Melepas Satu Pakaian untuk Satu Botol
Melepas Satu Pakaian untuk Satu Botol
Su Mohan masih diam dan tidak memberikan jawaban. Tidak ada yang dapat menebak apa yang sedang ia pikirkan sehingga sosoknya terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu yang tak terduga.
Wan Li mendengar itu dan ia merasa khawatir Ye Fei akan berhubungan dengan pria kasar di seberang sana. Ia pun tidak tahan untuk menyela, "Tuan, saya sarankan Anda untuk tenang. Ye Fei memang penjual anggur dan dia bisa menjatuhkan saya hanya dalam lebih dari sebulan, tapi Anda harus lebih memikirkannya lagi…"
"Jangan berbicara dengan berbelit-belit. Langsung pada intinya!" potong pria itu dengan tidak sabaran.
Wajah Wan Li sedikit malu, tapi ia masih tersenyum dan berkata, "Saya hanya ingin memberitahu Anda bahwa dia bisa berada di atas dalam sebulan karena sudah tidak bisa dibayangkan berapa banyak orang yang tidur dengannya. Jika Tuan tidak ingin mendapatkan penyakit yang kotor, sebaiknya cari gadis-gadis lain yang lebih serius."
"Ya, pelacur harus bersaing. Lalu, maksudmu sendiri kamu sangat bersih? Mu Xiaosan bisa tidur denganmu, dan terserah aku ingin meniduri siapa!"
Wan Li tidak mengira bahwa kebaikannya malah menjadi sebuah tamparan baginya di muka umum. Mereka bukan orang-orang yang bisa ia provokasi. Kini, ia hanya bisa menggertakan giginya dan menelan ludah.
Wajah Su Mohan kembali menggelap setelah mendengar perkataan Wan Li. Matanya yang memerah memancarkan kutukan dan menunjukkan bahwa ia sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini. Suasana mencekam ini membuat kedua wanita yang berlutut untuk membantu Su Mohan menangani luka di tangannya tanpa sadar gemetar.
"Tuan Su, sa... saya akan menangani lukanya. Jika Tuan merasa tidak nyaman, tolong bilang saja," seorang wanita berkata dengan tenang sambil mengambil bola kapas dan alkohol di tangannya, lalu diam-diam melihat ke arah Su Mohan.
Su Mohan bersandar di sofa sambil memejamkan mata. Ia mengulurkan tangannya ke arah wanita itu, tapi amarahnya belum hilang. Ye Fei, aku belum melihatmu selama sebulan, tapi kamu benar-benar pintar, pikirnya. Su Mohan teringat akan sepasang mata hitam Ye Fei yang berbinar saat wanita itu mengatakan bahwa ia ingin menjadi Nyonya Su, bahkan sambil memegang jari-jarinya dan bersumpah bahwa ia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang membuatnya menyesal. Su Mohan jadi tak sabar ingin merobek-robek wanita itu.
———
Di tempat lain, Ye Fei telah memuntahkan isi perutnya. Setelah meminum dua teguk air dan mencuci wajahnya, ia mendongak dan menemukan beberapa sosok yang terpantul di cermin. Chu Zheng dan dua pria besar berbaju hitam berdiri tepat di belakangnya. Ia pun bertanya, "Ada apa?"
"Tuan Su meminta Anda datang."
Ye Fei menurunkan matanya, lalu mengambil kembali nampan anggurnya dan berjalan mengikuti Chu Zheng. Tak lama kemudian, ia telah berdiri di depan beberapa orang dan langsung memasang wajah tersenyum. Lagi pula, semua orang yang datang ke sini hanya ingin bersenang-senang. Tidak ada yang ingin melihatnya menangis dan meratap.
"Tuan Su, apakah Anda mencari saya?" tanya Ye Fei.
Su Mohan menyalakan sebatang rokok di sela kedua jarinya yang ramping. Kepulan asap tembakau segera bercampur dengan keanggunan dan pesona Su Mohan yang tak terlukiskan. Lalu, ia memandang wanita di depannya melalui asap yang kabur dan cahaya neon yang menyala. "Aku dengar kamu menjual anggur dengan baik."
Ye Fei melirik Wan Li. Tanpa perlu menebak, ia langsung tahu bahwa semuanya pasti karena perbuatan wanita ini. Tapi, ia tidak tahu apa maksud Su Mohan bertanya seperti ini padanya.
"Karena kamu sangat suka berjualan, aku akan membeli anggurmu. Jika kamu menjualnya dengan baik, kamu bisa terus melanjutkannya. Tapi, jika tidak, kamu bisa kembali," ujar Su Mohan. Suaranya yang dingin dan tenang dipenuhi kemuraman.
Kini Ye Fei mengerti maksud Su Mohan. 'Kembali' yang dimaksud pria itu adalah kembali ke penjara. Tampaknya, jika Ye Fei tidak bisa memuaskannya hari ini, ia tidak akan pernah berakhir dengan baik.
"Saya tidak tahu bagaimana Tuan Su akan membeli anggur saya," Ye Fei membuka mulutnya dengan senyuman.
"Lepaskan satu pakaianmu dan aku akan membeli satu botol," kata Su Mohan. Di antara kepulan asap rokok, sepasang matanya mengunus tajam seperti dua pisau dan menatap lurus-lurus ke arah wajah Ye Fei. Ia ingin melihat apa yang harus ia lakukan dengan wanita ini.