Mencuri Hati Tuan Su

Ikan Rebus Pedas ala Sichuan



Ikan Rebus Pedas ala Sichuan

3Ye Fei tidak tahu apa yang Su Mohan pikirkan. Ia mengira pria ini benar-benar tidak menyukai hidangan dan alat-alat makan di sini.     

Ye Fei segera bangkit dan mengambil piring yang ada di depannya, lalu berlari ke dapur untuk mencucikan piring Su Mohan. Setelah itu, ia bahkan tidak berani mengelapnya dengan beberapa tisu kasar di kedai. Ye Fei hanya sedikit mengguncang piringnya dan membawanya kembali ke meja.     

Ye Fei berkata sambil merasa sedikit malu, "Aku takut kamu berpikir kalau tisu di sini tidak bersih, jadi aku tidak menyekanya. Jika kamu tidak suka ada air di permukaan piringnya, aku akan keluar dan membelikan tisu untuk menyeka piringmu."     

Su Mohan tidak mengatakan apapun sehingga Ye Fei berasumsi bahwa ia sudah puas akan hal itu. Jadi, Ye Fei hanya duduk di sana dan tidak bergerak.     

Setelah beberapa saat, tiga hidangan diantar secara berturut-turut yakni satu porsi ikan rebus pedas, satu porsi ayam pedas, dan satu porsi tumis kembang kol. Bibi pemilik kedai juga memberikan dua botol alkohol, "Minuman ini gratis. Jika masih kurang, beritahu kami!"     

Ye Fei melihat ikan rebus yang mengepul, lalu menaburkan daun bawang cincang dan ketumbar di atasnya. Dengan tidak sabar, ia segera memasukkan sepotong daging ikan ke dalam mulutnya. Namun, ia hampir memuntahkannya lagi karena ikannya masih sangat panas.     

Ketika Ye Fei sudah merasa membaik, sepasang sumpit miliknya terus bergerak bolak-balik di antara tiga hidangan. Ia makan dengan begitu lahap. Ketika ia akhirnya merasa nafsu makannya terpuaskan, ia mengangkat kepalanya dan melirik Su Mohan yang sedang makan dengan perlahan. Ye Fei sedikit lega melihat pria itu telah menghabiskan setengah mangkuk nasi.     

Ye Fei meminta pembuka tutup botol dan mulai membuka bir yang disediakan. Kemudian, ia menuangkan bir untuk dirinya dan Su Mohan. "Apakah kamu ingin bersulang?" Ye Fei menawarkan.     

Alis Su Mohan langsung berkerut, "Tumpahkan itu."     

Ye Fei sedikit terkejut, "Hah?"     

"Buang dan tumpahkan!"     

Ye Fei membeku di sana dan tidak berani menyentuhnya lagi. Namun, ia mendorong cangkir itu sambil berkata, "Terlalu sayang untuk dibuang. Lagi pula, ini juga diberikan oleh Bibi. Lebih baik dibiarkan saja dan tidak diminum."     

Su Mohan tidak berbicara lagi. Kali ini, ia mengambil sumpit dan mengambil potongan daging ikan ke dalam mangkuk. Setelah itu, Ye Fei tidak punya pilihan selain terus menikmati hidangannya sambil bergumam dalam hatinya, Padahal aku sangat ingin menikmati ikan rebus dengan bir. Siapa sangka, pria ini sangat tidak menyukainya.     

Setelah beberapa saat, semakin banyak pelanggan yang datang. Beberapa meja juga sudah diletakkan di luar dan kedainya menjadi sangat ramai. Tetapi, karena tidak ada pendingin ruangan dan hanya ada beberapa kipas kuno yang tergantung di dinding, Ye Fei dan Su Mohan berkeringat deras dan bibir mereka menjadi merah.     

Ye Fei memandang pria di depannya dengan ketidakpuasan, Tadi dia melarangku minum, tetapi dia malah minum untuk dirinya sendiri. Bukankah ini sangat tidak adil...     

"Bagaimana? Rasanya enak, kan?" Ye Fei berbicara kepada Su Mohan dengan penuh kemenangan sambil mengipasi dirinya dengan kipas tangan.     

Meskipun makanannya cukup enak, Su Mohan merasa sedikit tak tahan karena berkeringat. Kening dan alisnya terus berkerut tiada henti.     

Su Mohan tidak pernah membayangkan bahwa ia bisa berkeringat begitu banyak saat makan. Tetapi, saat ia menatap Ye Fei yang wangi dan berkeringat dengan wajah yang memerah dan bibir merah yang berkilauan, nafsu makannya menjadi tidak bisa dijelaskan.     

Satu jam kemudian, keduanya sama-sama meletakkan sumpit mereka. Ye Fei menghela napas lega dan tidak bisa tidak berkata-kata. Ini sangat menyenangkan. Akan lebih baik lagi jika ia bisa minum sebotol bir dingin...     

Setelah beristirahat sebentar, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul tujuh.     

Su Mohan meninggalkan uang sebanyak tiga ratus Yuan, lalu ia langsung bangkit dan keluar. Ye Fei menyeka mulutnya dan segera mengikuti pria itu. Ye Fei secara alami meraih tangan Su Mohan dan mengeluh, "Sayang sekali kita masih memiliki satu botol bir dingin…"     

Karena baru saja makan, telapak tangan Ye Fei hangat dan lembut. Rasanya sangat nyaman saat digenggam oleh telapak tangan Su Mohan. Tetapi, ketika ia mendengar kata-kata wanita ini, ia tidak bisa menahan amarah dan tidak ingin melihat ke arahnya. Su Mohan tidak pernah menemukan seorang wanita yang sangat rakus terhadap alkohol.     

"Mulai sekarang, kamu tidak akan diperbolehkan minum alkohol," kata Su Mohan pada Ye Fei.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.