Kamu Mengacaukan Segalanya
Kamu Mengacaukan Segalanya
Su Mohan melirik dan menemukan bahwa wajah kecil Ye Fei menempel di kulit dadanya, membuat cetakan berwarna merah. Gerakan ini sepertinya menyakitkan untuk Ye Fei, pada akhirnya membuat Ye Fei mengerutkan kening.
Su Mohan meletakkan mantelnya di atas tubuh Ye Fei. Melihat bibir Ye Fei yang sedikit cemberut, mata Su Mohan menunjukkan sorot kelembutan.
Bahkan, Su Mohan tidak mengerti apa yang membuat ia mencintai Ye Fei. Su Mohan hanya merasa bahwa ketika ia bersama Ye Fei, hatinya yang kosong menjadi terisi. Su Mohan suka melihat Ye Fei bertingkah centil dan kehilangan kesabarannya. Su Mohan juga suka melihat Ye Fei meringkuk dalam pelukannya seperti anak kucing.
Su Mohan berpikir mungkin cinta itu tidak perlu alasan, karena sejak saat ia tidak dapat menahan semuanya, ia ditakdirkan untuk tenggelam di dalam cinta itu.
Su Mohan mengangkat tangannya dan menekan tombol untuk membuka penyekat warna hitam di setiap jendela mobil. Sinar lampu jalan kuning yang redup dari luar berangsur masuk melalui jendela mobil. Malam itu sangat sunyi. Mobil-mobil di sekitar pada dasarnya telah pergi, hanya tersisa dua hingga tiga mobil saja.
Su Mohan memutar setir dan pergi dengan tenang. Ia memutar mobil sepanjang jalan untuk kembali ke Hotel Dinasti. Adapun masalah tentang Ye Fei yang memiliki kelas besok hari sepertinya tidak menjadi pertimbangan Su Mohan.
Tidak lama kemudian, ponsel Ye Fei berdering. Meskipun deringnya masih menenangkan, ekspresi Ye Fei menunjukkan ketidakpuasan.
Su Mohan mengambil ponsel Ye Fei, kemudian melirik nomor di layar ponselnya, lalu mematikan dan membuang ponsel itu.
Mobil melaju dengan lancar di jalan. Ye Fei tertidur agak lelap. Bahkan pipinya masih merah saat ia sedang dalam tidurnya. Pinggang dan kakinya yang pegal dan lemas mengganggunya dan membuatnya gelisah.
Su Mohan memandangi mobil-mobil yang melewati jalan dan mendengarkan napas Ye Fei yang dangkal. Ia tiba-tiba merasa bahwa inilah cinta yang ia inginkan.
Keesokan paginya, Ye Fei membuka matanya dengan pelan. Rutinitasnya yang teratur selama berhari-hari membuatnya bangun secara tepat waktu.
Ye Fei membuka matanya dan menatap langit-langit untuk waktu yang lama, lalu menoleh dan menemukan bahwa Su Mohan berbaring di sampingnya.
Ye Fei berkeringat dingin untuk sesaat, kemudian ingat apa yang terjadi tadi malam. Ye Fei segera mengangkat bantalnya dan memukul tubuh Su Mohan dengan bantal. "Su Mohan! Dasar bajingan! Aku tahu kamu tidak pernah memperhitungkan semuanya dengan baik! Sial! Kamu mengacaukan segalanya!"
Su Mohan masih memejamkan mata dan menggosok pelipisnya. Begitu Su Mohan mengangkat lengannya yang panjang, ia tidak membuka matanya sama sekali. Ia malah langsung melingkarkan lengannya di tubuh Ye Fei. "Masih belum puas?"
Ye Fei tersedak oleh kata-kata Su Mohan, ia bersandar di pelukan Su Mohan dan berkata dengan tidak puas, "Kamu benar-benar memengaruhi pendidikanku. Kamu membuatku absen dan bolos, dan juga merayuku untuk tidak kembali ke asrama pada malam hari!"
Ye Fei sedikit bergerak dan merasa pinggangnya masih sakit. Entah itu karena Ye Fei membuat langkah besar kemarin, yaitu pinggang belakangnya yang membentur setir beberapa kali. Sehingga hal itu menciptakan rasa sakit yang berlangsung hingga saat ini. Selain itu, tubuhnya benar-benar menyebalkan, Ye Fei merasa ia sangat lemas dan tidak bisa menggunakan kekuatannya.
"Baiklah, siang nanti kita kembali." Su Mohan langsung berbicara dan membuat keputusan.
Ye Fei melihat ke arah jam. Saat itu baru pukul 6 lewat. Hatinya dilema. Meskipun ia ingin tidur sedikit lebih lama, bukankah ia sudah memutuskan untuk belajar dengan keras? Apalagi saat ia memikirkan jika dekan kemungkinan memeriksa kelas, jantung Ye Fei berdetak keras seolah terus memukul drum …
Namun, saat Ye Fei berpikir dan merasa ragu, Ye Fei secara bertahap tertidur, dan sudah hampir jam 9 ketika ia membuka matanya lagi.
Ye Fei duduk di tempat tidur dengan tatapan kesal. Ia menemukan bahwa pelaku yang merayunya untuk tidur sudah membersihkan diri dengan rapi dan duduk di meja dengan wajah yang segar sambil mengurus dokumen.