Di Balik Layar
Di Balik Layar
Pintu itu didorong perlahan, dan sinar bulan merambat masuk. Sebuah sosok langsing dan cantik perlahan-lahan masuk di bawah sinar bulan. Mata jernihnya sedikit bergetar.
Kepala sosok itu agak menunduk ketika dia melangkah memasuki kamar. Kedua tangan mungilnya dikepalkan erat bersama. Pandangan matanya diedarkan ke sekitar, dan dia tidak berani menatap sosok pemuda di atas kasur.
Lin Dong yang duduk di atas kasur menatap wanita muda yang berjalan dengan sikap tak biasa tersebut. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya menggeleng tak berdaya saat menyaksikan kalau gadis itu tidak juga segera memperlihatkan tanda-tanda hendak berbicara. "Xin Qing, ada apa?"
Gigi Xin Qing menggigit bibir mungilnya. Kedua tangannya yang dikepalkan bersama menjadi agak membiru karena dikepalkan terlalu kuat. Tampaknya hati Xin Qing sedang berkecamuk.
Lin Dong terdiam menyaksikan sikap Xin Qing yang tak juga berbicara, sehingga dia tidak mendesaknya.
Suasana hening di dalam kamar berlangsung selama beberapa menit. Air mata akhirnya mengalir dari mata Xin Qing dan dia mendadak berlutut.
"Tuan Lin Dong…"
Lin Dong menatap Xin Qing dan tersenyum. "Ibumu memintamu kemari, 'kan?"
"Ya."
"Kalau tebakanku tidak salah, ibumu ingin kau berada di sini malam ini, 'kan? Mengapa? Apa Suku Nine-tail-mu ingin mendapatkan perlindungan dariku?" Lin Dong bertanya lembut.
"Maafkan aku…" Mata Xin Qing memerah. Air matanya terus menetes. "Aku tahu aku sudah mengecewakan Kak Xinlian dengan bersikap seperti ini. Tapi, aku rela memberikan segalanya demi sukuku, meskipun itu nyawaku … atau badanku.
"Suku Nine-tail sangat kuat di masa lalu. Tapi, aku tak punya ambisi besar untuk mengembalikan suku kami ke zaman kejayaan. Aku hanya ingin sukuku hidup makmur dan tidak perlu khawatir untuk ditangkap, lalu dijadikan budak wanita yang bisa dinikmati orang lain setiap harinya."
Lin Dong menghela napas perlahan saat menatap sosok wanita muda yang berlutut di bawah dan menangis karena sedih. Bibi Xin ingin membebankan seluruh harga diri dan aib di bahu wanita muda mungil tersebut. Beban itu jelas terlalu berat untuk ditanggungnya…
"Aku paham seperti apa sifat Tuan Lin Dong. Cara yang dilakukan ibu tidak akan berhasil … Tapi, biarkan aku duduk di sini malam ini. Aku akan menjelaskan pada ibu esok hari."
Lin Dong menghela napas. Dia berdiri dari kasur dan duduk di samping Xin Qing. Saat menatap wajah wanita muda cantik yang dipenuhi air mata itu, dia lantas tersenyum. "Apa kau tahu kalau aku berasal dari keluarga yang sangat kecil di dinasti level bawah di Benua Xuan Timur? Aku punya musuh sejak usiaku masih sangat muda yang memiliki kekuatan untuk menghabisi semua anggota keluargaku dengan mudah…
"Ayahku terluka parah karena ulah orang itu, sampai dia menjadi cacat … Pada saat itu, terdapat jarak yang tak terhitung antara dia dan aku. Dia adalah praktisi berbakat luar biasa di seluruh area dinasti, sedangkan aku hanyalah seseorang yang tidak dikenal dari keluarga kecil."
