Selamat Atas Pernikahannya, Semoga Berbahagia
Selamat Atas Pernikahannya, Semoga Berbahagia
Dengan hanya satu gerakan dan satu tatapan dari mata Ye Fei, Su Mohan telah dikalahkan.
Su Mohan terdiam beberapa saat dan dengan berhati-hati membuka mulutnya, seolah-olah ia sedang membujuk anak kecil yang membuat keributan, "Hentikan, turunlah bersamaku."
Menghadapi tatapan Su Mohan, Ye Fei menarik senyum kaku di wajahnya. "Aku belum memberi ucapan selamat kepadamu."
Su Mohan mengepalkan tangannya dan menatap wanita yang matanya bengkak seperti buah persik namun masih tersenyum di depannya itu. Bibir Su Mohan terkatup rapat dan tidak bisa berbicara.
Ye Fei tersenyum dengan sedih dan berjalan ke samping Su Mohan sampai ia melewatinya dua langkah lalu berhenti. Ye Fei menolehkan kepalanya pada Su Mohan yang masih berdiri di tempat dan berkata, "Selamat atas pernikahannya, semoga berbahagia."
Mendengar ini, wajah Su Mohan langsung pucat. Bibir tipisnya bergetar dengan ringan, tinjunya berderit, seolah mencoba menahan sesuatu.
Sebelum Su Mohan membuka mulutnya lagi, Ye Fei sudah berbalik dan turun. Namun, baru saja menuruni dua anak tangga, Ye Fei meraih pegangan dan tertunduk di tangga. Matanya basah dan pandangannya menjadi kabur. Ye Fei gemetar dan diam di tempat untuk sementara waktu, tidak kuat untuk berdiri.
'Prang!'
Ada suara keras terdengar dari teras balkon. Menyaksikan punggung Ye Fei yang menghilang, Su Mohan meninju pintu kaca di teras balkon, membuat kaca yang berat pecah dan jatuh ke lantai. Darah merah terciprat ke mana-mana dan tersebar di semua tempat di atas salju, sangat mengejutkan.
'Selamat atas pernikahannya, semoga bahagia, beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu!'
Su Mohan menendang pintu yang bergoyang dan menginjak sepotong pecahan kaca. Ia mengabaikan telapak tangannya yang berdarah dan berjalan ke bawah dengan wajah tenang.
Tetapi sebelum Su Mohan berjalan beberapa langkah, kepala pelayan dengan tergesa-gesa menghampirinya. "Tuan Muda, Nona Ye baru saja berlari keluar."
Su Mohan tampak cemberut dan tatapannya seperti ingin membunuh. Ia menarik kerah kepala pelayan. "Apa yang kamu katakan?"
Kepala pelayan melihat ke bawah dan berkata, "Ketika Nona Ye berlari ke gerbang, Asisten Chu kebetulan muncul dengan sepeda motor dan membawa Nona Ye pergi."
"Dasar sampah!" Su Mohan menyingkirkan kepala pelayan ke samping, sepasang matanya menjadi merah.
Kepala pelayan dengan cepat bangkit dari lantai. Bahkan tanpa membersihkan tumpukan salju di tubuhnya, ia masih berdiri di sebelah Su Mohan dalam postur yang tegap.
"Ha ha, keberanian Chu Zheng benar-benar semakin besar." Su Mohan mendengus dingin, tawanya terdengar suram dan matanya penuh dengan niat membunuh.
"Saya telah mengatur agar personel menyiapkan rencana untuk mencegatnya."
"Mencegatnya? Bisakah kalian menghentikannya?" Su Mohan berjalan ke bawah dengan ekspresi wajah yang suram. Ia tidak lagi berbicara omong kosong dengan kepala pelayan.
Ye Fei sedang duduk di kursi belakang sepeda motor dan mengenakan helm di kepalanya sambil mencengkeram mantel Chu Zheng. Air matanya tanpa disadari menetes dan dalam hati bergumam, 'Bajingan, dia bahkan tidak bermaksud untuk memberikan penjelasan, mengapa dia tidak mengatakan apa-apa?!'
Setelah berada di perjalanan sekitar setengah jam, Chu Zheng memarkir sepeda motornya di depan sebuah gedung apartemen dan membantu Ye Fei melepas helm setelah turun dari sepeda motor. Chu Zheng pun melihat air mata di wajah Ye Fei.
Chu Zheng merasa bingung untuk sementara waktu, kemudian ia mengeluarkan tisu dan menyeka air mata Ye Fei dengan keahliannya yang tidak terlalu terampil.
Ye Fei masih berdiri di tempat dengan tatapan kosong. Dalam waktu yang singkat, yaitu setengah hari, ia langsung menjadi seperti tak bernyawa.
"Di lantai atas adalah rumahku. Naik dan duduklah sebentar," kata Chu Zheng lembut lalu menoleh untuk memimpin jalan.
Chu Zheng tahu bahwa dirinya tidak bisa melarikan diri dari pencarian Su Mohan. Tidak ada yang tahu lebih baik darinya betapa hebatnya kekuatan pria itu. Tetapi ia tidak bisa melihat kesedihan Ye Fei. Ia tidak sanggup melihat mata Ye Fei yang penuh dengan rasa sakit. Jadi meskipun ia mengetahui bahwa ia akan membuat Su Mohan marah, ia masih memilih untuk membawa Ye Fei pergi.