Cara Berciuman (sedikit R18+)
Cara Berciuman (sedikit R18+)
Ini memang bukan ciuman mereka yang pertama kali, tapi ini yang pertama kalinya dia mencoba memimpin aktivitas ciuman mereka. Karenanya, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah menghisap bibir pria itu.
Memangnya ada cara lain untuk berciuman?
Chleo menjauhkan wajahnya mengakhiri cumbuan mereka sambil menelengkan kepalanya sedikit seakan dia sedang memikirkan sesuatu dengan serius.
Dia memang sedang memikirkan serius. Bagaimana caranya untuk mencium seorang pria??
Seingatnya disaat Axel menciumnya, mereka hanya saling menempelkan bibir mereka dan berganti posisi. Tapi kenapa sepertinya masih ada yang kurang? Chleo bertanya-tanya dalam hati tanpa mengetahui Axel mengawasi segala ekspresinya.
"Kenapa kau berekspresi seperti itu?"
Pertanyaan Axel membuyarkan lamunannya membuatnya mengalihkan perhatiannya dari bibir kemerahan Axel kearah mata biru safir yang indah.
"Seperti apa?"
"Seperti seorang murid yang berusaha memecahkan rumus formula pada ujiannya. Atau seperti saat seorang detektif yang sedang mencari petunjuk untuk memecahkan kasus pembunuhan berantai."
Kening Chleo mengernyit mendengar metamorfora yang diucapkan dengan nada geli.
"Kau menertawakanku?"
Suara tawa geli yang sedari tadi ditahannya akhirnya lepas juga dari mulut Axel.
"Maaf, tapi aku tidak bisa menahannya. Wajahmu sangat lucu sekali."
Chleo semakin memanyunkan bibirnya dan menurunkan tangannya dari wajah Axel.
Padahal dia berencana menghancurkan pertahanan pria itu dengan merayunya, tapi Axel malah menjadikan usahanya seperti sesuatu yang komikal. Dia menjadi tidak lagi berminat melanjutkan rayuannya.
"Aku sama sekali tidak tahu caranya berciuman. Ini pertama kalinya aku menjalin hubungan."
"Pertama kalinya?"
Chleo menelan ludah dengan gugup menyadari kesalahannya. Tentu saja ini bukan pertama kalinya dia menjalani hubungan dengan seorang pria.
Dia pernah berpacaran dengan Alexis dan berkencan hampir tiap akhir pekan secara diam-diam. Tapi pria itu hampir tidak pernah menciumnya atau bertindak lebih lanjut. Ciuman pertama mereka adalah disaat Chleo memasukkan pil racun kedalam mulutnya dan berinsiatif mencium Alexis untuk memasukkan racun itu pada pemuda itu.
Otomatis, kejadian itu juga merupakan ciuman terakhir mereka.
"Alexis tidak pernah menciumku." Chleo mengaku sambil melirik ke arah ekspresi Axel dengan takut.
Apakah pria itu akan marah jika dia menyinggung nama Alexis? Tapi dia tidak ingin membuat pria itu mengira dia sangat berpengalaman dalam berciuman karena pernah melakukannya dengan Alexis.
"Aku tidak bilang apa-apa." ungkap Axel akhirnya setelah suasana disekitar mereka sunyi sejenak.
"Kau marah? Kalau begitu biarkan aku meredakan amarahmu."
Belum sempat bertanya akan maksud kalimatnya, Chleo sudah menangkup wajah Axel kembali dan memberi kecupan-kecupan kecil mulai dari kening, alis, kelopak mata, hidung, pipi serta rahang pria itu.
Axel tertawa kecil merasakan sapuan kecupan seringan bulu yang ditaburkan pada wajahnya. Karena gadis itu tidak tahu cara berciuman dengan benar, Chleo memutuskan memilih jalan yang mudah.
Dia ingat, sewaktu dia kecil dulu dia sering membuat ayahnya marah karena kenakalannya yang sudah tidak bisa dikendalikan. Sorenya dia naik keatas pangkuan ayahnya dan menghujani wajah ayahnya dengan puluhan kecupan kecil membuat ayahnya tidak lagi marah padanya.
Chleo tidak tahu apakah dia berhasil mengubah suasana hati buruk kekasihnya atau tidak, tapi dia melanjutkan aktivitasnya saat mendengar tawa geli dari pria itu.
Disaat Chleo selesai menghujani wajah Axel dengan kecupan kecil darinya, dia mendaratkan kecupan terakhir pada ujung bibir pria itu. Tanpa melepaskan kecupannya, Chleo berbisik dengan lembut, "Aku mencintaimu" kemudian menggeser mulutnya dan menempelkannya sekali lagi diatas bibir pria itu.