Xin Qing berhenti menangis, mata merahnya menatap pemuda yang sedang tersenyum cerah tersebut. Tak mudah baginya membayangkan kalau pemuda yang disanjung oleh para praktisi papan atas seperti Mo Luo dan Qing Zhi ternyata memiliki masa lalu seperti itu…
"Cerita selanjutnya sangat sederhana. Aku belajar menahan diri dan berangsur-angsur menjadi kuat melalui berbagai macam kejadian. Pada akhirnya, aku berhasil membunuhnya…"
Lin Dong mengulurkan tangannya, perlahan-lahan mengusap kepala mungil wanita muda itu. Dia kemudian menambahkan dengan lembut, "Aku tahu kalau sukumu sedang mengalami saat-saat yang sulit. Namun, kalau kau benar-benar ingin melindungi mereka yang sangat kau sayangi, maka kau hanya bisa mengandalkan kekuatanmu sendiri.
"Titik awalmu jauh lebih baik dibandingkan denganku. Kau sudah mencapai Tingkat Profound Life di usia semuda ini. Pencapaianmu seperti praktisi super berbakat dari dinasti tempatku berasal … Oleh karena itu, percayalah dengan kemampuanmu. Pasti akan ada hari di mana kau bisa membuat Suku Nine-tail-mu kembali berdiri tegak di Dunia Iblis ini.
"Kalau saat itu tiba, kau akan percaya kalau semua peristiwa yang terjadi hari ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Tentu saja, kalau hari itu tiba, tolong jangan benci aku. Aku benar-benar tidak ingin mengusik rubah ekor sembilan yang sedang marah…"
"Pfft."
Wanita muda itu sontak tertawa. Tak lama kemudian, dia mendengus pelan. Pandangan matanya tampak bercahaya ketika dia menatap Lin Dong. "Tuan Lin Dong, apa menurutku aku benar-benar bisa melakukannya?"
"Tentu saja, kau berpotensi." Lin Dong menyahut sambil tersenyum.
Wanita muda itu menggertakkan giginya perlahan, kedua tangannya mendadak dikepalkan erat. Pada saat itu, Lin Dong bisa melihat kalau terdapat api yang menyeruak dari dalam sepasang mata Xin Qing.
"Terima kasih, Tuan Lin Dong. Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang."
Xin Qing menyunggingkan senyum menawan pada Lin Dong. "Aku sekarang tahu mengapa bahkan sampai Kak Xinlian yang punya standar tinggi, sampai suka denganmu…"
"Uhuk, aku hanya berteman dengannya." Lin Dong menyahut serba salah.
Xin Qing menatap wajah Lin Dong. Tiba-tiba, dia mencondongkan badannya ke depan, lalu sepasang lengan panjang rampingnya memeluk Lin Dong dengan lembut. Dia berkata dengan suara pelan, "Tuan Lin Dong, kau memang benar. Kami hanya mampu mengandalkan diri sendiri kalau ingin mengubah kondisi Suku Nine-tail. Kalau kami sampai kehilangan keberanian itu, maka kami tidak bisa mengalahkan pihak-pihak lain karena sudah berusaha keras bertahan hidup…"
Lin Dong agak terkejut. Dia hendak berbicara ketika nuansa lembut yang mendekapnya menjauh. Wanita muda itu berdiri, lalu mengedipkan matanya pada Lin Dong. "Tuan Lin Dong, tolong istirahatlah lebih dulu. Maafkan Xin Qing karena sudah mengusikmu."
Xin Qing sudah meninggalkan kamarnya setelah berbicara demikian. Hanya aroma parfumnya yang tertinggal di sana.
Lin Dong menatap punggung wanita muda yang meninggalkan kamar. Tampaknya ada sesuatu di dalam diri Xin Qing yang berubah. Dia bisa merasakan sorot malu-malu yang awalnya samar-samar terpancar di mata Xin Qing, sekarang sudah lenyap sepenuhnya.
