My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Cara Membuat Axel Percaya



Cara Membuat Axel Percaya

1"Kau bilang kau tidak menghindariku. Tapi coba lihat, sekarang ini saja kau melangkah mundur disaat aku mendekatimu." keluh Chleo dengan memasang muka cemberut.     

Dia bahkan menggunakan ekspresi memelas mautnya untuk meluluhkan hati Axel. Namun pria itu mengukuhkan hatinya dan tidak tertipu akan puppy eyes istrinya.     

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?"     

"Aku ingin kau percaya padaku."     

"Percaya apa?"     

"Bahwa aku mencintaimu."     

"…"     

Chleo sadar alasan Axel menghindarinya karena pria itu mengira dirinya memiliki pria lain didalam hatinya. Itu sebabnya Axel menjaga jarak dengannya dan siap melepasnya pergi jika seandainya Chleo mengucapkannya.     

Tapi ini bukan keinginan Chleo. Dia telah menyadari perasaannya yang sesungguhnya dan hanya Axel satu-satunya pria yang diinginkannya.     

Bagaimana caranya agar pria itu mempercayainya? Apa yang harus dia lakukan untuk membuat pria itu bisa melihat perasaan terdalamnya?     

"Axe, aku mencintaimu. Bahkan sebelum kau mengembalikanku pada keluargaku, aku sudah mencintaimu."     

Semula Axel tidak mengerti apa yang dibicarakan Chleo. Apa maksudnya Axel mengembalikan Chleo kepada keluarganya?     

"Tapi kau menceraikanku begitu aku pulang ke rumah."     

Barulah Axel mengerti Chleo sedang menceritakan kejadian di kehidupan mereka sebelumnya. Sayangnya Axel sama sekali tidak mendengar kalimat sebelumnya yang merupakan pernyataan cinta dari Chleo.     

Sepertinya otaknya bekerja lebih lamban daripada biasanya dan tidak sanggup memproses ungkapan cinta dari Chleo yang mengatakan bahwa Chleo berjiwa merah sudah mencintainya.     

Axel masih mengira, Chleo yang berambut hitam yang mencintainya, sementara Chleo versi satunya mencintai Alexis.     

"Apakah kau tahu aku mencarimu berhari-hari untuk memohonmu agar membatalkan perceraian kita? Sayangnya, aku tidak bisa menghubungimu. Disaat aku akan mengakhiri hubunganku dengan Alexis secara tuntas, seseorang mengancamku dengan menggunakan Diego. Aku terpaksa… Pada akhirnya aku terpaksa menaruh pil racun itu agar Alexis tidak lagi menyerang keluargaku dan orang jahat yang mengancamku tidak melukai Diego."     

Chleo mengucapkannya dengan kalimat jelas dan tidak terburu-buru. Dia merasa yakin dia mengucapkannya dalam keadaan pikiran jernih dan hati yang tenang. Dia berharap curahan hatinya bisa menembus hati Axel yang sudah dipenuhi luka darinya.     

"Kumohon percayalah padaku." Chleo merasa putus asa disaat pria itu tidak berbicara apa-apa menanggapi penjelasannya.     

"Bahkan saat aku masih belum ingat kembali, aku yang sekarang kembali jatuh cinta padamu. Bukankah kau juga merasakannya? Axe, percayalah padaku."     

Chleo melangkahkan kakinya maju mendekat tanpa melepaskan pandangannya kepada pria yang dulu pernah menjadi suaminya. Dia merasa agak sedikit lega ketika pria itu tidak lagi menghindarinya, namun dia belum benar-benar bisa bernapas lega sebelum mendapatkan respon dari pria itu.     

Pada akhirnya Chleo memberanikan diri memeluk erat tubuh pria itu dan menenggelamkan kepalanya persis didepan dada bidang yang kokoh.     

"Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu percaya padaku?"     

Axel masih berdiri terpaku pada tempatnya. Dia merasa terpana dan sama sekali tidak menyangka akan mendengar ungkapan yang sedari dulu ingin ia dengar dari mulut istrinya.     

Dia tahu kalau Chleo sangat mencintainya, tapi Chleo yang mencintainya adalah Chleo di masa kini sementara Chleo di kehidupan sebelumnya sangat membencinya hingga ke tulangnya.     

Mendengar bahwa Chleo di kehidupan sebelumnya sempat jatuh cinta padanya membuatnya tidak bisa mempercayainya.     

Bagaimana mungkin dia tidak menyadari perasaan istrinya? Bagaimana bisa dia tidak merasakan perubahan perasaan istrinya?     

Jika seandainya dia tahu istrinya tidak lagi membencinya, mungkin Chleo tidak akan mati sesuai keinginan Vectis.     

