Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Kembali



Kembali

3Ibukota, Dinasti Agung Yan      

Saat ini, area ibukota sudah dipastikan jauh lebih megah dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi, daerah di sekeliling ibukota sudah dipenuhi dengan api peperangan, dan sudah tak lagi semakmur, maupun seaman dibandingkan sebelumnya.      

Sebuah array cahaya raksasa yang menyerupai mangkok dibalik tampak menyelubungi seluruh area ibukota. Sementara itu, dinding-dinding kota dikawal dengan pasukan bertombak. Saat ini, sorot mata mereka semua dipenuhi dengan sorot cemas ketika memandang ke kejauhan. Di area itu, terdapat banyak sekali praktisi yang menyebar di area pegunungan, di mana teriakan-teriakan perang terus terdengar tanpa akhir. Ada banyak praktisi yang juga berdiri melayang di langit di atas area itu. Aura-aura dahsyat menguar dari badan mereka, lalu menciptakan tekanan energi yang melampaui kekuatan puluhan ribu pasukan di bawah.      

Banyak praktisi tampak menggertakkan gigi mereka sambil menggenggam erat senjata masing-masing. Sementara itu, sorot penuh dendam dan amarah memenuhi mata mereka. Ibukota merupakan garis pertahanan terakhir Dinasti Agung Yan. Sehingga, apabila tempat ini sampai ditembus, maka Dinasti Agung Yan mereka hanya akan menjadi dongeng. Pada saat itu, mereka akan menjadi praktisi tanpa tempat tinggal, dan bakal terdesak untuk meninggalkan rumah lalu bepergian tanpa arah. Selain itu, nasib menyedihkan tersebut merupakan sesuatu yang sudah disaksikan terlalu sering oleh penduduk Dinasti Agung Yan tahun lalu.      

Saat ini, seluruh area ibukota sudah dipenuhi kabut perang, dan atmosfernya sangat menegangkan.      

Di waktu yang bersamaan, atmosfer di dalam aula besar di ibukota juga teramat menyesakkan, hingga seakan terasa hampir membeku.      

Ada banyak orang di aula besar, sementara seorang pria paruh baya berpostur tinggi berotot sedang duduk di bagian depan. Jika melihat lebih dekat, siapapun bakal tahu kalau pria itu merupakan pemimpin Dinasti Agung Yan sekarang, yaitu Mo Jingtian.      

Saat ini, sorot matanya bahkan tampak lebih serius apabila dibandingkan beberapa tahun lalu, dan semakin banyak rambut putih yang muncul di kepala Mo Jingtian. Sementara itu, terdapat ekspresi cemas yang besar tampak di antara alisnya.      

Ada seorang pemuda tampan berbaju hijau yang berdiri di samping Mo Jingtian, dan dia tampak tidak terlalu asing. Pemuda itu adalah Mo Ling, praktisi yang turut serta dalam Perang Seratus Dinasti bersama dengan Lin Dong, dan akhirnya menemaninya bergabung di Sekte Dao.      

Rupanya, kekuatan Mo Ling sudah bertambah pesat setelah menempa diri selama tiga tahun. Bahkan, auranya jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan Mo Jingtian. Kemungkinan dia sudah naik ke Tingkat Profound Life.      

Selain keluarga kerajaan, juga terdapat sekelompok praktisi yang duduk tepat di samping mereka. Para praktisi itu mengenakan jubah dengan warna serupa, dan banyak orang di aula yang memperlihatkan ekspresi iri ketika memandang mereka.      

Mereka adalah Klan Lin dari Dinasti Agung Yan.      

Akan tetapi, Klan Lin sekarang sudah sangat berbeda apabila dibandingkan dengan sebelumnya. Bahkan, kekuatan mereka jauh melampaui tiga Klan Agung lain serta keluarga kerajaan. Terlebih lagi, bahkan keluarga kerajaan tidak berani memperlihatkan sikap tidak mengenakkan pada Klan Lin yang semakin besar. Tentu saja, hanya ada satu alasan sederhana di balik itu semua. Karena satu orang dari Klan Lin.      

Seorang anggota klan bernama Lin Dong.      