Hati Chleo bersukacita saat Axel membalas ciumannya. Karena dia tidak berpengalaman dalam hal berciuman, Chleo membiarkan pria itu yang memegang kendali.
Semakin lama tekanan pada bibirnya semakin dalam dan tanpa disadarinya, Chleo menggumamkan desahan nikmat saat Axel menghisap serta menggigit kecil bibir bagian bawahnya.
Sebelah tangan Axel yang melingkar di pinggang Chleo kini bergerak keatas untuk menarik tubuh Chleo lebih mendekat ke tubuhnya, sementara tangan yang satu lagi menyusup masuk keantara rambut hitam Chleo untuk memperdalam ciuman mereka.
Chleo merasa tak berdaya disaat dia merasakan euphoria menyerang otaknya dan sesuatu asing seperti menjalar didalam tubuhnya. Kedua tangannya mencengkeram kain kemeja Axel karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukannya dengan kedua tangannya.
Axel memang jarang menciumnya, tapi tiap kali pria itu menciumnya, Axel selalu melakukannya dengan sangat lembut. Axel tidak pernah menciumnya dengan intens seperti ini.
Chleo bahkan bisa merasakan lubang hidungnya tidak bisa menghirup oksigen karena terhalangi oleh pipi pria itu. Tiba-tiba dia tidak bisa bernapas dan mulai mengerang menuntut oksigen untuk dihirupnya.
Menyadari Chleo meronta ingin dilepaskan, Axel segera mengakhiri ciumannya dan seketika terdengar 'Pwah!' yang keras dari mulut Chleo. Gadis itu langsung mengambil napas panjang seakan dia telah lama menahan napas dalam air selama berjam-jam.
"Kau bisa bernapas dari mulutmu, kau tahu."
"A…apa? Bagaimana caranya?"
"Buka mulutmu. Aku akan mengajarimu."
Dengan patuh layaknya seorang murid yang baik, Chleo mengikuti panduan 'guru'nya.
Namun apa yang terjadi berikutnya sama sekali tidak diduganya. Bukannya dia merasakan udara yang masuk, tapi sesuatu yang basah dan asing malah masuk kedalam mulutnya.
Apakah Axel menipunya?
Bukankah pria itu hendak mengajarinya cara bernapas menggunakan mulut disaat berciuman? Mengapa sekarang dia malah sama sekali tidak bernapas?
Hanya saja, Chleo tidak bisa meronta karena lagi-lagi rasa euphoria menyerang tubuhnya.
Dia merasa penyusup asing didalam mulutnya meraba-raba lidahnya dan menjelajah semua isi didalam mulut mungilnya. Disaat Chleo hendak kehabisan napas lagi, Axel mengangkat bibirnya sedikit hanya untuk menghisap lidahnya membuat Chleo merasa kehilangan fokus disaat bersamaan oksigen berhasil masuk melalui mulut serta hidungnya.
Detik berikutnya Axel kembali menutup segala celah diantara kedua mulut mereka dan beradu didalam mulut Chleo dimana dua lidah saling menari-nari dengan gerakan sensual.
Chleo mengikuti instingnya dan menggerakkan tangannya menyelinap ke atas kemeja dimana dua kancing telah terbuka.
Entah kenapa, dia ingin menyentuh pria ini. Saat dia merasakan kulit dingin di bawah telapak tangannya, Chleo bisa merasakan otot yang kuat sanggup membuat kakinya terasa meleleh seperti jeli.
Dia ingin merasakannya lagi dan kini jemarinya telah bergerak turun membuka kancing ketiga, keempat dan kelima. Kemudian dia mengesampingkan ujung kemeja ke dua sisi menampilkan otot dada yang tidak bisa dilihatnya, karena matanya masih terpejam menikmati hisapan dari mulut kekasihnya.
Setidaknya dia bisa merasakan otot dada bidang pria itu walaupun dia tidak bisa melihatnya. Chleo semakin berani menempelkan kedua tangannya di kulit dingin yang sangat disukainya itu. Kemudian dia bergerak naik ke leher dan kembali turun ke bawah sebelum akhirnya dia bergerak kesamping dan menyentuh sesuatu membuat Axel mendesah dengan seksi.
Axel menarik sedikit dari cumbuannya tanpa benar-benar berpisah dari bibir yang sudah menjadi candunya ini.
"Chleo, berhenti. Atau aku tidak akan bisa menahan diri lagi."
"Kau tidak perlu menahan diri. Aku adalah milikmu."
Tus!
Tali penahan diri terakhir tiba-tiba terputus begitu saja.