam sepasang matanya, terkandung kesan tak fokus.
Dia hanya memandang ke arah badai-badai pasir yang berukuran menyerupai raksasa tersebut. Badai-badai pasir itu beberapa kali lipat lebih kuat jika dibandingkan dengan badai yang ditemuinya ketika dia pertama kali memasuki Purgatorium. Namun, badai-badai itu sekarang tak bisa membuatnya terancam.
Berapa tahun waktu yang dibutuhkan olehnya untuk mendapatkan hasil itu? Lima tahun? Atau 10 tahun? Berapa kali dia sudah bertahan dari proses penempaan diri yang menyakitkan serta hampir membuat kekokohan mentalnya ambruk?
Dia sudah tak bisa lagi mengingat berapa lama waktu yang sudah berlalu. Pemuda itu hanya tahu kalau ujian-ujian yang awalnya sangat ditakuti olehnya, seakan menjadi peristiwa biasa baginya. Akhirnya dia sudah sekuat itu.
"Apa aku sudah lebih kuat?"
Lin Dong menunduk dan melihat ke arah kedua tangannya yang panjang serta pucat. Awalnya, kedua tangan itu tidak memiliki kekuatan sama sekali. Tapi sekarang…
Lin Dong menyunggingkan senyum. Setelah itu, dia perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya, dan menunjuk ke arah badai pasir raksasa. Lin Dong lantas perlahan-lahan mengepalkan kedua tangannya.
"Bam!
Badai berkecamuk di sana mendadak berhenti, dan angin yang awalnya berputar cepat juga terdiam. Seakan-akan terdapat tangan raksasa yang meraih ke arah mereka.
"Blaar! Blaar!"
Badai itu akhirnya meledak dan berubah menjadi kabut kekuningan yang menyembur ke semua tempat.
Pasir kuning berjatuhan di sekeliling Lin Dong ketika dia perlahan-lahan mengembuskan napas. Saat ini, dia akhirnya bisa merasakan energi besar serta dahsyat seluas lautan di dalam badannya. Kekuatan itu merupakan Mental Energy yang akhirnya berhasil didapatkan oleh Lin Dong setelah berlatih selama bertahun-tahun.
Mental Energy itu terasa jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya…
"Sudah saatnya penempaan diri ini berakhir."
Lin Dong perlahan-lahan memejamkan matanya. Sesaat kemudian, dia mendadak membuka kedua matanya. Nafsu membunuh tajam yang sudah tertidur terlalu lama, akhirnya membumbung tinggi.
"Sudah waktunya kau memperlihatkan diri."
Lin Dong memandang ke arah daratan yang sepenuhnya kosong, sementara suara bernada rendah dan beratnya menggema ke semua tempat.