My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Spin Off - Raymond (7) \'Menabrak Seorang Perempuan\'



Spin Off - Raymond (7) \'Menabrak Seorang Perempuan\'

2Richard serta Raymond saling bekerja sama untuk membaca garis jalur bis yang ada di Beijing. Sebenarnya tidak susah membaca alurnya, tapi yang membuat mereka pusing tujuh keliling adalah melihat tulisan mandarin yang membingungkan.     

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk naik taksi terlebih dulu daripada mereka benar-benar tersesat di tengah jalan gara-gara salah naik bus.     

Begitu mendapatkan taksi dan duduk di kursi penumpang dengan nyaman, pak supir menyapa mereka dengan menggunakan bahasa mandarin.     

Saudara kembar itu saling berpandangan dan berusaha mengartikan ucapan pak supir tersebut. Biasanya supir taksi akan menyapa penumpangnya terlebih dulu. Jadi mereka menduga kalimat pertama yang digunakan adalah ucapan sapaan yang normal.     

Lalu kalimat kedua pak supir tadi sepertinya menanyakan tempat tujuan mereka. Justru hal inilah yang membuat mereka kebingungan cara untuk menjawabnya.     

Untungnya, Raymond sudah mencatat alamat akademi yang akan mereka tuju terlebih dulu. Dia segera memberikan kertas berisi sebuah alamat pada pak supir tersebut.     

"Tolong antarkan kami ke tempat ini." Raymond mencoba berbicara bahasa mandarin, namun tampaknya logat cara pengucapannya ada yang salah sehingga pak supir taksi ini mengernyit bingung mendengarnya.     

Berbeda dengan Richard yang tidak bisa bersabar, dia langsung berbicara dalam bahasa Inggris.     

"Kami masih belum bisa berbicara bahasa Tionghoa. Antarkan saja kami ke tempat ini."     

Raymond mendelik ke arah saudara kembarnya. Bagaimana pak supir bisa mengerti bahasa mereka kalau Richard mengucapkan kalimatnya dengan begitu cepat. Didalam bahasa Inggris pula!     

"Oh, apakah kalian mengikuti program pertukaran pelajar?"     

Saudara kembar Calvin mengerjap beberapa kali saat mendengar pak supir berbicara dalam bahasa Inggris dengan fasih dan begitu lancar.     

"Kau bisa bicara bahasa Inggris?" tanya Raymond nyaris tidak percaya mendengarnya membuat pak supir tertawa kecil.     

"Bisa dibilang begitu. Anakku sudah lama tinggal di Australia dan aku tinggal disana selama tiga tahun. Jadi bahasa Inggrisku lumayan lancar."     

Dan pak supir ini baru memberitahu mereka sekarang!? gerutu Richard dalam hati.     

Kalau mereka tahu dari awal bahwa pak supir ini bisa mengerti pembicaraan mereka dan fasih berbicara bahasa Inggris, mereka tidak perlu repot-repot membuka alat penerjemah hanya untuk berbicara dalam bahasa Mandarin!     

"Ah, aku tahu tempat ini. Akademi ini memang sangat terkenal untuk menerima pelajar asing yang ingin menguasai bahasa kami dalam waktu singkat." ujar pak supir dan kemudian mulai menjalankan taksinya menuju ke tempat tujuan si saudara kembar.     

Selama dalam perjalanan, pak supir mengajak keduanya mengobrol untuk mengisi kesunyian disekitar mereka.     

Raymond masih meresponnya dengan nada yang sopan dan penuh kesabaran. Dia sama sekali tidak merasa jengkel bahwa pak supir ini terlambat memberitahu mereka bahwa dia bisa bicara dalam bahasa Inggris.     

Lagipula, bukan salah pak supir ini kalau tidak tahu Richard dan dirinya tidak bisa bahasa mandarin.     

Di lain sisi, Richard masih merasa jengkel dan memilih untuk menatap jalanan di sisi kirinya tanpa menjawab pertanyaan pak supir.     

Jarak antara rumah Chu Jung dengan akademi sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi juga tidak dekat. Akademi ini berada di luar perbatasan Beijing dan memasuki kawasan gunung.     

Akademi yang akan menjadi tempat belajar pasangan kembar ini berada di atas gunung dimana mereka harus melalui jalan yang berliku-liku.     

Hanya dalam waktu lima menit saja, taksi yang ditumpangi mereka telah tiba di kawasan gunung. Karena jalanan sekitar gunung masih sepi, pak supir menancap gas agak sedikit lebih kencang di jalanan lurus.     

Tapi, tidak lama kemudian, pak supir menginjak rem secara mendadak hingga menimbulkan suara deritan mobil yang sangat keras.     

Tubuh Richard serta Raymon juga terhentak ke depan dan kepala mereka akan terbentu jok kursi depan jika seandainya keduanya tidak mengenakan sabuk pengaman.     

"@#$&$*@$"     

Richard serta Raymond saling berpandangan begitu mereka mendengar pak supir berbicara dalam bahasa ibunya dengan cepat.     

