Sesuai dengan Caraku
Sesuai dengan Caraku
Pria yang berlutut di lantai tidak bisa menahan seluruh tubuhnya yang gemetar. Ia beberapa kali bersujud sambil membenturkan kepalanya ke lantai dan memohon, "Tuan Su, tolong ampuni saya kali ini. Saya tidak tahu bahwa saya berurusan dengan orang yang salah... Saya telah mengganggu Nona Ye…"
Ketika pria itu memegang jubah mandi Su Mohan, Chu Zheng langsung menendangnya menjauh. Namun, pria itu segera merangkak kembali dan tubuhnya masih gemetar. Ia tak henti-hentinya memohon, "Saya tahu saya salah. Saya benar-benar tahu saya salah... Saya tidak akan melakukannya lagi."
Su Mohan menatap pria itu dengan tatapan merendahkan. Matanya masih dingin bagaikan penuh dengan es. Ia melepaskan Ye Fei dan berjalan ke depan, lalu menginjak salah satu tangan pria itu dengan sandalnya.
Krak…
"Ah...!!!"
Suara patah tulang terdengar bersamaan dengan teriakan pria itu hingga mengisi keheningan di bar itu dengan suasana dan situasi yang agak aneh. Sesaat, tidak ada sisa darah di wajah pucat pria itu. Keringatnya bercucuran seperti hujan dan mulutnya terbuka, tetapi seluruh tubuhnya terus gemetar, seolah-olah ia menahan rasa sakit yang menusuk.
Su Mohan menatapnya dengan wajah cemberut. Lalu, ia mengerahkan kekuatan lagi di kaki putihnya dan mematahkan jari-jari pria itu satu per satu. Terdengar jeritan demi jeritan yang naik turun hingga membuat banyak orang menundukkan kepala karena ngeri dan tidak berani melihatnya. Wan Li dan Tuan Muda Han di samping juga tampak pucat seperti kertas hingga tanpa sadar mengambil langkah mundur.
Setelah beberapa saat, pria itu pingsan. Su Mohan melepaskan kakinya, lalu dua pria berbaju hitam menyiramkan air untuk membangunkan pria itu. Setelah pria itu bangkit dari lantai, ia hanya menggertakkan giginya saat melihat Su Mohan masih tidak melepaskannya dan terus berlutut.
"Tuan Su, saya benar-benar tidak berani lagi. Saya mohon Tuan Su memberikan saya kesempatan untuk hidup…"
Setelah beberapa saat, banyak darah mengotori wajahnya. Darah merah menetes di keningnya, tetapi ia tidak berani menghentikannya dan tidak ada yang berani untuk menengahi. Setelah sepuluh menit, pria itu akhirnya tumbang.
Su Mohan masih tidak mengatakan apa-apa. Bar besar itu sepenuhnya diselimuti keheningan yang aneh.
Ye Fei melirik pria itu dengan samar dan tanpa belas kasihan. Rasa sakit di pipinya mengingatkannya bahwa kebaikan kepada musuh adalah kekejaman terhadap dirinya sendiri. Jadi, ia melembutkan tubuhnya dan bersandar pada Su Mohan seolah-olah ia tidak memiliki tulang. Ia berkata dengan sedih, "Aku merasa sangat kesakitan."
Ekspresi wajah Su Mohan menjadi lebih gelap. Ia memandang pria di lantai dan berkata dengan suara yang dalam, "Karena caramu tidak membuatku puas, maka aku harus mengikuti caraku sendiri."
Pria itu sedikit terkejut. Meskipun ia tidak mengerti apa yang dimaksud Su Mohan, ia melihat dengan jelas bahwa Chu Zheng membawa beberapa pria besar bersamanya. Ia tidak tahu mengapa Chu Zheng mengeluarkan sekotak berisi beberapa botol alkohol dan semuanya dihantamkan ke lantai dengan keras.
Pyar...!
Hanya terdengar suara kaca pecah di bar untuk beberapa saat. Pecahan kaca dan alkohol berceceran di mana-mana. Udara dipenuhi dengan bau alkohol yang kuat. Semua orang tanpa sadar mengambil langkah mundur karena mendengarkan suara-suara yang keras ini membuat kecemasan mereka semakin menjadi-jadi.
Dalam waktu lima menit, sebidang lantai tertutupi dengan lapisan pecahan kaca yang tebal dengan berbagai macam berwarna. Hampir tidak ada tempat untuk bergerak.
Ye Fei menatap lantai dengan hampa, namun ia tidak mengerti apa yang akan Su Mohan lakukan. Sebelum ia sempat bereaksi, Su Mohan sudah mengangkatnya ke sofa. Tangan Ye Fei melingkari lehernya. Hatinya merasa terharu.