Perubahan yang Mendadak
Perubahan yang Mendadak
Kuatnya rangsangan alkohol yang berat membuat Ye Fei menjadi pusing. Bahkan, terkadang ia tiba-tiba lupa sedang melakukan apa. Namun, di bawah kerlip cahaya dan bayangan gelap, adegan demi adegan yang terjadi selama lebih dari 20 tahun muncul di benaknya dan ia tidak bisa menahan tawa.
Sudut bibir Ye Fei terangkat hingga ia menyeringai dan di hadapan berpasang-pasang mata mabuk di bawah panggung, ia perlahan membuka ikatan kancing celana kulitnya. Kancingnya rusak, tapi resleting di bawahnya masih tertutup. Ye Fei terus menari dan karena jaket kulitnya telah lepas, gerakan dansanya menjadi semakin intens. Mata semua orang mengikuti gerakan tubuh seksi Ye Fei. Sayangnya, tidak ada yang bisa melihat apa yang ada di balik suspender hitamnya. Mereka hanya bisa terus menggila, bersiul-siul, dan bersorak koncang. Suasana bar besar itu menjadi semakin panas dan memicu klimaks lain.
Akhirnya, Ye Fei meraih kaitan celananya dan perlahan menarik resletingnya dengan gerakan yang lambat. Beberapa orang bahkan tidak bisa menahan diri untuk naik ke atas panggung untuk memenuhi keinginan mereka yang melonjak.
Dor! Dor! Dor!
Tanpa peringatan, panggung besar tiba-tiba tenggelam dalam kegelapan. Lampu kristal di atas panggung adalah yang pertama kali retak. Segera setelah itu, lampu-lampu di seluruh lantai dansa bar mulai bergetar. Seolah-olah telah diatur, semua lampu pecah berantakan. Beberapa masih berkedip, sementara beberapa lagi jatuh hingga mengenai kepala beberapa orang. Mulai tercium bau darah.
Tiba-tiba seseorang berteriak di tengah orang banyak, "Itu pistol! Tembakan... Lari!!!"
Orang-orang kompak menutupi kepala mereka dan melarikan diri. Dalam sekejap, semua meja dan kursi berserakan ke segala arah. Minuman berserakan di mana-mana. Pada akhirnya, bar yang berisik dan panas menjadi kacau berantakan.
"indungi Tuan Su!" seru Chu Zheng dengan tenang. Beberapa pria besar berbaju hitam di belakang mengeluarkan senjata mereka dan menembaki langit-langit.
"Cepat lari, seseorang dibunuh—"
"Ada baku tembak—!"
Dengan bergabungnya Chu Zheng, semua orang mulai berlari mati-matian. Hanya beberapa lampu neon di bar gelap yang berkedip tidak normal. Kemudian, dua tembakan api terdengar dari waktu ke waktu hingga kembali menyebabkan kerusuhan.
Seluruh tubuh Wan Li gemetar ketakutan. Saat suara tembakan terdengar lagi, ia menggenggam Tuan San di sampingnya dengan erat. Di tengah-tengah kekacauan ini, hanya Tuan San yang masih duduk diam di tempat aslinya sambil meminum anggur merah dengan santai. "Tuan San, ayo kita pergi dulu…" Wan Li berbicara dengan suara gemetar dan seluruh wajahnya menjadi pucat.
Tuan San menduduki kursi yang tadinya diduduki Su Mohan dengan santai. Kursi itu sekarang sudah kosong meskipun beberapa orang masih berada di sana. Sebuah senyuman terbit dari sudut bibibirnya. Ia mengocok anggur di gelas dan berkata: dengan santai, "Jangan takut."
Setelah terdengar tembakan, Ye Fei mendadak membeku karena tegang. Beberapa lampu dari atas jatuh di sampingnya hingga menimbulkan suara keras, memercikkan pecahan-pecahan kaca besar, dan membuat kulitnya merasa sakit. Rasa mabuknya sedikit menghilang karena situasi yang mendadak berubah, lalu ia menatap tangannya sendiri yang gemetar.
Ye Fei menatap langit-langit panggung yang gelap dan berdiri dengan linglung. Begitu banyak alkohol yang telah diteguknya tadi hingga kini melumpuhkan sarafnya dan memperlambat otaknya. Ia masih berdiri di sana dengan linglung dan bergumam sambil menyeringai, "Ada baku tembak."
Panggung yang luas itu gelap dan Ye Fei tidak bisa melihat jalan sama sekali. Setelah beberapa saat, ia ingin berbalik dan pergi. Namun, ia lupa di mana jalan keluar panggung dalam kegelapan. Ia pun hanya berdiri di tempatnya, tak bergerak, dan bersembunyi. Ia sepertinya mengkhawatirkan sesuatu, namun terbit senyum tipis di wajahnya yang memerah.
"Apakah kamu berencana untuk berdiri di sini sebagai target?"
Ye Fei menundukkan kepalanya dan melihat orang yang berbicara dengannya. Namun, sebelum ia menyadarinya, tangan yang kuat menariknya ke belakang panggung.