Aku Menolak!
Aku Menolak!
"Hei, anak muda ... Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu melempar bunga yang masih bagus ke tanah?!" Pemilik toko itu terkejut sesaat, kemudian ia buru-buru menghentikannya.
Ternyata Su Mohan memilih-milih bunganya dari kiri hingga kanan, tapi ia masih merasa terdapat beberapa bunga tidak sempurna yang membuatnya tak tahan. Ia kemudian mengambil bunga yang tidak bagus dan melemparkannya ke tanah. Ia berencana hanya memilih bunga yang layak untuk diberikan kepada Ye Fei.
"Anak muda ... kamu …" Melihat bahwa Su Mohan mengabaikannya, pemilik toko itu langsung menjadi cemas. Su Mohan mengerutkan kening dan memberinya setumpuk uang, sehingga mata pemilik toko itu berangsur-angsur menjadi cerah. Ia langsung duduk di samping dan menghitung uang, tidak peduli lagi dengan Su Mohan.
Setelah memilih lagi, Su Mohan mengambil sekitar dua puluh tangkai mawar berwarna jingga kekuningan dan warna merah muda yang lembut dipadukan dengan sentuhan warna kuning, memberikan kesan halus serta lembut yang tak terlukiskan. Ia menatap seikat bunga baby's breath di bawah, kemudian mencampurnya dengan bunga mawar. Su Mohan langsung menarik selembar kertas bungkus yang dicetak dengan huruf-huruf latin dan buru-buru mengikat buket bunganya.
"Anak muda, biarkan aku membantumu untuk mengemasnya. Kamu terlalu ceroboh, itu tidak bagus," kata pemilik toko.
Su Mohan mengabaikannya. Ia membawa buket bunga itu dan langsung lari kembali ke rumah sakit. Ia menyempatkan diri mengambil rumput layu yang menguning kemudian mengikat buket bunganya sambil terburu-buru naik lift.
Su Mohan terengah-engah sambil terduduk di dalam lift. Tangannya yang memegang seikat bunga sangat berkeringat. Meskipun ia sudah mengatakan bahwa ia mencintai Ye Fei, tapi pada saat ini, Su Mohan tiba-tiba menjadi gugup. Bahkan ia bisa merasakan detak jantungnya dengan sangat jelas saat itu.
Saat lift terbuka kembali, Su Mohan beberapa kali menarik napas dalam-dalam. Ketika ia berdiri di depan pintu bangsal, ia sedikit malu-malu.
Sialan!
Ternyata ingin memiliki seorang wanita itu sangat merepotkan!
Apalagi ... apalagi harus mengakui perasaannya.
"Tuan muda?" Saat pria kekar berseragam hitam bertanya, Su Mohan membuka pintu dan masuk.
Ye Fei menoleh dan terkejut saat melihat pria yang bermandikan keringat di depannya datang sambil memegang seikat bunga mawar yang sangat indah di tangannya.
Keduanya saling memandang untuk sementara waktu, dan Ye Fei membuka mulutnya. "Kamu …"
"Untukmu."
Su Mohan tampak seperti anak laki-laki yang malu-malu. Ia memalingkan muka dengan canggung dan memikirkan beberapa adegan yang tak terhitung jumlahnya di dalam kepala. Namun pada akhirnya ia gagal melakukannya. Dengan tenang, Su Mohan melemparkan bunga di tangannya ke depan Ye Fei, kemudian duduk di sisi tempat tidur. Ia terlihat seperti makhluk yang sudah menaklukan dunia.
Ye Fei tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk menangkap seikat bunga mawar yang dilemparkan oleh Su Mohan. Bunga mawar berwarna jingga kekuningan di tangannya terlihat sederhana dan bersih. Kemasannya juga sangat sederhana. Tapi dari mana dia mendapatkan seikat mawar dengan begitu cepat?
Ye Fei sedikit bingung, jadi ia menoleh untuk melihat Su Mohan sambil berpikir, 'Mungkinkah dia membeli ini tepat setelah dia membanting pintu?'
"Apa maksudnya?" Ye Fei menatap pria di depannya. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa pria ini tiba-tiba berlari secepat kilat kemudian kembali dengan seikat bunga. Apalagi setelah kembali, Su Mohan hanya melemparkannya begitu saja?
Su Mohan mengerutkan kening dan berkata dengan wajah tidak sabar, "Pernyataan cinta."
"Aku menolak!"
Ye Fei sangat marah. Sejak kecil hingga sekarang ia telah berkali-kali mendapatkan pernyataan cinta dari orang lain, tapi ia belum pernah melihat ada orang yang menyatakannya dengan cara seperti ini!
"Berani sekali kau!" Nada suara Su Mohan terdengar sedikit berang. Ia menatap Ye Fei dan hampir ingin menelannya hidup-hidup.