Menjemput Alexis
Menjemput Alexis
Hari itu, Chleo telah bersiap-siap ganti baju untuk berangkat ke bandara. Dia juga telah memasukkan kotak berisi kalung camellia pemberian pemuda itu untuknya tahun lalu.
Chleo berencana menemui pemuda itu dan memberikan jawabannya pada Alexis. Dia telah selesai menata perasaannya sendiri dan memutuskan untuk bersama Axelard.
Mungkin saat ini dia tidak sepenuhnya yakin apakah dia bisa hidup dengan tenang bersama pria itu karena perasaan merendahkan diri atas segala perbuatannya di masa lalu seringkali menghantuinya tiap malam.
Tapi dia yakin, dirinya yang lain akan membantunya untuk menghadapi perasaan bersalahnya.
Karena itulah dia ingin menemui Alexis dan mengakhiri hubungan ambigu diantara mereka, termasuk melempar perasaannya terhadap pemuda itu di masa lalu ke laut.
Jika dia ingin hidup bahagia di dunia ini, dia harus mengambil keputusan yang tegas dan tidak bimbang. Keputusannya jatuh pada Axel dan bersama-sama pria itu, dia ingin memulainya dari awal.
Dia ingin merasakan bagaimana mencintai pria itu, bermanja pada pria itu seperti yang dilakukan dirinya di versi yang satunya. Dia juga ingin merasakan dengan hatinya bagaimana rasanya dicintai dan dimanjakan dengan penuh kasih oleh suaminya.
Semenjak kejadian pelukan didunia astral, Axel tidak pernah melakukan pendekatan intim lainnya. Axel memang mendekatinya dan Chleo sangat terbuka akan pendekatan yang dilakukan pria itu.
Namun pria itu tidak pernah sekalipun menciumnya atau memeluknya lagi. Kegiatan intim yang mereka lakukan di tengah-tengah kencan mereka hanya bergandengan tangan atau merangkul bahunya. Mereka tidak pernah melakukan lebih dari itu membuat Chleo merasa bingung.
Dia ingat, disaat ingatannya belum kembali, Axel selalu mengambil kesempatan dan tidak ragu untuk memeluknya atau menciumnya. Bahkan hanya sekedar mencium keningnya disaat pria itu mengantarnya pulang dari kencan mereka, pria itu tidak melakukannya!
Hal ini sungguh membuatnya bingung.
Kenapa dia merasa Axel sedang membangun jurang kasat mata diantara mereka?
Chleo melihat ke arah jam mejanya dan segera mengambil mantelnya untuk segera berangkat.
"Kakak mau pergi kencan lagi?" Diego menyapanya disaat anak remaja itu melihatnya turun dari lantai dua dengan pakaian lengkap beserta mantel.
"Bukan. Aku ada janji dengan teman."
"Oh. Aku akan memanggilkan supir…"
"Tidak perlu." potong Chleo dengan cepat. Dia tidak ingin keluarganya tahu bahwa dia akan pergi ke bandara untuk bertemu dengan Alexis.
Dia tidak tahu sejak kapan kedua orangtuanya semakin memihak Axelard dibandingkan dirinya. Entah kenapa semua penghuni rumah ini membujuknya untuk berbaikan dengan Axel.
Sepertinya Axelard memiliki karismanya sendiri sehingga sanggup memenangkan hati keluarganya dalam waktu yang singkat.
Karena itu dia tidak ingin memberitahu keluarganya mengenai kedatangan Alexis. Dia sengaja tidak memberitahu Axel karena dia tidak ingin pria itu salah paham dan semakin menjaga jarak dengannya.
'Seharusnya kau memberitahu Axel dan menjelaskannya.'
Sebuah suara kecil menasihatinya untuk memberitahu Axel akan pertemuannya dengan Alexis. Tapi dia mengabaikannya dan tetap bersikeras tidak memberitahu Axelard.
Dia tidak yakin Axel akan menyetujuinya untuk menemui Alexis sementara dia ingin segera memberikan penolakan yang pasti pada pemuda itu agar Alexis tidak terus berharap padanya.
Chleo juga tidak ingin bertengkar dengan Axel karena dia tahu dia pasti akan membantah dan memberontak begitu Axel melarangnya menemui Alexis. Jika diteruskan maka mereka akan berakhir dengan pertengkaran.
Itu sebabnya, Chleo lebih memilih untuk tidak memberitahu pria itu dan menyelesaikan pernyataan cinta Alexis terhadapnya seorang diri.
Saat tiba di bandara, Chleo bersiap di area kedatangan menunggu kemunculan Alexis dengan tenang. Tidak perlu menunggu terlalu lama, Alexis sudah keluar dari gerbang beserta dengan para penumpang lainnya.
