Tidak Ingin Takut Padamu
Tidak Ingin Takut Padamu
Kali ini, Su Mohan akhirnya menatap langsung ke mata Ye Fei. Matanya sebening air, seperti cahaya bulan yang mengalir deras. Tapi di bawah cahaya terang itu, ada kilatan keindahan yang menawan, dengan pesona yang tak dapat dijelaskan.
"Jangan marah…"
Setelah Ye Fei selesai berbicara, kepalanya terasa dingin. Lalu, tangan besar Su Mohan melewati rambut lembutnya, menyeret bagian belakang kepalanya. Kemudian bibirnya menutupi bibir ceri milik Ye Fei.
Suasana hatinya benar-benar buruk, sangat buruk! Batin Ye Fei.
Su Mohan sangat tersinggung ketika ia ingat bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang Ye Fei. Tapi Li Mingwei tahu segala tentangnya. Ketika ia mengingat kembali bahwa Ye Fei benar-benar memohon untuk pria itu, suasana hatinya malah menjadi sangat buruk.
Seolah menyadari sifat cepat marah Su Mohan. Dengan sangat lemah lembut Ye Fei kemudian mengangkat tangannya, dan dengan lembut melingkarkan lengannya di leher Su Mohan. Setelah itu ia menanggapi ciuman Su Mohan dengan lembut.
Setelah lebih dari sepuluh menit, klakson di belakang mobil terus berbunyi, Su Mohan akhirnya melepaskan bibir Ye Fei yang telah mati rasa. Tidak tahu apakah karena hari ini hari Valentine. Maka dari itu jalanan menjadi sangat padat. Setelah berkendara kurang dari 10 menit, mobil harus berhenti lagi.
Ye Fei menggelengkan lengannya dengan pelan dan berkata dengan lembut, "Jangan marah, aku tidak ingin kamu membunuhnya, karena aku tidak ingin takut padamu."
Su Mohan terkejut pada awalnya, kemudian ia menoleh dan memandangi makhluk kecil yang indah di depannya dengan tatapan kosong. Matanya seperti air, mengalir dengan kehangatan yang samar, seperti cahaya bulan yang mengalir, jernih dan lembut.
Hanya karena perkataan Ye Fei, kemudian muncul kegembiraan yang tak bisa dijelaskan di dalam hati Su Mohan. Ternyata dia tidak terobsesi dengan pria itu, batinnya.
Su Mohan tidak tahu dari mana asal datangnya kegembiraan yang ia rasakan, tapi itu tidak bisa dijelaskan. Kerutan pada keningnya mengendur, bibir tipisnya bersinar, dan kemarahan di matanya juga menghilang.
Ye Fei lalu membusungkan bibirnya dan berkata, "Ayo kita ke Pusat Perbelanjaan Ginza."
"Baiklah," Su Mohan menjawab dengan lembut, tanpa bertanya, tapi masih tenggelam dalam kalimat Ye Fei, 'Aku hanya tidak ingin takut padamu', untuk waktu yang lama dan tanpa sadar.
Hingga 20 menit kemudian, mereka akhirnya turun dari mobil. Su Mohan melempar kunci mobil ke pegawai mal dan melihat wanita kecil lembut yang berjalan ke arahnya. Ye Fei lalu meraih tangannya, dan berdiri di depan pintu masuk.
Pada saat ini, Plaza Ginza masih terang benderang, megah seperti istana kerajaan. Inilah tempat belanja termewah di ibu kota. Plaza Ginza buka selama 24 jam, yang sepenuhnya menunjukkan bahwa selama kamu punya uang, kamu dapat merasakan layanan terbaik dan termewah kapanpun dan di mana pun.
Ye Fei langsung naik ke lantai dua. Sebab, lantai dua menjual beberapa aksesoris pria, seperti ikat pinggang, dasi, kancing kemeja dan dasi kupu-kupu.
Su Mohan tidak tahu apa yang ia lakukan di sini, tapi entah kenapa, karena kalimat yang baru saja Ye Fei ucapkan. Ia membiarkan momen ini dan rela menemani Ye Fei mengembara tanpa tujuan.
Mata Ye Fei telah tertuju pada berbagai dasi dan kancing kemeja. Karena ia berencana untuk memilih salah satunya sebagai hadiah Valentine untuk Su Mohan. Meskipun ia selalu sedikit malu untuk membicarakan hubungannya dengan Su Mohan. Namun ia masih bisa merasakan kelembutan yang dimiliki pria ini. Kelembutan dengan dominasi yang kuat, berbeda dengan romantisme dan semangat anak muda. Tidak sia-sia juga bukan publisitas, melainkan tabah dan tenteram.
Jadi Ye Fei berencana untuk memberi Su Mohan hadiah. Bahkan meskipun ia tahu bahwa pria ini tidak membutuhkan apapun, namun semua ini adalah atas niatnya sendiri.