Keputusan Untuk Menangani Semuanya Sekaligus
Keputusan Untuk Menangani Semuanya Sekaligus
Sampai beberapa menit kemudian, Su Mohan duduk di sofa dan merokok. Ye Ya sedikit bingung. Malam hampir menuju pagi, dan ia masih tidak tahu bagaimana cara untuk mengajak Su Mohan.
Setelah merasa ragu untuk sesaat, Ye Ya melihat cahaya redup di ruangan dan secara sengaja membuka mantel luaran piyamanya. Area kulit yang luas menjadi terbuka ke udara begitu saja. Dua daging di dadanya yang juga terbuka dibawah cahaya redup seketika menjadi ambigu.
Ye Ya duduk di sofa dengan hati-hati dan sedikit menjaga jarak dari Su Mohan. Ia kemudian melepaskan kedua kakinya dari sandal dan mulai sedikit mengusap celana Su Mohan, sangat berusaha keras mencoba merayu Su Mohan.
Kening Su Mohan sedikit mengernyit, sorot ketidaksabaran melintas di bawah matanya. Sebatang rokok telah habis, ia kemudian bangkit dan menginjak jari kaki Ye Ya lalu berjalan ke kamar tidur.
"Ah!"
Karena rasa sakit itu, seluruh wajah Ye Ya menjadi pucat. Setelah Su Mohan masuk ke kamar tidur, Ye Ya melihat jari-jari kakinya yang merah dan bengkak serta penuh keringat.
"Kenapa masih belum masuk!" Su Mohan jelas tidak peduli apakah Ye Ya terluka atau tidak dan hanya mendesaknya dengan tidak sabar.
Ye Ya juga tidak memedulikan rasa sakit di kakinya dan pergi ke kamar tidur dengan tertatih-tatih. "Mohan … Aku akan segera ke sana …"
Setelah itu, begitu masuk ke kamar tidur, Ye Ya melihat Su Mohan yang menatapnya dengan jijik. "Mandi sana!"
"Aku sudah mandi ..."
"Jangan biarkan aku mengatakannya untuk kedua kalinya!" Su Mohan berteriak dengan dingin.
Melihat ekspresi Su Mohan yang menjadi semakin tidak nyaman dilihat, Ye Ya mau tidak mau berbalik dan pergi ke kamar mandi di dalam kamar itu lagi. Padahal setiap kali Su Mohan akan datang, ia selalu menyegarkan diri dan merias diri. Tetapi beberapa hari ini Su Mohan sama sekali tidak mendengarkan penjelasannya dan selalu memintanya untuk membersihkan kembali tubuhnya setiap sebelum berhubungan intim.
Su Mohan sesaat menatap punggung Ye Ya, lalu dengan perlahan menundukkan kepalanya.
Setelah beberapa saat, Ye Ya telah menyegarkan dirinya. Saat keluar dari kamar mandi, kamar itu menjadi gelap seperti dua hari sebelumnya. Kecuali dua lampu biru tua kecil yang nyaris tidak menyala, hanya ada sosok yang terlihat samar-samar di kamar, hampir tidak terlihat.
Ye Ya secara alami terlalu senang sehingga ia bahkan tidak menyalakan lampu, bahkan ia berpikir bahwa Su Mohan seperti ini pasti karena ingin menjaga perasaannya. Su Mohan pasti takut bahwa dirinya akan merasa rendah diri karena bekas luka di tubuhnya, sehingga Su Mohan sengaja tidak menyalakan satu pun lampu di kamar.
"Mohan~" Ye Ya berbisik dengan kelembutan yang tak habis-habisnya dalam suaranya sambil berjalan menuju sosok itu selangkah demi selangkah.
"Ah! Jangan terburu-buru~"
Ye Ya tiba-tiba diseret dan jatuh langsung ke tempat tidur. Kemudian sosok itu menutup mulutnya dan mulai merobek pakaiannya, dan tanpa henti terus menggodanya.
Di ruang tamu sebelah, hanya ada cahaya puntung rokok yang sedikit bergerak dalam kegelapan.
Su Mohan sedang duduk di sofa mengenakan mantelnya. Mendengarkan teriakan yang keras di kamar sebelah, Su Mohan mengerutkan kening dan menutup matanya, serta merasa sedikit iba dengan telinganya karena harus mendengar jeritan itu.
Sejak menerima pesan teks dari Jiang Huiru hari itu, Su Mohan tahu bahwa insiden ini tidak dapat dihindari. Meskipun ia bisa berlarut-larut selama satu hingga dua hari, atau satu hingga dua minggu, namun, berapa lama pula Jiang Huiru akan menahan formulanya?
Jika seperti itu, akan lebih baik jika membuat Jiang Huiru merasa nyaman sesegera mungkin. Lebih bagus lagi jika membuat Ye Ya mengandung seorang anak lebih awal. Dengan cara ini, bukan hanya dapat meringankan hati ibu dan anak itu, tetapi juga bisa sepenuhnya memblokir mulut media. Jadi ia langsung menangani semuanya sekaligus. Sehingga setelah semuanya selesai, ia bisa selalu berada di sisi Ye Fei lagi.