Lin Dong berharap kalau Xin Qing bakal terus bertambah dewasa. Dia menganggapnya sebagai teman, dan tentu bakal membantunya selama dia bisa. Namun Lin Dong tidak ingin Xin Qing terlalu tergantung pada bantuannya. Karena bagaimanapun juga, seperti apa yang sudah dikatakan Lin Dong. Seseorang pada akhirnya perlu mengandalkan kemampuannya sendiri kalau dia ingin berubah.
...
Wanita muda itu berlari di dalam desa Nine-tail di bawah cahaya langit malam. Sesaat kemudian, dia menjadi agak terengah-engah ketika memasuki Aula Ancestral desa ketika dia melihat sosok Bibi Xin dan sekelompok sesepuh di sana.
"Xin Qing?" Bibi Xin agak terkejut ketika melihat sosok wanita muda yang memasuki ruangan.
Beberapa sesepuh saling bertatapan, tetapi tidak ada yang bicara. Kemungkinan mereka semua sadar apa yang dilakukan oleh Xin Qing malam ini…
"Ibu, sudah kubilang kalau cara ini tak akan berhasil pada Tuan Lin Dong." Xin Qing berkata sambil tersenyum simpul.
Mata Bibi Xin agak meredup. Sesaat kemudian, dia tersenyum kecut dan menggelengkan kepala. Bibi Xin mendongak, lalu bergumam dengan suara sayu, "Apa ini nasib Suku Nine-tail-ku…"
"Aku ingin pergi ke Aula Ancestral Soul!"
Suara tegas Xin Qing mendadak terdengar di dalam Aula Ancestral. Bibi Xin dan para praktisi lainnya terkejut ketika mendengarnya. Mereka mendongak terkejut dan menatap mata sosok yang sedang mengepalkan tangannya dengan erat tersebut. Tak ada sorot ragu-ragu maupun takut yang terpancar di mata Xin Qing.
"Biarkan aku mencobanya. Aku tidak akan menyesal meskipun seandainya aku gagal dan mati!"
Mata Xin Qing menatap lekat pada Bibi Xin. "Aku tahu kalau Aula Ancestral Soul hanya bisa dibuka sekali untuk terakhir kalinya. Namun, Suku Nine-tail kita akan terus mengalami kemunduran kalau kita tetap menjadi pengecut.
"Ibu, daripada hidup dalam ketakutan setiap hari, mengapa kita tidak mempertaruhkan segalanya pada hal ini. Jika kita masih gagal, berarti langit sudah menentukan kalau Suku Nine-tail kita tak bisa kembali berjaya seperti di masa lalu. Kalau demikian…"
Mata Xin Qing menjadi sangat tegas, lalu berubah sedih setelah berbicara sampai di poin tersebut. "Lebih baik membiarkan Suku Nine-tail kita lenyap dari dunia. Dengan demikian, paling tidak kita bisa mempertahankan sebagian kecil dari harga diri."
Seluruh Aula Ancestral saat ini terasa sunyi senyap. Wajah Bibi Xin serta para praktisi lainnya memucat, sorot tercengang terpancar di mata mereka. Tak ada seorang pun dari mereka yang mengira kalau wanita muda yang biasanya sangat pemalu itu bakal menjadi sangat tegas sekarang…
"Ketua…"
Suasana hening itu berlangsung lama, hingga akhirnya seorang wanita mendadak mengepalkan tangannya erat. "Xin Qing memang benar. Meskipun kita hanya punya satu kesempatan terakhir, tapi … daripada hanya menunggu dengan cara bodoh begini dan mengandalkan harapan kita akan perlindungan dari pihak luar, sebaiknya kita mempertaruhkan segalanya!
"Jika leluhur memberkati kita, maka Suku Nine-tail pasti akan kembali berjaya. Kalau kita gagal … berarti memang sia-sia saja hidup menderita setiap hari."
Para praktisi lain terdiam. Namun api yang sudah diredam selama bertahun-tahun, seolah-olah kini kembali menyeruak dari dalam mata mereka.
