Mencuri Hati Tuan Su

Pil Kontrasepsi Darurat



Pil Kontrasepsi Darurat

2Su Mohan mengabaikan Ye Fei dan sedang dalam suasana hati yang baik. Ia berbalik dan kembali duduk di sofa, lalu meminta Chu Zheng untuk mengirimkan kembali salinan informasi tentang Ye Fei.     

Meskipun Su Mohan telah melihat informasi tentang Ye Fei sebelumnya, saat itu ia hanya memilih wanita yang memenuhi kebutuhannya. Ia melihat bahwa Ye Fei memiliki kasus di masa lalu dan menganggapnya menarik, jadi ia memilih wanita ini waktu itu.     

———     

Setelah Chu Zheng menerima pesan dari Su Mohan, sebuah kilatan melintas di matanya. Tampaknya, pandangan Tuan Su pada Ye Fei ini benar-benar berbeda…     

———     

Su Mohan melempar ponselnya ke meja kecil dan menunggu dengan sabar. Segera, terdengar suara mesin faks. Ia mengeluarkan dokumen itu dan dengan cepat memeriksanya dari awal sampai akhir.     

Setelah membacanya, Su Mohan langsung mengerti tujuan Ye Fei untuk mendekatinya. Tidak heran jika sejak awal Ye Fei hanya mengatakan bahwa ia ingin menjadi Nyonya Tuan Su. Di sini, Ye Fei menggunakannya sebagai pedal untuk berbalik dan ingin membalas dendam pada keluarga Ye.     

Su Mohan menghancurkan dokumen itu ke dalam mesin penghancur kertas dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, saat ia membuang sampah, terdapat kantong plastik merah muda. Su Mohan mengambil kantong plastik kecil itu dengan dua jarinya, menyipitkan matanya, dan mengamati kata-kata di atas bungkusnya: 'Pil Kontrasepsi Darurat'.     

Entah mengapa, hati Su Mohan menjadi sedikit kesal. Ia melemparkan bungkusan itu kembali ke tempat sampah, kemudian bersandar di sofa dengan bosan dan menatap berita di televisi. Ia bahkan tidak tahu apa yang diberitakan karena tidak fokus. Selalu ada kalimat dari kemasan tadi yang muncul dalam pikiran Su Mohan, Pil kontrasepsi darurat… Pil kontrasepsi darurat!     

Setelah Ye Fei mengeringkan rambutnya, ia berjalan keluar dengan pengering rambut dan mengusap kakinya yang basah di keset depan kamar mandi. Kemudian, ia berjalan ke arah Su Mohan dan duduk di sebelah pria itu.     

Su Mohan memegang puntung rokok di sela-sela jarinya dan sepertinya rokoknya sudah lama tidak digerakkan. Masih ada bagian ujung rokok yang terbakar dan belum dibuang ke asbak rokoknya. Ye Fei mengerutkan kening dan dengan hati-hati melepas puntung rokok di tangan Su Mohan.     

"Kurangi merokok. Terlalu banyak merokok tidak baik untuk kesehatanmu."     

Su Mohan sedikit terkejut. Ia tidak kesal dengan tindakan tanpa izin Ye Fei. Ia kemudian hanya menoleh dan menatap wanita di depannya. Saat Ye Fei melihat tatapannya, wanita itu menyeka rambutnya perlahan dan memperlihatkan senyuman yang menyanjung.     

"Apakah Tuan Su terpesona olehku?" tanya Ye Fei. Namun, Su Mohan hanya mendengus dingin dan berbalik untuk menatap berita di televisi.     

Melihat Su Mohan tidak berbicara, Ye Fei juga tidak berbicara lagi. Sebaliknya, ia duduk dan melihat telapak kakinya sendiri. Darah di telapak kakinya sudah hilang setelah mandi. Tetapi, bekas lukanya menjadi sedikit putih karena terlalu lama direndam. Ada beberapa bagian yang terkelupas. Ada juga bagian kulit yang terbuka berwarna merah muda dan sepertinya bisa mengeluarkan darah sewaktu-waktu.     

Ye Fei mengerutkan alisnya. Ia merasa bahwa jika ia tidak menanganinya dengan hati-hati, kulitnya bisa terkena infeksi dan bernanah. Ia takut jika ia berjalan, lukanya akan menjadi masalah.     

Su Mohan melirik Ye Fei sebentar. Kebetulan, ia melihat wanita itu dengan satu kaki bertumpu pada kaki lainnya. Ye Fei memegang satu kaki dengan kedua tangan sambil melihat sesuatu dengan saksama.     

Bagian belakang kaki Ye Fei menghadap ke arah Su Mohan sehingga ia tidak tahu apa yang sedang Ye Fei amati. Ia hanya berpikir bahwa Ye Fei sengaja melakukan gestur kasar seperti itu dan itu ternyata terlihat sangat imut. Su Mohan tidak bisa menahan keinginan untuk mendekat dan melihat apa yang ada di telapak kakinya.     

Ye Fei menurunkan kakinya lagi dan tidak memperhatikan tatapan Su Mohan. Setelah ia bangkit dari sofa, ia berlari ke lemari dan mulai mencari di laci. Ia mulai mencoba melihat apakah ada kotak obat atau semacamnya di sana.     

Su Mohan memperhatikan Ye Fei sebentar. Awalnya ia tidak tahu apa yang wanita itu lakukan. Tetapi, setelah beberapa menit, ia menyadari bahwa cara Ye Fei berjalan sedikit tidak wajar. Kemudian, Su Mohan teringat bahwa Ye Fei melempar sepatunya saat mereka berada di Jalan Huaijiang hari ini. Ia melempar sepatunya dan kehilangan sepatunya sendiri.     

Mungkinkah dia kembali tanpa alas kaki? Ekspresi Su Mohan langsung berubah menjadi suram, Apakah wanita ini tidak punya otak?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.