Mencuri Hati Tuan Su

Aku Jatuh Cinta Padamu



Aku Jatuh Cinta Padamu

1Tubuh Ye Fei menjadi kaku. Ia sedikit bersandar dalam pelukan Su Mohan dan merasa sedikit linglung untuk sementara waktu.     

"Apanya yang kalah? Jelas-jelas kamu sudah menang dan akulah yang kalah." Su Mohan menunduk dan dengan lembut membelai rambut halus Ye Fei.     

Mata Ye Fei berkaca-kaca. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Setelah enam tahun mendekam di penjara, ia sudah tidak percaya lagi pada air mata, sehingga ia jadi jarang menangis. Tapi sejak ia jatuh cinta pada Su Mohan, belakangan ini perasaannya menjadi lebih sensitif.     

Mungkin ini yang disebut dengan cinta. Tidak hanya membuat orang memiliki kelemahan, tapi juga memiliki pelindung.     

Hanya saja, apakah ia masih bisa memercayainya?     

"Aku tidak mengerti." Ye Fei mendengus dan menjawab pelan.     

Su Mohan mengangkat kepalanya perlahan dan meminta Ye Fei untuk melihat ke arahnya. Ye Fei diam-diam menatap mata Su Mohan. Mata pria itu penuh dengan urat pembuluh darah yang membuat matanya menjadi sedikit kemerahan. Tapi mata Su Mohan melihat ke arahnya dengan hangat dan penuh kasih sayang, membuat orang yang melihatnya menjadi tenang.     

"Aku jatuh cinta padamu," kata Su Mohan dengan suara yang dalam juga dengan nada pasrah dalam kalimatnya.     

Untuk sementara waktu, Ye Fei lupa cara untuk mengedipkan matanya, sehingga ia hanya menatap Su Mohan seperti orang bodoh dan tidak berbicara. Su Mohan menunggunya untuk bereaksi. Melihat Ye Fei masih tidak menjawab, ia pun mendesak, "Bicaralah."     

"Su Mohan …" kata Ye Fei.     

Su Mohan dengan ringan menjawab, "Hm?"     

"Se … Sepertinya lukanya terbuka …" Wajah Ye Fei memucat dan semakin pucat. Ia menggigit bibirnya pelan, dan kata-kata itu membuat Su Mohan terkejut.     

Segera, setelah Su Mohan kembali pada akal sehatnya, tatapannya segera beralih ke bawah. Ia melihat pakaian pasien yang Ye Fei kenakan kini berlumuran darah, memantulkan warna merah cerah yang menyilaukan.     

"Tunggu, aku akan memanggil dokter!" Mata Su Mohan penuh ketegangan dan ia segera berlari keluar pintu. Bahkan tombol panggilan perawat di samping tempat tidur dilupakan olehnya.     

Tapi sebelum ia berlari keluar ruangan, pakaiannya ditarik oleh sebuah tangan kecil. Su Mohan berbalik untuk melihat Ye Fei yang pucat di tempat tidur dengan ekspresi cemas di wajahnya.     

"Apakah … yang baru saja kamu katakan itu benar?" kata Ye Fei pelan. Ekspresi dan matanya memantulkan harapan.     

"Iya." Su Mohan menjawab dengan percaya diri.     

Alis Ye Fei sedikit mengendur. Sepertinya pada saat ini, luka di tubuhnya bahkan tidak begitu terasa sakit.     

"Kamu tidak berbohong padaku, kan?" Ye Fei bertanya lagi dengan tidak percaya. Ia merasa dirinya sedang bermimpi saat ini.     

"Tidak." Nada Su Mohan terdengar terburu-buru, dan suaranya segera berubah menjadi sedikit lebih berat.     

Setelah menerima jawabannya, Ye Fei perlahan melonggarkan cengkeraman tangannya pada pakaian Su Mohan dan menatap langit-langit dengan kosong.     

Setelah beberapa saat, beberapa dokter bergegas masuk bersama dengan Su Mohan. Reaksi pertama dari dokter-dokter itu adalah mereka terkejut. Bagaimanapun, ruang rawat inap kelas atas seharusnya tidak terlalu berantakan seperti ini. Di lantai terdapat pecahan kaca, tumpahan sup, dan air yang tercecer kemana-mana.     

"Oh Tuhan, astaga … Apa yang sudah kalian lakukan?" Seorang dokter yang merupakan orang asing sangat terkejut sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk mempertanyakan keadaan di depan matanya.     

Ye Fei memandang dokter yang datang ke arahnya dan berkata dengan suara tak berdaya, "Dokter, aku sangat kesakitan seperti ingin mati."     

Dokter dengan cepat melangkah maju dan sekilas melihat noda darah di tubuh Ye Fei. Ia segera mengerutkan alis. "Apakah kalian baru saja bertengkar? Bukankah aku sudah menginstruksikan bahwa pasien tidak boleh terlalu emosi dan tidak boleh melakukan hal-hal yang berat?"     

Dokter asing tersebut mengerutkan kening dan menatap Su Mohan dengan kesal. Sedangkan Su Mohan menatapnya dingin, membuat dokter langsung menutup mulut dan menyadari dengan siapa ia berbicara sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.