Mungkin mereka masih bisa bersama tanpa harus memutar ulang waktu di dunia ini.     

Axel mencoba menggali ingatannya dan mencari tanda perubahan dari sikap istrinya sebelum dia memulangkan Chleo kembali ke rumah keluarganya.     

Sayangnya, dipikir sekeras apapun, Axel sama sekali tidak menemukan tanda-tanda istrinya mencintainya.     

Sejak kapan Chleo mencintainya?     

Jika memang Chleo sudah mencintainya sebelum mereka kembali ke Amerika, mengapa perempuan itu terus bersikap dingin kepadanya?     

Axel sungguh tidak bisa mempercayai ungkapan perasaan istrinya.     

'Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu percaya padaku.'     

Axel memutuskan untuk menguji gadis itu dengan caranya. Dia tahu tidak seharusnya dia membandingkan istrinya dengan gadis muda yang kehidupannya dipenuhi dengan tawa kebahagiaan.     

Tapi dia ingin tahu apakah benar Chleo mencintainya sebesar Chleo berambut hitam mencintai Axel?     

"Apakah kau masih takut ketinggian?"     

"Ah?" Chleo mendongak keatas untuk mencari tahu apa yang sedang dipikirkan pria ini. Kenapa Axel tiba-tiba menanyakan mengenai ketakutannya terhadap ketinggian?     

Dia merasa tubuhnya bergidik ketakutan saat melihat sinar mata biru yang cemerlang serta ekspresi dingin tanpa perasaan, mengingatkannya kembali dimana pria itu pernah mengancamnya untuk memaksanya menikahinya.     

Seketika Chleo merasa takut tanpa bisa ia cegah. Rasa takut atas ketidakberdayaannya merayapi jiwanya dengan begitu cepat.     

Meskipun begitu, dia tetap tidak menunjukkannya. Dia memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan pria tanpa melepaskan pelukannya.     

"A… aku tidak takut." Chleo memang tidak takut terhadap ketinggian, tapi itu adalah Chleo di kehidupan yang sekarang. Tapi kini ingatannya akan kehidupan sebelumnya telah kembali membuatnya merasa gelisah jika dia berada di tempat ketinggian walaupun sebenarnya dia tidak ingin merasa takut.     

Chleo menjadi ingat akan semua hal yang pernah dialaminya. Dia diculik, digantung tempat tinggi serta nyaris mati tenggelam dibawa arus sungai. Itu semua cukup mempengaruhi kondisi mentalnya yang sekarang dan menutupi semua kenangan manis nan indah bersama keluarga besarnya.     

Dia menjadi gelisah tiap kali dia berada di tempat tinggi. Hal-hal menyenangkan seperti naik gondola yang dulu sangat digemarinya, sudah tidak disukainya lagi. Dia bahkan mengurangi frekuensinya bermain didalam kolam renang.     

Tanpa disadarinya, Chleo menjadi lebih waspada dan mudah curiga terhadap orang asing. Terlebih ketika mengingat kejadian penculikannya yang dibawa ke dunia Vectis memperkuat rasa waspadanya.     

"Baguslah kalau begitu." suara dingin Axelard terdengar dan detik berikutnya, keduanya sudah tidak berada di penthouse melainkan di suatu tempat yang sama sekali tidak ingin dikunjungi oleh Chleo.     

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!!" seketika Chleo berteriak histeris sambil memeluk tubuh Axel erat-erat seolah-olah tubuh pria itu adalah satu-satunya yang membuatnya bertahan hidup.     

Bagaimana tidak? Kini mereka berada di puncak pohon cemara yang ketinggiannya kira-kira mencapai dua puluh lima meter, bahkan mungkin lebih tinggi dan Chleo sama sekali tidak ingin memikirkan berapa angka nominal tepatnya ketinggian pohon ini.     

Satu-satunya yang dipikirkan saat ini adalah kejadian dimana dia sempat jatuh dari gedung perusahaan ayahnya dan bagaimana detak jantungnya berdetak begitu cepat disaat dia menghampiri gerbang maut.     

Dia sangat mengenal betul perasaan ketakutan ini dan dia tidak ingin mengalaminya untuk kedua kalinya.     

Untuk apa Axel membawanya kemari? Bukankah mereka sedang membicarakan mengenai perasaannya terhadap pria itu?     

Kemudian Chleo bertanya-tanya, apakah mungkin Axel berencana akan menjatuhkannya? Apakah pria itu berniat balas dendam karena dulu Chleo begitu kejam menyakiti hatinya?     

Apakah pria ini sengaja membawanya ke tempat ini untuk membunuhnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.