Memberi Pelajaran pada Wanitanya Sendiri
Memberi Pelajaran pada Wanitanya Sendiri
Pria yang berlutut di lantai berdiri melihat puing-puing pecahan kaca yang tajam di depannya. Ia bingung untuk mengambil langkah.
Sementara, Ye Fei hanya bersandar di lengan Su Mohan. Ia meraih salah satu tangan besar Su Mohan dan berkonsentrasi untuk mengamati, seolah ia tidak mengerti semua yang terjadi di sekitarnya.
"Bantu orang itu!" kata Su Mohan dengan tidak sabar pada Chu Zheng.
Saat kata-kata itu terucap, dua pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam menendang pantat pria itu. Pria itu terhuyung-huyung dan tubuhnya langsung condong ke depan hingga wajahnya terkena pecahan kaca.
"Ah...!"
Teriakan yang menusuk ke hati terdengar bergema di bar yang hening. Sangat mengerikan hingga membuat kaki semua orang gemetar tanpa sadar.
Mereka semua tahu bahwa Su Mohan sangat kejam. Tetapi, meskipun mereka mendengar sekitar 10.000 jenis kekejamannya, mereka jauh tidak terpikirkan apalagi membayangkan adegan berdarah yang terjadi saat ini.
Chu Zheng melangkah maju dan menjambak rambut pria itu. Wajahnya berlumuran darah dan diwarnai dengan banyak pecahan kaca yang tertancap ke dalamnya.
"Tuan Su... Saya bersalah. Saya benar-benar tahu itu salah. Saya tidak akan melakukannya lagi…" Pria itu menangis dengan getir. Matanya merah dan semua yang dilihatnya adalah awan merah berkabut.
Su Mohan tidak bereaksi terhadap permintaan belas kasihannya, seolah-olah ia adalah seorang kaisar yang berhak menghakimi semua makhluk hidup.
Jika Su Mohan tidak mengatakan untuk berhenti, maka Chu Zheng juga tidak akan berhenti. Ia terus memegang rambut pria itu dan terus membenturkan kepalanya. Dalam sepuluh menit, wajah pria itu benar-benar tidak bisa dikenali. Banyak pecahan kaca menusuk telapak tangan, lutut, dan betisnya. Tetesan darah merah secara bertahap mengalir keluar. Ada bau darah yang kuat tercium di udara.
Ye Fei tahu bahwa pertunjukkan itu tidak terlihat bagus, tetapi ia tetap mengangkat kepalanya tanpa sengaja. Pemandangan itu langsung membuat isi perutnya bergejolak. Ia merasa mual dan beberapa kali memegangi dadanya karena hampir muntah.
"Singkirkan," Su Mohan mengerutkan kening saat melihatnya dan Chu Zheng menanggapi perintahnya dengan menyeret pria itu keluar.
Masih ada suara orang-orang yang ingin muntah dari waktu ke waktu. Beberapa wanita penakut menutup mulut mereka dan terisak pelan. Tetapi, setelah pria itu dibawa pergi, bar langsung kembali tenggelam dalam keheningan seperti sebelumnya. Semua orang yang merasa tidak nyaman itu tiba-tiba menjadi tidak berani bersuara.
Ye Fei akhirnya muntah. Namun, setelah muntah, perutnya terasa lebih baik.
Su Mohan menepuk punggung Ye Fei dengan lembut dan menuangkan secangkir air hangat untuknya. Setelah berkumur, Ye Fei menarik napas dan berkata kepada pria di sampingnya, "Aku akhirnya merasa nyaman setelah memuntahkan semuanya. "
Pria yang diseret tadi meninggalkan bekas darah di sepanjang lantai. Wajah Wan Li sudah pucat seperti hantu dan matanya terlihat ketakutan. Ia gemetar dan melangkah pelan untuk keluar dari kerumunan, mencoba memanfaatkan kekacauan untuk pergi.
Mata Su Mohan menunjukkan sedikit ironi dan ia berbicara dengan ringan, "Nona Wan? Mengapa kamu pergi begitu terburu-buru?"
Wan Li mendadak menjadi lemas. Ia hanya berlutut di lantai dengan mata yang suram dan ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Su Mohan tidak ingin berurusan dengan Wan Li terlebih dahulu, tetapi malah mengarahkan jarinya kepada pria bernama Tuan Muda Han sambil berbicara, "Aku dengar jika tidak bisa minum tiga puluh gelas maka tidak boleh pergi?"
Tenggorokan Tuan Muda Han menegang, tetapi ia berpura-pura tetap bersikap tenang dan menjelaskan, "Tuan Su... Ini benar-benar kesalahpahaman. Saya hanya mengira wanita ini telah menyinggung Tuan Su, jadi saya ingin berbicara untuk Tuan Su dan memberinya pelajaran. Saya tidak menyangka semua itu menjadi kesalahpahaman."
Sebuah senyum mencibir terbit di sudut mulut Su Mohan, lalu ia bertanya, "Sejak kapan ada teori seperti itu? Aku memberi pelajaran kepada wanitaku sendiri dan orang lain juga berani turun tangan?"