Mereka tidak merasa heran dengan kalimat yang tidak dimengerti mereka, tapi mereka merasa terheran mendengar nada kepanikan pak supir seakan orang tersebut baru saja menabrak sesuatu.     

Ajaibnya, Richard serta Raymond terkesiap secara bersamaan saat memikirkan kemungkinan terakhir.     

Apakah supir taksi mereka baru saja menabrak seseorang?     

Raymond segera bertanya pada pak supir dan seketika terkejut saat mendengar jawabannya.     

"Aku benar-benar tidak melihatnya. Dia tiba-tiba melompat ke jalan raya. Apakah aku baru saja membunuh seseorang?"     

Richard segera melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil untuk melihat sesuatu. Melihat kakaknya memberanikan diri untuk turun dari mobil, Raymond mengikutinya dan menyusul kakaknya.     

Mereka melihat seorang perempuan berambut hitam dengan dress sederhana bewarna putih berbaring tidak bergerak persis didepan bamper taxi.     

Raymond yang terlebih dulu menghampiri gadis itu dengan berjongkok dan membalikkan tubuhnya. Seketika kedua pasang mata si kembar membelalak lebar saat melihat darah mengalir dari perut gadis itu membasahi jalan raya.     

Hanya saja, darah itu bukan berasal dari hantaman keras dari taxi, melainkan dari hunusan pisau?     

Entah apa yang merasuki Raymond, pemuda itu langsung menggendong gadis itu dan membawanya masuk ke dalam taxi membuat kakaknya dan supir taxi terbengong-bengong.     

"Cepat ke rumah sakit!" Tanpa disadarinya, Raymond memberikan nada perintah yang tidak sabar membuat pak supir segera membanting setir untuk memutar balik mobilnya.     

Untungnya, pak supir masih ingat Richard yang belum kembali masuk ke mobil sehingga mereka tidak meninggalkan Richard di tempat antah berantah ini.     

"Berapa lama kita tiba di rumah sakit terdekat?" tanya Richard pada pak supir.     

"Paling cepat sekitar dua puluh menit kalau kita tidak terjebak macet di jalan raya umum. Jam segini banyak orang yang mulai berangkat bekerja atau sekolah." pak supir berhasil mengendalikan dirinya untuk tidak bergetar dan menjalankan mobilnya secara profesional.     

"Tidak akan sempat. Wajahnya terlalu pucat menandakan dia sudah lama kehilangan banyak darah. Lebih baik kembali ke rumah saja." ujar Richard berikutnya membuat pak supir serta Raymond menengok ke arahnya dengan bingung. "Harmonie."     

Hanya dengan satu kata itu saja, Raymond langsung mengerti rencana yang dipikirkan kakaknya, sehingga dia tidak membantahnya.     

"Ke rumah kalian? Bukankah kondisinya saat ini..." pak supir sama sekali tidak mengerti dan merasa ragu untuk mengikuti arahan Richard.     

"Tenang saja, kami yang akan bertanggung jawab." jawab Richard dengan tegas membuat pak supir geleng-geleng kepala.     

Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh anak remaja ingusan seperti kedua penumpangnya?     

Pada akhirnya pak supir tidak berbicara lagi karena tidak ingin dilibatkan dengan sesuatu yang mungkin akan berkaitan dengan polisi.     

Setidaknya gadis itu jatuh pingsan bukan karena tertabrak, tapi melainkan karena sesuatu yang lain.     

Sementara itu Richard berhasil menghubungi Chu Jung yang sudah berada didalam bis menuju ke sekolahnya.     

"Chu Jung, bisakah kau pulang sekarang? Kami membutuhkan bantuanmu."     

"Ah? Apakah darurat? Aku tidak bisa membolos sekolah hari ini. Lagipula, segala kebutuhan kalian sudah tersedia disana. Atau apakah kalian tersesat?"     

"Kami menemukan orang di jalan."     

"..." rasa-rasanya Chu Jung ingin mengabulkan permintaan Harmonie untuk membakar Richard. "Lalu?"     

"Duh. We want you to save her - Kami ingin kau menyelamatkannya. Dia kehilangan banyak darah." jawab Richard dengan agak meninggi membuat Chu Jung tercengang.     

Kehilangan banyak darah? Lalu apa hubungannya dengannya? Bukankah semua perempuan akan mengalami kehilangan darah tiap bulan secara rutin?     

(Karena Richard mengatakan 'her' sebelumnya, Chu Jung menganggap pasangan saudara kembar menemukan cewek cantik di jalanan)     

"Kalau kau tidak kembali pulang dalam waktu lima menit, jangan salahkan kalau rumahmu akan hancur begitu kau pulang nanti."     

Tut. Tut. Tut.     

Dan begitulah cara Richard langsung memutuskan koneksi panggilan mereka membuat Chu Jung menatap ponselnya dengan tidak percaya.     

What the hell?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.