Karma
Karma
Ye Fei mati-matian mencoba untuk mengusir adegan itu dari pikirannya, tetapi pria itu tampaknya telah mengakar di hatinya. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba, ia tidak bisa melakukannya. Sebaliknya, semakin ia ingin melupakan, maka semuanya akan menjadi lebih jelas, dan sedikit demi sedikit adegan itu akan muncul di depan matanya.
Dalam asap air hangat dan uap, Ye Fei ingat pada saat pertama kali ia dan Su Mohan bertemu. Pada saat itu, ia hanya berpikir tentang bagaimana menjadi Nyonya Su, posisi yang diinginkan semua orang, dan bagaimana merebut Su Mohan dari Ye Ya pada waktu itu. Ye Fei tidak pernah berpikir bahwa ia akan tenggelam ke dalam lumpur yang akan menjeratnya sendiri hari demi hari.
Berawal dari sebuah perjanjian, hingga kemudian ia duduk di pangkuan Su Mohan dan menjual alkohol. Dari ia yang sering mabuk hingga tidak pernah minum alkohol lagi, dan dari pendapatan yang sedikit hingga masa depan yang dapat menghasilkan emas dalam jumlah besar setiap hari, ia secara bertahap mulai memahami bahwa kekuatan Su Mohan dapat membawa manfaat pada dirinya sendiri.
Kemudian, Ye Fei mulai terpesona oleh kelembutan Su Mohan. Su Mohan juga selalu memanjakannya. Ia pernah ingin melarikan diri, namun pada akhirnya ia tidak bisa keluar dari kandang yang dibuat oleh Su Mohan.
Saat Ye Fei mulai mencoba mengenakan seragam angkatan laut untuknya, mulai cemburu dengan wanita lain, mulai secara pribadi membuat kue ulang tahun untuknya, dan mulai memiliki harapan baru untuk masa depan …
Dan juga saat Su Mohan membeli buket mawar untuk mengakui perasaannya di rumah sakit, mencoba menulis surat cinta untuk dirinya, dan bahkan pergi ke kampus untuk menjadi profesor agar bisa bertemu dengannya.
Satu per satu dari tumpukan adegan itu sepertinya baru terjadi kemarin. Cinta yang tersembunyi jauh di dalam ingatan seolah-olah sedang menerobos gerbang pada saat ini. Seperti banjir yang bergejolak, membuatnya hampir tenggelam.
Ternyata begitu banyak hal bisa terjadi dalam setengah tahun. Ternyata hanya butuh setengah tahun untuk membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupmu. Ye Fei tidak pernah menyangka betapa ia sangat mencintai Su Mohan.
Setelah ditakdirkan untuk menderita selama enam tahun di masa muda, sampai saat ini, ia merasa konyol saat mengingat kembali bahwa ia tidak bisa melupakan kenangan ketika Su Mohan yang suka memanggil namanya lagi dan lagi setiap Su Mohan menginginkannya.
Sudut bibir Ye Fei membuat sedikit lekukan. Ada sedikit kebahagiaan namun juga menyembunyikan sebuah ketidakjelasan.
Ye Fei merasa bahwa hasil yang ia alami sekarang mungkin pantas ia dapatkan. Pasti ia terlalu sombong dan membanggakan diri sendiri, seperti seorang penjahat yang tidak pernah menyembunyikan kegembiraannya dan bahkan mengandalkan ketenarannya untuk jatuh ke dalam masalah.
Memikirkannya kembali sekarang, mungkin semua ini karena dirinya yang terlalu arogan, sehingga pada akhirnya Tuhan menggunakan cara konyol ini untuk menghukumnya, apakah ini yang disebut dengan karma?
Di atas sofa …
Su Mohan sudah selesai menghisap beberapa batang rokok. Makanan di meja makan telah berulang kali dipanaskan, tetapi Ye Fei masih tetap diam di kamar mandi. Su Mohan mengerutkan kening dan melihat ke arah jam. Sudah lebih dari satu jam berlalu, tetapi Ye Fei masih tak kunjung keluar. Su Mohan pun mau tak mau merasa sedikit tidak nyaman.
Su Mohan bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Dua pelayan yang berdiri di depan pintu kamar mandi melihat Su Mohan mendekat, mereka pun segera membungkuk dan memberi hormat. "Tuan Muda."
Su Mohan mengerutkan kening dan berkata, "Di mana dia?"
"Nona Ye masih di dalam dan belum keluar."
Su Mohan ragu-ragu dan akhirnya tidak mendorong pintu secara langsung, melainkan mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu dengan keras dan membuka suaranya dengan lembut. "Apakah kamu sudah selesai?"
Setelah menunggu beberapa menit, Su Mohan tidak mendengar jawaban Ye Fei. ia juga tidak mendengar gerakan apa pun di dalam kamar mandi. Su Mohan mengerutkan kening dan berkata lagi, "Jika kamu tidak keluar dalam waktu lima menit, kamu akan menanggung resikonya sendiri."