Ye Han, Aku Mencintaimu!
Ye Han, Aku Mencintaimu!
Ye Fei masih merasa tidak puas. Bagaimanapun, Su Mohan yang ia anggap memiliki kepribadian luar biasa itu dengan mudah mengingat sesuatu yang hina. Hal itu membuatnya sangat tidak bahagia!
Su Mohan mencium kening Ye Fei dengan lembut,."Karena kamu yang mengatakannya, jadi aku mendengarkan dengan seksama."
Ye Fei sedikit mengangguk. "Baiklah kalau begitu."
"Katakan saja, apa yang kamu ingin aku lakukan?" Su Mohan berkata sambil tersenyum ringan.
Mendengar ini, Ye Fei segera mendapatkan kembali semangatnya. "Bukankah kamu seorang profesor? Kamu bisa memintanya untuk menjawab pertanyaan ketika kamu mengajar di kelas lain kali, dan kamu harus memperhatikan pada jenis pertanyaan yang dia pasti tidak akan mampu menjawabnya."
Wajah Su Mohan tampak kusut. "Tetapi orang yang tidak tahu akan berpikir aku sangat menyukainya."
Ye Fei tercengang. Jelas, ia tidak menyangka akan ada kemungkinan lain yang terjadi. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Lupakan saja rencana tadi. Aku tidak ingin kamu memiliki hubungan dengan orang aneh itu. Jika suatu saat dia tiba-tiba mengetahui bahwa kamu kaya raya, dia akan selalu menempel padamu dan tidak ingin melepaskanmu."
Su Mohan tersenyum lembut. "Kamu kira semua orang bisa menempel padaku?"
Ye Fei mengangguk, merasa semua baik-baik saja. Tetapi tak lama kemudian, ia segera mengangkat alisnya dan memberikan reaksi, "Su Mohan! Apakah maksudmu aku juga seperti itu?"
"Lihatlah ingus dan air mata ini, semuanya menempel di tubuhku, bukankah begitu?" Su Mohan berkata dengan ringan.
Pipi Ye Fei menjadi sedikit merah. Ye Fei kemudian turun dari pangkuan Su Mohan dan duduk kembali ke kursi dengan patuh.
Secara kebetulan, mereka berdua menemukan amplop warna merah muda menempel di ujung jaket Ye Fei. Pada permukaan amplop itu terdapat pola berbentuk hati yang dicat dengan pena tinta merah.
Su Mohan langsung menyipitkan matanya.
Ye Fei dengan cepat mengulurkan tangan dan mengambil amplop itu dan menaruhnya di bawah pantatnya.
"Berikan padaku," kata Su Mohan dengan suara yang dalam.
Ye Fei menggelengkan kepalanya, ia seperti ingin menangis tanpa air mata. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana sesuatu yang mengerikan ini bisa ada di tubuhnya.
"Apakah kamu yang akan memberikannya padaku? Atau haruskah aku yang mengambilnya sendiri?" Su Mohan berkata lagi.
Ye Fei sejenak ragu, namun pada akhirnya ia merasa benar-benar tidak memiliki peluang untuk menang. Sehingga ia harus dengan enggan mengeluarkan amplop itu dari bawah pantatnya dan menyerahkannya kepada Su Mohan.
"Dari mana asalnya?" Su Mohan menginterogasi sambil menyobeknya.
Seolah-olah ditangkap sebagai penjahat, Ye Fei duduk di samping Su Mohan dengan tertib. Saat mendengar pertanyaan dari Su Mohan, Ye Fei menggelengkan kepalanya dan berkata. "Aku juga tidak tahu."
"Siapa yang memberikan ini kepadamu?"
"Aku benar-benar tidak tahu …"
Su Mohan tidak berbicara lagi, dan menyobek amplop itu kemudian mengeluarkan kertas surat di dalamnya.
Ye Fei yang berada di samping juga segera bersandar pada Su Mohan dan menyipitkan matanya untuk mengintip isi surat itu.
Kertas suratnya juga berwarna merah muda terang, dengan sepasang anak-anak berpegangan tangan yang tergambar di atas kertasnya. Ada banyak balon terbang tercetak pada latar belakang.
'Xiaohan tersayang'.
Kalimat pertama yang memasuki mata berhasil memicu kemarahan Su Mohan. Sepasang mata semerah Phoenix melirik ke arah Ye Fei dengan berapi-api.
Ye Fei menenggelamkan lehernya dan berkata, "Aku benar-benar tidak tahu, aku tidak tahu siapa pengirimnya!"
'Sejak hari pertama kamu datang ke sini, aku sangat tertarik padamu. Matamu yang menawan dan dalam, hidungmu yang mancung dan indah, bibir merah muda dan menarik, kaki ramping dan lurus, semuanya membuatku gila. Sejak saat itu, mataku tanpa sadar mulai mencari sosokmu di antara lautan manusia.
'Di setiap malam yang panjang dan sunyi, aku selalu tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkanmu dengan begitu tenang, meski aku tidak tahu apakah kamu bisa merasakannya. Kamu seperti bidadari yang menerobos masuk ke dalam mimpiku … Tolong beri aku kesempatan untuk menjagamu. Aku rela memberikan seluruh hidupku, bahkan jiwaku! Ye Han, aku mencintaimu!'