Mencuri Hati Tuan Su

Sungguh, Itu Bukan Aku



Sungguh, Itu Bukan Aku

0Mendengar itu, kekuatan di tangan Ye Fei sedikit berkurang. Tetapi, ia masih menempel pada pria di sampingnya, seolah-olah ia masih tenggelam dalam mimpi buruk dan tidak bisa bangun.     

Su Mohan mengambil handuk yang biasa Ye Fei pakai di wajahnya dan menyeka keringat dari wajah wanita itu. Ia hanya bisa mengerutkan alis dan keningnya. Ye Fei tampak berangsur-angsur menjadi tenang, tetapi pada kenyataannya ia masih tenggelam dalam mimpi buruk.     

———     

"Bu... Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku!"     

Sang ibu melepaskan genggaman Ye Fei dengan kasar dan menatapnya dengan mata dingin. "Jangan panggil aku Ibu. Aku bukan ibumu. Kamu telah menjadi pencuri selama lebih dari sepuluh tahun dan sudah membunuh ibuku. Aku tidak akan memaafkanmu!"     

"Tidak... Bukan, bukan seperti ini…"     

Ye Fei meraih lengan ibunya dan menggelengkan kepalanya dengan kuat. Air mata di wajahnya berlinangan seperti mutiara yang pecah. Saat Ye Fei melihat ibunya yang terlihat lebih dingin dari sebelumnya, ia sangat ingin membuktikan sesuatu padanya.     

———     

Su Mohan tampak tenang selama beberapa menit dan Ye Fei mulai menangis lagi. Ia menyalakan dua lampu lainnya di kamar dengan remot di samping tempat tidur. Untuk sementara, kamar suite malam itu dipenuhi dengan kehangatan yang samar.     

Su Mohan menepuk pipi Ye Fei dan berkata dengan suara serak, "Bangun!"     

"Tidak... Bukan seperti ini…"     

Su Mohan mengangkat tangannya dan dengan lembut menyeka air mata Ye Fei yang hangat, namun membasahi hatinya. Bulu mata Ye Fei yang penuh dengan air mata berkedip lembut, seolah angin yang bertiup melalui sayap kupu-kupu.     

Ye Fei tiba-tiba membuka matanya dan menatap Su Mohan sambil bergumam dengan suara kabur, "Sungguh bukan aku…"     

Hati Su Mohan terasa sakit saat berhadapan dengan mata Ye Fei yang berkabut. Ia mencium sudut matanya dengan lembut dan berkata, "Aku tahu."     

Setelah mendapatkan jawaban Su Mohan, Ye Fei merasa lega dan perlahan-lahan menutup matanya lagi. Wanita itu bersandar di pelukannya dan berangsur-angsur menjadi tenang. Ye Fei yang berada di pelukan Su Mohan lambat laun bernapas dengan teratur dan kadang-kadang bergerak secara tiba-tiba beberapa kali.     

Su Mohan menepuk punggung Ye Fei dengan lembut untuk menenangkannya. Dengan lampu samping tempat tidur menyala sepanjang waktu, Su Mohan menyipitkan mata dan mengingat informasi tentang Ye Fei. Kemudian, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Keluarga Ye?"     

Ketika Ye Fei bangun keesokan harinya, waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas. Ia memicingkan mata dan menyadari bahwa ia tidak sadar sejak kapan ia masuk ke pelukan pria ini. Setelah menggerakkan tubuhnya sedikit, Ye Fei mendapati bahwa tubuhnya sangat lelah. Seolah-olah ia tidak tidur malam ini dan telah lari beberapa putaran di pinggiran gunung.     

Setelah beberapa saat, Ye Fei teringat bahwa ia tampaknya telah terjerat oleh mimpi buruk tadi malam. Ia ingat bahwa ibunya menyalahkannya dalam mimpi itu. Hati Ye Fei menjadi sedikit sakit. Ibunya pasti menyalahkannya sebagai seorang pencuri karena ia hanya diam saja ketika neneknya dibunuh...     

Pria di samping Ye Fei bergerak sedikit dan mengingat tentang Ye Fei. Sementara itu, Ye Fei menatapnya dengan hati-hati. Su Mohan mengerutkan alisnya dan tidak membuka matanya. Tampaknya karena Ye Fei terus menekan lengannya, alisnya yang tampan berkerut dalam.     

Ye Fei menjulurkan lidahnya, menggerakkan tubuhnya, dan mengangkat lengannya dengan lembut. Kemudian, ia meletakkan lengannya kembali ke sisinya.     

Su Mohan meletakkan satu tangan di dahinya, memblokir cahaya lampu, dan bertanya dengan suara parau, "Jam berapa sekarang?"     

Ye Fei dibuat terkejut oleh Su Mohan. Ia langsung menoleh untuk melihat jam di dinding dan menjawab, "Oh, pukul sebelas lewat dua puluh menit."     

Setelah Su Mohan mengetahuinya, tidak ada reaksi lagi. Ia masih terbaring di tempat tidur tanpa bergerak. Su Mohan tidak tahu apa yang salah dengannya. Namun, ia menjadi sangat malas.     

Awalnya Su Mohan selalu menjadi orang dengan konsep waktu yang sangat akurat. Ia bangun pukul 5:30 pagi setiap hari, tidak peduli mau ada hujan ataupun angin. Tetapi, saat Su Mohan bersama dengan wanita kecil ini, ia akan tertidur hingga matahari berada di atas dan semua tulangnya sepertinya menjadi malas untuk bangun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.