Karena pemuda itu, Sekte Dao terus melimpahkan hadiah pada Klan Lin. Bahkan, Dinasti Agung Yan juga ikut mendapatkan manfaat, sehingga kekuatannya bertambah, dan bahkan mampu membuang statusnya sebagai dinasti level bawah.      

Maka dari itu, semua orang tahu kalau meskipun keluarga kerajaan seharusnya mengendalikan Dinasti Agung Yan, tapi ucapan yang dikeluarkan oleh Klan Lin sebenarnya jauh lebih kuat apabila dibandingkan dengan mereka.      

"Dik Lin Fan, pasukan musuh saat ini sedang menekan dinding pertahanan kita. Apa yang sebaiknya kita lakukan?" Mo Jingtian memandang ke arah Klan Lin. Di tempat itu, terdapat dua sosok yang duduk berdampingan di depan. Salah satu mereka adalah Ketua Klan Lin, yaitu Lin Fan. Sementara itu, sosok yang berbeda adalah seorang pria tua berambut putih. Walaupun pak tua itu tetap diam, tapi tak ada seorang pun yang berani bersikap kurang ajar padanya.      

Selain itu, terdapat seorang pria paruh baya di belakang pak tua tersebut. Pria paruh baya itu memperlihatkan ekspresi serius, parasnya agak mirip dengan pemuda bernama Lin Dong.      

Pak tua itu adalah Lin Zhentian, kakek Lin Dong. Sedangkan pria paruh baya yang duduk di belakangnya adalah Lin Xiao, ayah Lin Dong. Di waktu yang bersamaan, juga terdapat seorang wanita cantik di sampingnya. Wanita itu adalah ibu Lin Dong, Liu Yan.      

Berkat hubungan mereka dengan Lin Dong, status mereka di dalam Klan Lin berada di level yang bahkan tidak berani diusik oleh ketua klan, Lin Fan.      

Lin Fan menghela napas pelan setelah mendengar pertanyaan Mo Jingtian. Dia lantas menggeleng kecut. Benua Xuan Timur sekarang sedang kacau, bahkan Sekte Dao hampir tidak mampu melindungi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, apa yang bisa mereka lakukan?      

"Kabarnya terdapat beberapa praktisi Yuan Gate yang bakal datang. Kalau mereka tiba, aku khawatir kalau…" Mo Jingtian tertawa kecut dan menambahkan, "aku penasaran apa para sesepuh Sekte Dao…"      

Pandangannya mengarah ke area berbeda ketika berbicara. Ada lebih dari belasan sosok yang sedang duduk diam di sana. Salah satu dari mereka adalah pak tua tuna netra berjubah abu-abu. Sosok itu juga tidak asing. Bahkan, dia adalah sesepuh Sekte Dao yang mengurusi Aula Ilmu Bela Diri saat Lin Dong berada di Sekte Dao. Dulu, Lin Dong sudah banyak menerima petunjuk darinya.      

Akan tetapi, sesepuh Sekte Dao itu sekarang hanya menggeleng tak bersuara. Sementara itu, dia memperlihatkan ekspresi agak muram.      

Semua orang di aula hanya mampu menghela napas pelan ketika menyaksikan respon tersebut. Setelahnya, ekspresi mereka menjadi pucat pasi.      

"Sesepuh, apakah kakak seperguruan Lin Dong masih hidup? Kabarnya sekarang dia sudah sangat berbeda dengan sebelumnya. Kalau dia kembali, kita mungkin punya kesempatan untuk membalikkan keadaan." Ketika para praktisi itu terdiam, seorang wanita muda berparas lembut di belakang sesepuh tuna netra mendadak menyela.      

Wanita muda itu bergabung dengan Sekte Dao setelah Lin Dong pergi. Namun, meskipun dia tidak pernah bertemu dengan Lin Dong, tetapi kondisi itu tidak menghentikannya menjadi penggemar loyal kakak seperguruan Lin Dong. Karena bagaimanapun juga, justru karena Lin Dong, wanita muda itu memilih bergabung dengan Aula Desolate, meskipun dia sudah memenuhi persyaratan untuk memasuki Aula Sky.      

Lin Dong.      

Nama yang seakan memiliki kesan ajaib itu menggema di seluruh aula, menambah semangat banyak para praktisi yang hadir di sana. Sesaat kemudian, mata mereka sontak diarahkan pada Lin Zhentian, Lin Xiao, dan Liu Yan dari Klan Lin yang belum bicara sama sekali.      

