Mencuri Hati Tuan Su

Jajanan di Jalan Huaijiang



Jajanan di Jalan Huaijiang

0Begitu Ye Fei mendengar perintah itu, ia tampak sangat bahagia dan tersenyum untuk menyanjung orang yang ada di sampingnya, "Tuan Su, aku sangat menyukaimu."     

Ye Fei mengatakan ini dari lubuk hatinya.     

Awalnya, Ye Fei mengira Su Mohan tidak akan mendengarkan kata-katanya. Bahkan, jika Su Mohan mendengarnya, pria ini mungkin tidak akan pergi ke toko dan restoran kecil di pusat kota bersamanya. Tanpa disangka, Su Mohan benar-benar mengajak Ye Fei pergi untuk makan sup ikan rebus pedas.     

Karena jaraknya tidak terlalu jauh, kurang lebih 10 menit kemudian mobil berhenti di perempatan Jalan Huaijiang. Karena banyak orang yang menjual barbekyu dan aneka jajanan, mobil menjadi sulit untuk masuk. Sopir tampak sangat kesulitan hingga terus mengelap keringat di dahinya.     

"Tuan Muda, apakah kita perlu mengosongkan jalan?" tanya sopir.     

Su Mohan hendak berbicara, namun Ye Fei menariknya dan berkata, "Ayo kita turun dan jalan kaki saja menyusuri jalan kecilnya. Aroma barbekyu tidak akan menempel ke pakaian."     

Mendengar itu, Su Mohan membuka pintu dan keluar dari mobil. Kemudian, Ye Fei juga mengikutinya keluar. Mereka meninggalkan sopir sendirian dengan mata terbelalak lebar dan penuh ketidakpercayaan.     

Tuan Muda benar-benar pergi ke tempat seperti itu bersama seorang wanita! pikir sopir.     

Ye Fei mengajak Su Mohan masuk ke dalam jalan kecil. Selagi mereka berjalan bersama, ia menjelaskan, "Sate di restoran ini benar-benar enak. Benar-benar asli buatan orang Xinjiang. Tapi, ini masih terlalu pagi, jadi harus menunggu sampai jam 8 tiba. Setelah itu, jika kamu ingin membeli sate di kedai mereka, kamu harus mengantre setidaknya 2 jam…"     

Setelah melewati restoran sate, Ye Fei mulai menjelaskan tentang kedai lain, "Teh susu di sini rasanya sangat enak. Jangan melihat dari kedai mereka yang sudah rusak. Mereka sudah membuka kedai ini sejak lama. Penjualan mereka bukannya menurun dari tahun ke tahun. Kedai minuman mereka malah menjadi semakin populer."      

"Sebagian besar teh susu di pasaran dicampur dengan krimer dan kantong tehnya juga tidak terlalu lembut. Teh susu kedai mereka justru sederhana. Hanya dari susu kambing, teh yang direbus dalam ketel besi, ditambah dengan sedikit madu. Rasanya tidak bisa dideskripsikan. Setelah makan sup ikan rebus pedas, kita bisa mencobanya…"     

Su Mohan masih tidak bersuara dan hanya terus berjalan sambil dipimpin oleh Ye Fei. Ia mengikuti wanita itu dari belakang dan menyusuri jalanan yang tidak rata.     

"...Oh? Masih ada sup ayam dan kulit tahu di sini. Aku pikir kedainya sudah lama ditutup. Aku datang kemari tidak lama sebelum masuk penjara. Aku sedang sangat ingin makan di sini waktu itu, tapi sayangnya aku tidak melihatnya berjualan selama 2 hari. Aku tidak tahu mengapa paman yang berjualan tidak datang."     

Su Mohan samar-samar mengamati tempat yang sedang Ye Fei bicarakan. Ada dua kotak makan usang untuk membuat setumpuk kulit tahu kering tetap hangat. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan selezat apakah makanan itu sehingga membuat wanita ini rela bolak-balik ke sini selama 2 hari.     

"...Dulu ada seorang paman yang menjual ketela manis di sini. Setiap kali aku datang untuk membeli ketelanya, dia memilih ketela yang lembut dan manis dengan hati-hati untuk ku, tapi itu memakan waktu yang lumayan lama. Aku tidak tahu paman itu masih berjualan atau tidak. Lagi pula, dia berumur hampir 80 tahun saat aku berumur 18 tahun. Jika dia masih hidup sekarang, bisa dibilang dia berumur panjang."     

Ye Fei tiba-tiba merasa sedikit sedih. Su Mohan menoleh dan mengamati wanita di depannya. Ada kesedihan yang nyata di matanya. Tidak terlalu kuat, namun sangat menyentuh. Su Mohan jadi tidak tahan ingin memeluknya dan menghiburnya dengan hangat.     

———     

Ye Fei berbicara sepanjang jalan untuk waktu yang lama. Entahlah, mungkin ia hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkannya. Ia tidak pernah mengeluh karena Su Mohan yang terus saja diam.     

Jalan kecil ini menjadi benar-benar berbeda. Rangkaian lampu neon dipasang di langit-langit dan jalannya menjadi rapi. Setiap kedai memiliki rak yang menyatu dengan nomor yang berbeda di atasnya.     

"Ini tempatnya."     

Ye Fei berdiri di depan kedai dan melihat ke arah tanda berwarna merah bertuliskan 'Ikan Rebus Cita Rasa Sichuan'. Ia pun tidak bisa menahan senyum yang mencapai sepasang matanya yang menawan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.