Tegas
Tegas
Mata Xiang Tianlai terus tertuju pada Yin Shaolong. Setiap kata yang keluar dari bibir indah itu berubah menjadi belati beracun yang sangat tajam yang menusuk jauh ke dalam hatinya, membuat mata Xiang Tianlai tanpa sadar menjadi basah.
Bukankah sejak awal ia sudah mengetahuinya? Mengapa ketika ia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Yin Shaolong, ia masih tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya?
Bukankah ia sudah memutuskan untuk tidak mencintai Yin Shaolong lagi? Mengapa saat ini ia tidak bisa menahan diri agar tidak menangis, berteriak, menampar wajahnya, serta membiarkannya keluar dari hidupnya sepenuhnya?
Mata Xiang Tianlai menjadi berkaca-kaca, tetapi mata yang berkaca-kaca itu sedikit memancarkan cahaya dingin.
Pada saat ini, ia akhirnya mengerti. Ternyata mencintai seseorang itu bisa kehilangan kendali atas diri sendiri, dan tidak mencintai seseorang adalah perasaan tanpa ketulusan.
Ternyata ia terlalu melebih-lebihkan kemampuan dirinya sendiri. Ia mengira bahwa cinta, sejauh yang ia ketahui, ketika ia berkata tidak cinta maka tidak cinta, ketika ia berkata menyerah maka menyerah, dan ketika ia berkata ingin mencari cinta yang baru, ia tinggal terjun saja ke kerumunan pria.
Namun, pembuluh darah yang menghubungkan jantung dan darah yang mengalir di pembuluh tersebut membuatnya mengerti dengan jelas bahwa ia hanya orang biasa, tidak mampu seperti yang ia pikirkan.
Tidak tahu apakah karena jaraknya terlalu jauh, atau karena sinar matahari siang itu terlalu kuat, Yin Shaolong yang berdiri di kejauhan hanya merasa bahwa mata Xiang Tianlai membiaskan air yang terang. Tetapi pantulan cahaya air itu membuat mata Xiang Tianlai semakin menjadi dingin, dan rasa dingin itu membuatnya merasa tidak nyaman.
Yin Shaolong mengabaikan wajah pucat Alai, kemudian berkata kepada Su Mohan sambil tersenyum, "Aku menyerahkannya kepadamu, aku akan pergi dulu. Jika kamu sudah memikirkannya, ingatlah untuk membawanya kepadaku."
Setelah mengatakan hal itu, Yin Shaolong berbalik dan pergi tanpa ragu-ragu.
Xiang Tianlai melihat kepergian Yin Shaolong dengan tegas, sedikit lengkungan berkedut di sudut mulutnya, kemudian ia berkata dengan ringan kepada Su Mohan yang ada di sampingnya, "Maaf, sepertinya aku tidak dapat membantumu."
Su Mohan tidak berbicara, tetapi pistol di tangannya sudah terbuka, pelatuknya juga telah sedikit ditarik ke bawah.
Xiang Tianlai perlahan menutup matanya dan mengepalkan tangannya tanpa sadar, bahkan ia lupa untuk bernapas.
Xiang Tianlai bisa merasakan aura di tubuh Su Mohan dan tiba-tiba menyadari bahwa mungkin pria yang berdiri di belakangnya, pria yang mencintai Ye Fei dengan segala cara ini, sebenarnya adalah orang yang sama seperti Yin Shaolong.
Perbedaannya adalah, Ye Fei lebih beruntung darinya. Ye Fei telah menjadi pujaan hati bagi Su Mohan, sedangkan dirinya hanyalah mangsa bagi Yin Shaolong.
Udara sepertinya semakin tipis. Xiang Tianlai tidak ragu bahwa Su Mohan akan benar-benar menembaknya. Ia juga tidak mungkin lagi dengan bodohnya mengharapkan seorang pria yang telah bertekad untuk membalikkan punggungnya itu. Ia hanya berpikir, apa yang akan terjadi ketika seseorang meninggal? Kemana orang yang sudah meninggal akan pergi?
Apakah ia bisa bertemu dengan Xiang Tianqi? Apakah ia bisa bertemu dengan orang tuanya?
Mata Su Mohan masih tertuju pada Yin Shaolong. Sampai Yin Shaolong mengambil beberapa langkah, Su Mohan tiba-tiba berkata dengan nada bicara yang ringan, "Karena dia sudah tidak terlalu berguna lagi bagimu, biarkan aku membantumu membereskannya hari ini."
Mendengar itu, Yin Shaolong perlahan menghentikan langkahnya. Ia menutupi kemarahan di matanya kemudian berbalik untuk melihat dua orang di belakangnya.
Su Mohan sudah mulai menarik pelatuknya dan matanya terlihat suram, sementara Xiang Tianlai, yang ada di sampingnya terlihat sangat tenang. Matanya tertutup rapat, ia sepertinya tidak memiliki harapan sama sekali untuk Su Mohan. Ia juga tidak berniat untuk melakukan perlawanan atau memberontak.