"Urgh."      

Lin Zhentian yang terdiam dalam waktu lama, saat ini akhirnya menghela napas pelan. Saat ini, tampak raut bangga di wajahnya yang renta. Akan tetapi, juga terdapat ekspresi rindu yang mendalam di sana.      

Sudah berapa tahun sejak aku melihat pemuda itu? Pemuda keras kepala dari Kota Qingyang yang sekarang sudah menjadi kebanggaan seluruh Keluarga Lin mereka.      

Di belakang, ekspresi serius di wajah Lin Xiao perlahan-lahan menjadi lembut. Sementara itu, mata Liu Yan mulai memerah. Setelah itu, dia bersandar pada Lin Xiao, sementara suara isakan tangis lembut terdengar. Selama bertahun-tahun ini, setelah dua anak mereka meninggalkan rumah, sebagai ibu mereka, Liu Yan jelas dilanda rasa sedih dan khawatir sampai dia akan menjadi gila.      

"Wuu!"      

Sebuah sinyal bersuara rendah dan berat mendadak terdengar dari kejauhan, dan seluruh aula dipenuhi dengan rasa sedih. Ekspresi semua orang segera berubah, dan mereka mendadak berdiri.      

"Mereka hendak menyerang."      

Para praktisi yang berdiri di dinding-dinding kota mempersiapkan diri mereka. Sementara itu, Mo Jingtian, Lin Zhentian, dan para praktisi lainnya di aula juga bergegas menuju dinding-dinding kota. Sambil memperlihatkan ekspresi suram, para praktisi itu memandang kejadian di depan mereka.      

Ada lautan pasukan yang membentang sejauh mata memandang. Sementara itu, pasukan tersebut mendekat ke arah perbatasan mereka dengan menguarkan aura yang dahsyat.      

"Haha, Mo Jingtian, kalau kau tidak menyerah hari ini, maka lautan darah akan mengalir di Dinasti Agung Yan-mu setelah array cahaya itu hancur!" Ada banyak praktisi yang berdiri di langit di atas pasukan tersebut. Sosok di bagian depan tampaknya seorang panglima yang memegang kendali. Pria itu tertawa terbahak-bahak menghadap ke langit ketika berbicara.      

"Selain itu, serahkan semua anggota Klan Lin. Awalnya, urusan itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Tapi, sayang sekali klan mereka sudah menghasilkan pemuda angkuh bernama Lin Dong yang ternyata berani menantang Yuan Gate yang kuat. Dia memang cari mati!"      

Ekspresi Mo Jingtian menjadi suram. Dia tidak pernah mengira kalau Yuan Gate ternyata tahu kalau Lin Dong berasal dari Klan Lin di Dinasti Agung Yan…      

"Tidak ada pecundang di Dinasti Agung Yan-ku! Kalau kau hendak menyerang, maka Dinasti Agung Yan-ku juga akan bertarung melawanmu hingga darah penghabisan!" Mo Jingtian berteriak acuh.      

"Bertarung hingga darah penghabisan? Haha, kurasa kalian tidak akan bisa melakukannya."      

Panglima komando itu terkekeh. Dia lantas mengayunkan lengan bajunya dan berkata, "Apa kalian benar-benar mengira bakal aman karena punya array dari Sekte Dao? Para praktisi Yuan Gate sudah tiba. Oleh karena itu, kalian semua sebaiknya bersiap mati hari ini!"      

Ketika berbicara, panglima komando itu berbalik dan membungkuk. "Sesepuh, tolong hancurkan array-nya!"      

"Bzzt! Bzzt!"     

Yuan Power yang dahsyat mendadak meledak di langit setelah dia berbicara. Setelah itu ratusan sosok seketika muncul. Mereka semua memiliki aura yang kuat dan terdapat logo hitam putih di dada mereka. Logo itu seakan menyerupai Yin Yang, dan merupakan simbol Yuan Gate.      

Di depan ratusan pasukan itu, berdiri seorang pria tua berjubah hitam. Pria itu memiliki ekspresi acuh ketika memandang kerumunan di dinding-dinding kota. Seakan-akan dia hanya sedang melihat semut-semut tak berarti.      