Alexis tersenyum lebar saat melihat Chleo tengah menunggunya. Langkahnya berjalan dengan cepat, namun senyumnya semakin berkurang saat dia menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Chleo.
Dia mencari jejak kalung yang dipakai gadis itu, tapi dia tidak bisa melihatnya. Chleo sengaja memakai kaos turtle-neck sehingga bagian atas kaos tersebut menutup seluruh lehernya.
"Hei, Alex, lama tidak bertemu." sapa Chleo dengan nada ceria semberi memberikan pelukan hangat untuk teman prianya.
Pelukannya sangat khas lebih menunjukkan terhadap sahabat daripada terhadap seorang kekasih.
Alex tersenyum sembari membalas pelukannya. "Kau benar, sudah lama tidak bertemu. Sesuatu tak terduga terjadi di rumah, jadi aku tidak bisa kembali kemari sesuai perkiraanku."
"Apakah terjadi sesuatu yang buruk?" terdengar nada khawatir dari suara Chleo saat menanyakannya.
"Sebenarnya tidak terlalu buruk. Aku memiliki seorang adik."
"A…Apa? Kupikir kau anak tunggal?" seru Chleo tak percaya mendengar ungkapan pemuda itu.
"Aku juga berpikir hal yang sama. Tapi tampaknya ayahku memiliki seorang anak tanpa sepengetahuanku."
"Ah," Chleo tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus merasa simpati karena ayahnya bermain wanita di luar rumah ataukah dia harus turut senang karena Alexis memiliki seorang adik?
Chleo bahkan tidak tahu apakah pemuda itu merasa senang atau tidak saat megetahui dia memiliki seorang adik.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Chleo kemudian sembari berjalan menuju tempat pemanggilan taxi.
"Bingung dan juga cukup kacau. Tapi sekarang aku baik-baik saja."
"Kau sudah bertemu dengan adikmu?"
"Sudah. Dia masih sangat muda sekali. Dia bahkan belum lulus sekolah SMA dan dia…"
Chleo tetap diam karena tidak ingin menuntut pemuda itu untuk menceritakannya padanya. Dia merasa sangat penasaran dengan adik misterius dari Alexis, tapi dia tidak ingin menjadi seseorang yang mengincar kehidupan pribadi orang lain.
"Dia sangat mirip dengan ayahku. Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih." jawab Alexis dengan muram. "Chleo, bagaimana rasanya memiliki seorang saudara? Kau memiliki banyak saudara kan?"
Chleo mengedipkan matanya beberapa kali agak terkejut mendengar pertanyaan ini.
"Aku merasa… aku tidak sendirian disaat orangtuaku tidak menghiraukanku."
"Apa maksudmu orangtuamu tidak menghiraukanmu? Mereka sangat memanjakanmu." sambung Alexis dengan nada humor seakan apa yang baru didengarnya adalah hal yang lucu.
Chleo turut tersenyum, sadar Alexis sama sekali tidak ingat seperti apa kehidupan mereka di kehidupan sebelumnya.
Chleo mencoba menggali perasaan dirinya di kehidupan ini. Dia ingat menghabiskan waktu bersama-sama dengan keluarga besarnya, paman serta bibinya dan juga adik-adik sepupunya.
"Terkadang bermain bersama orang dewasa sangat membosankan. Hatiku merasa lebih bebas saat aku bermain bersama dengan orang yang seumuran denganku. Tidak ada peraturan, tidak ada batasan dan juga… kita bisa bekerja sama untuk menjahili orang dewasa tanpa takut dihukum." lanjut Chleo dengan nada nakal seperti saat dia sedang merencanakan ide kejahilan untuk mengerjai ayah mereka.
Alexis tertawa mendengarnya dan keduanya masih terus mengobrol dengan riang seakan keduanya merupakan sahabat yang sudah lama tak bertemu.
>>>>> From author
Halo para pembacaku tercinta. Saya mau minta bantuan kalian dong. Kalau misalkan kalian punya koin lebih, tlg beli privi The Flame Queen And Her Sly Lover ya. Beli yg tier 1 aja cuman 1 koin.
Ga nyangka sudah mencapai lebih dari 200 privi. Mau coba aim 500 nih, biar dapat feature dri WN, dan Kinsey-Katie menjadi lebih dikenal di global.
Tlg bantuin babang Kinsey and Katie dong dengan cara beli privi tier 1 di Flame queen.
Klo berhasil mencapai 500 privi readers. Saya akan up Axel-Chleo 3 bab di tanggal 1 November :beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes:
Mohon dukungannya ya, dan saya tunggu support kalian :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:
Salam ketjub basah ala Chleo
Muach muach muuuuuaaaaach!!