Apakah Kamu Sudah Selesai!
Apakah Kamu Sudah Selesai!
Su Mohan melirik Ye Fei, sorot mata yang lembut muncul di matanya. Ia bangkit dan meninggalkan kamar mandi dan menutup pintu.
Su Mohan melihat ke arah jam, sekarang sudah hampir jam sebelas lewat empat puluh menit. Namun, wanita kecilnya ini menjadi lebih kekanak-kanakan daripada seorang anak kecil, bahkan mulai bertindak seenaknya. Tetapi ia tidak bisa memukulnya atau memarahinya, benar-benar membuatnya sakit kepala.
Tidak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka.
Su Mohan memandang Ye Fei dengan antisipasi. Sepasang mata panjang dan sipit itu memantulkan cahaya yang berapi-api.
Ye Fei sedikit merinding ketika melihat Su Mohan. Ia meletakkan alat tes kehamilan ke tangan Su Mohan, kemudian berlari kembali ke tempat tidur seolah-olah tidak ada yang terjadi kepadanya.
Su Mohan memandangi alat tes kehamilan dan melihat dua garis di atasnya, matanya berbinar penuh kegembiraan yang tidak dapat dilukiskan.
Sebenarnya, pembahasan tentang anak akan selalu menyakitkan di hatinya. Karena kebutaan dan ketidakpercayaan Su Mohan kepada Ye Fei sebelumnya, Su Mohan tidak menjaga Ye Fei dengan baik ketika hamil, bahkan melewatkan waktu bersama Ye Xiaotian selama beberapa tahun.
Meskipun ia telah membolak-balikkan foto Ye Xiaotian saat masih kecil berkali-kali, ia tidak pernah mengalami jenis emosi yang ia rasakan ketika Ye Xiaotian belajar mengoceh hingga memanggil ayah dan ibu untuk pertama kalinya. Ia juga tidak mengalami transisi ketika Ye Xiaotian belajar merangkak saat balita sampai bisa berjalan.
Semua ini, di lubuk hatinya, selalu akan menjadi sebuah penyesalan. Hal itu juga yang membuatnya merasa bersalah sepanjang waktu. Sedemikian rupa sehingga ketika ia mendengar berita kehamilan Ye Fei lagi, ia tidak sabar untuk membawa kembali hal-hal yang ia lewatkan dan hilang ribuan kali itu.
Setelah Su Mohan menanggalkan pakaiannya, ia naik ke atas tempat tidur dan melingkarkan lengannya lalu meletakkan dagunya di bahu Ye Fei. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Istriku, apakah bayinya menendang perutmu?"
Ye Fei yang bingung baru saja akan tertidur ketika ia melihat Su Mohan menempel kepadanya seperti plester, kemudian ia segera berkata dengan tidak sabar, "Menjauh dariku."
Wajah Su Mohan menegang dan ia menarik napas dalam-dalam. Memutuskan untuk tidak memedulikan hal itu karena Ye Fei adalah seorang wanita hamil.
Ye Fei bergumam, bayi mana yang bisa menendang dalam waktu usia kehamilan kurang dari dua bulan? Apakah Su Mohan memiliki masalah di kepalanya?
Sebelum menyadarinya, Ye Fei tertidur lagi. Tetapi sebelum ia bisa benar-benar tertidur, Su Mohan di samping berkata lagi, "Istriku, apakah kamu mual? Apakah kamu ingin muntah?"
Ye Fei menampar wajah Su Mohan. "Menjauhlah dariku."
Wajah Su Mohan menjadi gelap lagi. Ia menarik napas dalam-dalam lagi dan berulang kali menghibur dirinya sendiri karena tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan wanita hamil.
Ye Fei keluar dari pelukan Su Mohan dan berencana untuk tidur dengan nyenyak, tetapi setelah beberapa saat, Su Mohan mendekat lagi. Ye Fei sedikit mengernyit. Melihat bahwa Su Mohan tidak mengganggunya lagi, ia bersandar di lengannya dengan ketenangan pikiran.
Tetapi setelah beberapa saat, Su Mohan berkata lagi, "Istriku, apakah kamu lapar? Apakah kamu ingin muntah?"
"Apakah kamu sudah selesai?" Ye Fei duduk dari tempat tidur dan menatap Su Mohan dengan kesal. Hanya ia dan Tuhan yang tahu betapa tertekan dirinya ketika Su Mohan membangunkannya setiap kali ia akan tertidur.
Mendengar ini, wajah Su Mohan benar-benar muram. Ia mengerutkan bibirnya dan melihat wanita kecil yang kejam di depannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Ye Fei sedikit merinding ketika melihat tatapan tajam Su Mohan yang seperti pisau. Seketika ia kehilangan kantuknya, kemudian ia mengusap hidungnya dan mengambil inisiatif untuk mendekatkan wajahnya ke arah Su Mohan dan berkata dengan lembut, "Suamiku, bayinya tidak menendangku. Aku tidak mual, aku tidak lapar, aku juga sedang tidak ingin memakan apa-apa."
[1] Mengacu pada memiliki persiapan mental yang cukup untuk menghadapi kesulitan, atau memiliki sikap acuh tak acuh terhadap hal-hal yang tampaknya sulit, biasanya digunakan untuk mencela diri sendiri atau mencemooh. Metafora bebas melakukan apa saja.