"Dia Zhao Kui!"      

Pak tua tuna netra yang berdiri di dinding kota memperlihatkan perubahan drastis di wajahnya ketika pak tua berjubah hitam itu muncul. Sementara itu, sorot ngeri terpancar di mata murid-murid Sekte Dao di belakangnya, karena Zhao Kui adalah praktisi Yuan Gate yang baru-baru ini bergabung dalam peringkat praktisi elit. Bahkan, kabarnya dia sudah mencapai Tingkat Samsara. Akan tetapi, dia sudah dilukai oleh kakak seperguruan Ying Huanhuan ketika menyerang Sekte Dao di masa lalu.      

Meskipun demikian, mereka tidak mengira kalau Yuan Gate ternyata mengutus seorang praktisi super Tingkat Samsara hanya untuk menghadapi Dinasti Agung Yan.      

"Dasar sekelompok semut. Bisa menyaksikan seranganku adalah berkah bagi kalian semua."     

Zhao Kui tersenyum acuh. Seakan terlalu malas untuk mengatakan apapun lagi pada para praktisi yang dianggapnya semut, Zhao Kuo lantas mengayunkan lengan bajunya. Yuan Power di area sekitar segera berkecamuk, seolah langit menggelap.      

"Lihatlah bagaimana aku menghancurkan array kalian dengan satu jari!"     

Sorot dingin terpancar di mata Zhao Kui. Dia lantas menekankan jarinya ke depan, dan Yuan Power yang besar serta dahsyat berkumpul. Setelah itu, energi tersebut berubah menjadi jari Yuan Power berukuran tiga kilometer yang menyerupai pilar penyangga langit. Jari itu kemudian mencabik dimensi hampa, menghantam keras pada array cahaya raksasa di hadapan berpasang-pasang mata yang memandang dengan terkejut.      

"Bam!"      

Seluruh kota saat ini mulai bergetar hebat.      

Sesepuh tuna netra itu lantas berteriak rendah. Kendali pikiran lantas melintas di dalam kepalanya, dan Mental Energy yang kuat menyapu ke depan. Akan tetapi, dia memuntahkan banyak darah ketika Mental Energy-nya bersentuhan dengan jari raksasa. Aura sesepuh itu lantas menjadi lemah. Karena bagaimanapun juga, terlalu sulit baginya untuk bertarung melawan seorang praktisi Tingkat Samsara ketika kekuatannya hanya berada di Tingkat Profound Death.      

"Sesepuh!"     

Murid-murid Sekte Dao bergegas memapahnya setelah mereka melihat kalau dia terluka.      

"Bzzt! Bzzt!"      

Array cahaya itu terus bergetar. Sorot putus asa menyeruak di mata semua orang ketika menyaksikan kejadian tersebut. Liu Yan yang berdiri di dinding kota lantas berbalik dan memeluk Lin Xiao erat. Pria itu juga balas mendekat Liu Yan dengan erat di antara kedua tangannya.      

"Blaar!"      

Array cahaya itu jelas tidak mampu bertahan dari serangan seorang praktisi Tingkat Samsara. Sehingga, array tersebut lantas bergetar untuk terakhir kalinya. Array cahaya akhirnya meledak menjadi percikan-percikan cahaya yang memenuhi langit. Garis perlindungan ibukota yang terakhir saat ini sudah berhasil dihancurkan.     

Akan tetapi, setelah menghancurkan array cahaya, jari raksasa itu sama sekali tidak mengurangi kecepatan. Alih-alih, jari raksasa itu terayun tanpa ampun ke arah semua orang di dinding kota. Jika menimbang dari momentumnya, tidak akan ada seorang pun yang bisa selamat kalau mereka sampai terkena serangannya.      

Ketika semua orang memandang jari raksasa yang semakin mendekat, ekspresi putus asa merambat naik di wajah mereka masing-masing. Setelah bertarung sengit, rupanya mereka masih tidak bisa selamat dari kematian?      

Liu Yan menempel erat pada Lin Xiao. Sementara itu, pria tersebut juga menghela napas pelan dan mempererat pelukannya. Dia lantas mendongak dan memandang ke arah jari raksasa yang semakin mendekat. Dia lantas berpikir, apa nasibnya akan berakhir di sini…      

"Putraku, Lin Dong, aku penasaran bagaimana kabarmu sekarang. Ayahmu akan segera mati, tapi kau bahkan tidak datang untuk berpamitan denganku. Dasar anak tidak berbakti."      

