Sssh, Jangan Bicara
Sssh, Jangan Bicara
"Empat koma dua milyar tidak kurang dan tidak lebih. Oh, jika Anda menggantinya dengan warisan yang ditinggalkan oleh mendiang Nyonya Ye yang sebelumnya, aku bisa memberikan diskon 10%." Su Mohan menyela Ye Tiancheng, tidak menerima penolakan.
Jantung Ye Fei terasa mencelos. Ia diam-diam melirik pria di sebelahnya sambil berkata dalam hati, 'Tidak mungkin dia mengetahui tentang rencana Ye Tiancheng, kan? Bagaimana dia tahu kalau akulah yang seharusnya mendapatkan warisan yang ditinggalkan oleh ibu?'
Saat itu, ia dibujuk oleh Ye Tiancheng di dalam penjara untuk menandatangani kontrak pemindahan warisan, jadi sekarang Ye Fei berencana mengambil kesempatan demi mendapatkan warisannya kembali. Namun jika Ye Fei memulai dari nol untuk mengalahkan Ye Tiancheng dalam bisnis, ia pasti harus menunggu sampai lebaran monyet tiba. Tidak ingin hal itu terjadi, ia meminjam kekuatan dari Su Mohan untuk mengatur jebakan ini.
Setelah Su Mohan mengatakan kalimat itu, ia berbalik dan pergi, tidak lupa untuk menambahkan, "Besok aku akan memerintahkan Chu Zheng untuk mencari Tuan Ye. Tuan Ye sebaiknya tidak melakukan hal sembrono seperti kabur atau semacamnya."
Segera saat itu juga, Su Mohan membawa Ye Fei pergi ke geladak ketiga, sambil benar-benar mengabaikan ekspresi yang tidak sedap dipandang dari tiga anggota keluarga Ye.
Ada sedikit kegembiraan di wajah Ye Fei. Seperti yang diharapkan, atas bantuan dari pria ini, ia bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dua kali lipat hanya dengan sedikit usaha.
"Su Mohan, aku ingin pergi ke kamar mandi." Ye Fei berencana pergi ke kamar mandi untuk membenahi dirinya. Bagaimanapun, tadi ia juga ikut jatuh ke lantai.
"Baiklah." Su Mohan mengambil tas tangan milik Ye Fei dan menyandarkan punggungnya di pagar. Ia menyipitkan mata sambil memperhatikan Ye Fei yang berjalan menjauh dan menunggu beberapa saat sampai sosok Ye Fei menghilang. Sebuah liontin berbentuk daun kemudian ditarik dari sakunya.
Liontin itu bersinar di telapak tangannya, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Bibir Su Mohan tidak bisa menahan senyum ringan. "Benda kecil ini ternyata tersembunyi di dalam sakuku."
Ye Fei merasa bingung sambil kembali merapikan gaunnya. Apakah ia harus bersikap jujur kepada Su Mohan atau tidak?
Setelah kembali ke geladak, Su Mohan memberi isyarat kepadanya. Saat Ye Fei berjalan ke arahnya, Su Mohan berjalan dan berdiri di belakangnya. Dagu Su Mohan menyentuh kepala Ye Fei dan berbisik, "Satu menit lagi."
"Apa?" Ye Fei bertanya dengan lembut, tidak tahu apa yang Su Mohan bicarakan.
Su Mohan hanya memeluknya dengan tenang tanpa memberikan penjelasan. Sementara Ye Fei juga tidak melihat sorot harapan di mata Su Mohan karena ia membelakanginya.
Ye Fei ragu-ragu sejenak dan berkata, "Umm … Su Mohan, sebenarnya Ye Ya …"
"Sssh … Jangan bicara," bisik Su Mohan lembut di sela rambut lembutnya, seolah takut mengganggu suasana malam itu.
Ye Fei tidak punya pilihan selain pasrah dan diam sejenak. Tapi pada akhirnya ia melihat ke kejauhan dengan sorot tenang di matanya.
Saat ini kapal pesiar telah berlayar ke laut sejauh beberapa kilometer dari garis pantai. Berdiri di atas geladak dan melihat pada kejauhan, Ye Fei bisa melihat jelas deretan lampu terang di sepanjang garis pantai, membuatnya tampak bagaikan pita cahaya di malam yang gelap, seperti bima sakti yang membelah malam.
Laut biru yang dalam bergelombang, ombak yang nakal menghantam bebatuan tanpa kenal lelah. Malam yang tenang dan damai membuat orang seakan-akan terbius, dan luasnya laut yang tak terbatas membuat pikiran menjadi terbuka.
Angin laut yang sejuk meniup lembut rambut panjang Ye Fei. Sedangkan Su Mohan membantu gadis itu mengaitkan beberapa helai rambut di belakang telinganya dengan penuh kasih sayang. Pada saat ini, sekumpulan api melesat ke langit, kemudian dengan suara 'Blaar!' keras, kembang api yang besar meledak di udara.