Mencuri Hati Tuan Su

Kita Berdua Sudah Selesai



Kita Berdua Sudah Selesai

2Keesokan paginya, Chu Zheng melaksanakan perintah dari Su Mohan untuk mencari Ye Tiancheng. Setelah melakukan beberapa negosiasi, Ye Tiancheng dengan enggan memberikan beberapa warisan yang ditinggalkan oleh ibu Ye Fei dan menghitung harganya. Semuanya bernilai lebih dari 3 milyar.     

Ketika kontrak dikembalikan, suasana hati Ye Fei benar-benar berubah amat cerah. Ia melompat dari sofa dan mengambil dokumen yang telah diletakkan Chu Zheng di atas meja. Ye Fei langsung berkata pada Su Mohan, "Apakah ini yang dikatakan menjadi kaya hanya dalam semalam? Apakah aku menjadi wanita kaya mulai hari ini? Apakah dengan begini berarti aku bisa memiliki pria simpanan?"     

Wajah Su Mohan langsung berubah geram. "Ye Fei! Kamu benar-benar semakin berani."     

Ye Fei tersenyum penuh semangat. "Su Mohan, jangan terlalu serius. Aku hanya bercanda. Aku seperti ini hanya karena merasa sangat senang!"     

Su Mohan mendengus dingin dan tidak membalas lagi.     

Ye Fei melihat dokumen kontrak sebanyak empat halaman di tangannya, kemudian Ye Fei langsung melemparkan salinannya ke depan Su Mohan. "Aku akan mengembalikan uangmu! Mulai hari ini, urusan kita berdua sudah selesai."     

Su Mohan menyipitkan mata dan melihat dokumen kontrak di depannya. Tangannya terulur mengambil dokumen tersebut, lantas menyobeknya di hadapan Ye Fei.     

Ye Fei berjalan di sekitar meja sambil tercengang dan berlari ke arahnya, kemudian meraih dokumen itu. "Su Mohan, kamu sudah gila!"     

Su Mohan mengangkat tubuh Ye Fei dan meletakkannya langsung di atas meja.     

Ye Fei berseru melayangkan protes. Namun sebelum ia sempat bereaksi, sosok di depannya sudah membungkuk dan menekannya. "Urusan kita berdua belum selesai. Sebaiknya kamu memikirkan cara untuk membayar utangmu lebih dulu."     

"Hum ... Su Mohan, kamu seperti binatang buas," kata Ye Fei sedih dengan suara seperti ingin menangis. Jika tahu akan menjadi seperti ini, ia tidak akan terburu-buru membayar utangnya itu.     

Setelah cukup lama, Ye Fei terbaring kelelahan dan tidur di bawah selimut. Sementara Su Mohan mengurus beberapa dokumen di depan meja kerja dengan mata yang segar.     

Tidak sampai sekitar pukul 6 malam, Ye Fei terbangun dan mengusap matanya. Ia melihat ke meja kayu warna coklat yang besar. Wajah Ye Fei segera memerah dan membuang mukanya dengan aneh.     

Su Mohan meletakkan pulpen di tangannya dan berkata, "Katakan saja pada pelayan apa yang ingin kamu makan. Aku mungkin akan kembali larut malam."     

Ye Fei mengangguk dengan patuh, tapi ia tetap mengutuk Su Mohan di dalam hatinya, 'Setelah perutnya kenyang, dia langsung bersiap untuk pergi keluar dan menyekap seorang wanita!'     

Su Mohan datang dan mencubit wajah kecilnya yang berwarna kemerahan, tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup bibirnya. "Aku akan membebas tugaskan penjaga di pintu dan memanggil Chu Zheng untuk menemanimu ke manapun kamu ingin pergi," kata pria itu.     

Mata Ye Fei berbinar dan kepalanya mengangguk semangat.     

Su Mohan memandangnya dengan sangat bahagia, tapi entah kenapa ada sedikit rasa yang tidak nyaman. Apakah Ye Fei sangat ingin pergi keluar? Tapi kenapa dirinya lebih suka bila Ye Fei     

 tinggal di kamar bersamanya?     

Setelah Su Mohan pergi, Ye Fei langsung memanggil Chu Zheng untuk masuk. Chu Zheng memperhatikan Ye Fei, yang kian hari menjadi semakin menawan, dan duduk di sofa terjauh dari posisi Ye Fei sekarang dengan sedikit menahan diri.     

"Chu Zheng, bagaimana keadaan Xing Ze? Apakah dia masih bisa mengikuti turnamen di masa depan?" tanya Ye Fei sambil makan buah anggur. Bukan karena ia tidak peduli dengan teman-temannya, tapi ia khawatir kalimat yang dikatakannya sebelum ini menyebabkan masalah untuk Xing Ze. Siapa yang tahu apa yang dipikirkan oleh Su Mohan cabul itu.     

"Hm, diperkirakan dia bisa pulih kurang lebih sekitar satu tahun lagi." Chu Zheng berpikir sejenak dan menjawab.     

Ye Fei menghela napas lega. Meski waktu satu tahun itu tidak singkat, setidaknya cedera yang diderita Xing Ze tidak sepenuhnya memengaruhi kompetisi masa depan Xing Ze, sehingga rasa bersalahnya bisa berkurang dan hatinya akan menjadi lebih tenang.     

"Apakah kamu sudah bertemu dengan kakekku? Aku masih belum berani menelepon kakek akhir-akhir ini, tapi aku pikir kakek pasti sudah tahu," kata Ye Fei santai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.