Lin Xiao mendongak memandang langit dan tersenyum. Tiba-tiba, dia melihat langit terdistorsi, dan sebuah sosok yang sangat dikenalnya muncul di bawah jari raksasa…      

Sosok itu tampak seperti anaknya yang tidak berbakti…      

"Apa ini halusinasi sebelum kematian?" Lin Xiao menggeleng dan memejamkan matanya. Namun sesaat kemudian, dia kembali membuka mata. Serangan mengerikan itu ternyata tidak mengenai mereka?      

Di dinding kota, tampak banyak sekali praktisi yang terkejut tengah menengadahkan kepala memandang ke langit. Setelah itu, ekspresi mereka perlahan-lahan membeku.      

"Apa itu…"      

Sebuah sosok kurus sedang berdiri di langit dengan dua tangan dilipat di punggung. Sementara itu, jari raksasa yang berada sekitar tiga meter dari kepalanya, sudah tak bisa bergerak lagi. Setelahnya, mereka melihat sosok kurus itu mengangkat jarinya, lalu menjentikkannya perlahan.      

"Dhuaar!"      

Pemuda itu lantas menjentikkan jari. Serangan berupa jari raksasa yang bisa membuat setengah kota hancur, lantas meledak dengan suara 'dhuaar' keras, dan berubah menjadi percikan-percikan cahaya yang memenuhi langit…      

Serangan dahsyat yang dikerahkan oleh seorang praktisi super Tingkat Samsara, ternyata berhasil dihancurkan semudah itu?      

Seluruh tempat sontak hening. Bahkan teriakan-teriakan perang di area kejauhan mendadak senyap.      

Semua orang di dinding kota memandang dengan sorot terkesima pada sosok kurus di atas, dan mereka tidak bisa tersadar dari lamunan masing-masing dalam waktu lama. Tampaknya mereka sudah diselamatkan olehnya?      

"Sesepuh."      

Mo Jingtian dipenuhi rasa hormat ketika dia bergegas membungkuk. Para praktisi di dinding-dinding kota juga segera berlutut. Lin Xiao dan Liu Yan juga segera berusaha membungkuk ketika mereka menyaksikan kejadian itu. Akan tetapi, ketika mereka hendak melakukannya, dua orang itu mendadak menyadari kalau badan mereka tidak mau bergerak.      

"Ayah, Ibu, aku tidak bisa menerima hadiah perlakuan seperti itu dari kalian."     

Suara tawa pelan terdengar dari langit. Badan Lin Xiao dan Liu Yan segera membeku. Mereka gemetaran ketika menatap sosok di langit. Setelah itu, sorot tidak percaya dan terkesima yang meluap-luap menyeruak di mata mereka.      

"Dong … Dong'er…"      

Suara serak perlahan-lahan terdengar dari bibir mereka.      

Sosok di langit akhirnya berbalik. Wajah mudahnya masih tampak sama persis ketika dia pergi dari rumah di masa lalu. Akan tetapi, sekarang terdapat tambahan raut penuh tekad dan kedewasaan di wajahnya.      

Pemuda di masa lalu itu sudah bertambah dewasa. Sekarang, dia seperti rajawali yang membumbung ke langit dan berdiri di puncak dunia.      

Sosok Lin Dong bergerak perlahan. Ketika dia kembali muncul, pemuda itu sudah berdiri di depan Lin Xiao dan Liu Yan. Ketika Lin Dong memandang dua sosok dengan darah yang sama mengalir di pembuluh mereka, rasa rindu yang dikuburnya dalam-dalam di hati selama bertahun-tahun, akhirnya menyeruak keluar.      

Bahkan dengan sikap Lin Dong yang bermental kuat, matanya sontak saat ini memerah. Seakan-akan dia sudah kembali menjadi pemuda lemah yang masih memerlukan perlindungan mereka berdua di masa lalu.      

"Ayah, Ibu … Dong'er pulang."      

Pemuda itu memandang ke arah Ibunya yang sudah bercucuran air mata, lantas berkata dengan suara lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.