Badan Bibi Xin gemetaran. Hingga akhirnya, dia sontak menangis ketika berujar, "Aku tahu kalau kita semua sangat lelah, tetapi kita hanya ingin melindungi suku kita. Suku kita sudah sangat menderita."
"Ibu, maka dari itu … Biarkan kami mencoba untuk terakhir kalinya." Xin Qing melangkah maju dan berlutut di sisi Bibi Xin. Dia mengepalkan tangan mungilnya yang sedingin es, lantas tersenyum simpul.
Bibi Xin menatap gadis di depannya, air mata terus mengalir di pipinya. "Kau akan mati. Para anggota suku yang memasuki Aula Ancestral Soul selama ribuan tahun terakhir akhirnya meregang nyawa. Aula itu adalah tempat kematian yang terkutuk…"
"Tapi pasti lebih baik dibandingkan memancing minat orang hebat, lalu ditangkap untuk dijadikan simpanan maupun budaknya, 'kan?" Xin Qing berkata lembut.
Bibi Xin menatap putrinya yang mendadak menjadi lebih dewasa dibandingkan dirinya. Kemudian sikap keras kepala terakhir di dalam hatinya langsung hancur sepenuhnya. Dia mengusap rambut panjang dan mulus Xin Qing. Bibi Xin lantas menggertakkan giginya dan mengangguk. "Kalau begitu, mari kita buka Aula Ancestral Soul!"
Raut gembira akhirnya muncul di wajah Xin Qing. "Terima kasih, Ibu!"
Bibir Xin mengusap air mata di wajahnya. "Kalau kau gagal, maka Suku Nine-tail tidak akan ada lagi di dunia ini."
"Aku akan mengumpulkan anggota suku dan mengumumkan kejadian ini besok. Setelah itu, kami akan mengantarkanmu memasuki Aula Ancestral Soul!"
"Ya!"
Atmosfer menegangkan di Aula Ancestral sudah lenyap. Mungkin dikarenakan mereka akhirnya sudah membuat keputusan akhir. Ekspresi kelompok Bibi Xin tak lagi sesedih sebelumnya. Alih-alih, terdapat senyuman yang menghiasi wajah mereka.
"Tampaknya Aula Ancestral Soul itu adalah tempat yang lumayan berbahaya…"
Suara tawa yang mendadak terdengar itu membuat semua orang di Aula Ancestral terkejut. Mereka menoleh dan mendapati sebuah sosok tiba-tiba muncul dan sedang bersandar di pintu.
"Tuan Lin Dong?!" Xin Qing sontak tercengang ketika melihat sosok tersebut. Dia bergegas mengusap bekas air mata di wajahnya.
Bibi Xin menatap Lin Dong dan segera berdiri untuk menyapanya. "Dik Lin Dong, aku sudah bersikap tidak sopan mengenai urusan sebelum ini. Tolong jangan marah."
Lin Dong mengedikkan bahunya. Dia menatap Xin Qing dan bertanya, "Apa memungkinkan kalau orang luar ikut memasuki Aula Ancestral Soul?"
Bibi Xin terkejut dan membalas, "Bisa, tetapi tempat itu sangat berbahaya."
Ekspresi di wajah mungil Xin Qing saat ini berubah, dia segera berkata, "Tuan Lin Dong, kau jangan…"
"Aku akan menemaninya memasuki Aula Ancestor Soul."
Lin Dong mengabaikan protes wanita muda tersebut. Dia melemaskan pinggangnya dan beranjak pergi.
Gumaman terdengar dari mulut Lin Dong, dan dia meninggalkan tempat tersebut.
"Benar-benar … Padahal aku cuma menghiburnya … Mengapa situasi segenting ini malah terjadi … Aku benar-benar gagal…"
Tangan mungil Xin Qing sontak menutupi mulut kecilnya ketika dia mendengar gumaman lirih tersebut. Air mata berkumpul di matanya, dan menetes deras.