Mencuri Hati Tuan Su

Terlepas



Terlepas

3Tapi tanggal 26 tinggal empat hari lagi. Ye Fei merasa sedikit khawatir dan sangat meragukan apakah ia bisa menyelesaikan pekerjaannya sebelum tanggal 26?     

Tiga hari sudah berlalu dalam sekejap mata. Kecuali bagian kerah yang dibantu oleh pelayan, hanya ada dua baris yang tidak rata pada beberapa rajutan sweater-nya. Ye Fei duduk di sofa dan melihat beberapa rajutan di tangannya dengan fokus. Ia masih terus merajutnya satu per satu dengan mulut yang masih bergumam, "Masukkan jarumnya, kaitkan benangnya … Pasang benangnya …"     

"Nona, sudah saatnya untuk mengganti jarumnya." Seorang pelayan mengingatkannya dari samping.     

"Ah! Bukankah aku baru saja menggantinya?" Ye Fei mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah pelayan itu, matanya penuh dengan sorot ketidakpercayaan. Seolah pelayan itu sedang berbohong padanya.     

Pelayan itu menggelengkan kepalanya dengan malu. "Anda benar-benar belum menggantinya hingga sekarang."     

"Ah ... Kalau begitu apakah kamu bisa membantuku untuk mengulangi langkah-langkah sebelumnya?" Ye Fei memberikan jarum dan benang di tangannya kepada pelayan, dan pelayan itu dengan sopan mengambil jarum dan benang tersebut. Tapi ekspresinya tampak kosong, karena beberapa hari terakhir ia telah mengulangi hal semacam ini berkali-kali.     

"Apa langkah selanjutnya?" Ye Fei mengangkat kepalanya untuk melihat pelayan, tatapannya kosong. Ye Fei tidak mengerti kenapa hal-hal yang tampak begitu sederhana menjadi lebih sulit saat ia mencobanya langsung.     

"Langkah selanjutnya adalah mengaitkan benangnya, tapi yang baru saja nona muda lakukan adalah kebalikannya. Langkah ini seharusnya … seharusnya adalah rajutan yang lurus." Pelayan itu harus menjelaskan sambil menundukkan kepala, menghindari tatapan Ye Fei yang berapi-api.     

"Mengapa kamu tidak mengatakannya dari awal?!" Ye Fei sangat marah, tapi pelayan di sampingnya semakin merasa sedih, karena ia sudah mengatakannya di awal, tapi nona muda ini melakukan yang sebaliknya.     

Ye Fei menarik napas dalam-dalam sebanyak beberapa kali, kemudian mengambil jarum dan benang yang dikembalikan oleh pelayan itu lagi. Keningnya berkerut dan ia terus berusaha. Setelah satu jam berlalu, Ye Fei menghela napas lega. "Akhirnya sampai pada baris ketiga!"     

Mata pelayan itu berkedut karena kesal, tapi dia menurunkan pandangan untuk mencegah Ye Fei melihatnya.     

Tak lama kemudian, pelayan lain buru-buru mengetuk pintu dari luar dan berkata, "Nona, tuan muda sudah kembali."     

"Kenapa hari ini Su Mohan pulang sangat cepat?!" Ye Fei terkejut dan melihat ke arah jam di dinding. Kenapa hari ini pria itu pulang jam tiga sore? Bukankah ada beberapa kerjasama dengan klien internasional baru-baru ini yang seharusnya membuatnya menjadi lumayan sibuk?     

"Cepat, bantu aku menyembunyikannya. Masukkan ke dalam tas! Tas!" kata Ye Fei dengan cemas dan panik. Pelayan itu bergegas membantu Ye Fei mengambil tasnya, sementara Ye Fei buru-buru memasukkan jarum dan benang ke dalamnya secara asa-asalan.     

Tapi saat belum selesai memasukkan semuanya ke dalam tas, pelayan yang membantu langsung mematung di tempat.     

"Kenapa kamu masih diam saja? Cepat bantu sembunyikan semuanya. Su Mohan akan masuk sebentar lagi," kata Ye Fei kesal.     

"No … Nona… Rajutannya terlepas." Pelayan itu tergagap sambil menunjuk pada tas di tangan Ye Fei.     

Ye Fei tercengang. Terlepas?     

Ye Fei buru-buru mencabut jarum dan benang yang baru saja dimasukkan itu. Alhasil, ia hampir menangis saat melihatnya. Hasil usaha kerasnya dari siang-malam ini ternyata hancur karena kecerobohannya saat memasukkan kembali ke dalam tas. Tiga baris rajutan jarum dan benang sesaat menjadi berantakan, entah kapan semuanya terlepas dari jarumnya.     

Mata Ye Fei seketika menjadi berkaca-kaca dan ia merasa sedih.     

Tapi siapa sangka kalau tiba-tiba terdengar suara kunci pintu yang sedang diputar dari luar. Ye Fei dengan cepat mengambil tas itu dan memasukkannya ke balik bantal sofa.     

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Su Mohan mengerutkan kening dan memandang pelayan yang berdiri di kamar dengan bingung.     

"Ah ... Aku yang menyuruhnya masuk. Aku merasa bosan sendirian jadi aku memanggilnya untuk mengobrol denganku." Ye Fei cepat-cepat menjelaskan. Tapi tidak tahu apakah karena ia terlalu banyak mengeluarkan emosinya barusan, sehingga ia berbicara dengan suara yang sengau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.