My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Melepaskan Predator Buas (R18+)



Melepaskan Predator Buas (R18+)

3Chleo berjalan keluar sembari kedua tangannya berusaha menurunkan kemeja putih tersebut.     

Kemeja ini memang besar, dan cukup panjang hingga menutupi bagian tubuh privasi bawahnya.     

Jika seandainya dia memakai celana dalam atau apapun yang menutupi gua pribadinya, dia tidak akan merasa gelisah seperti ini.     

Tapi karena dia tidak memakai apa-apa selain kemeja putih ini, Chleo merasa aneh. Terlebih membuatnya tidak nyaman disaat dia merasakan angin dingin menerpa kulit mulut selatan miliknya.     

Chleo berjalan perlahan-lahan sambil mencari sosok pemilik rumah ini.     

Dia juga berusaha mencari pakaiannya dan dia berharap dia bisa berganti pakaian terlebih dulu sebelum bertemu dengan Axel.     

Rumah ini tidak besar, malahan sangat kecil untuk ukuran orang sekaya Axel. Rumah ini minimalis dan membawa kesan pemilik rumah ini adalah orang sederhana.     

Namun tempat ini bersih dan meneduhkan. Ditambah bangunan rumah ini berada di tengah-tengah tumpukan salju serta dikeliling pohon cemara dan pinus.     

Seharusnya tidak sulit bagi Chleo untuk mencari pakaiannya, karena rumah ini hanya memiliki dua kamar saja beserta ruang dapur yang menjadi satu dengan ruan makan. Tapi, dia sama sekali tidak menemukan pakaiannya, bahkan di ruang laundry sekalipun dia tidak menemukan pakaiannya.     

Sebenarnya, dimana Axel menyembunyikan pakaiannya? Pada akhirnya, Chleo memutuskan mencari Axel terlebih dulu dan menuju ke ruang makanan.     

Tapi dia tidak menemukan siapapun disana membuatnya bertanya-tanya apakah Axel pergi keluar?     

"Well, aku tidak akan pernah bosan melihat pemandangan ini."     

Chleo terlonjak kaget mendengar suara yang sangat familiar dari arah belakangnya.     

Gadis itu berbalik dan langsung berusaha menarik ujung kemejanya seakan dia merasa tubuh bagian bawahnya masih belum tertutup.     

Mata biru cemerlang Axel bersinar-sinar saat melihat tubuh Chleo yang tampak seksi.     

Baju putih miliknya tampak kebesaran pada tubuh mungil Chleo namun justru inilah meningkatkan keimutan serta keseksian gadis itu.     

Kedua tangan Chleo bahkan tenggelam dibalik lengan bajunya yang panjang. Tidak hanya itu, dua kaki jenjang yang mulus tampak menggiurkan dengan sikap malu-malu Chleo.     

Seperti yang dikatakan Axel sebelumnya, semakin Chleo ingin menutupi tubuhnya, semakin besar pula dia ingin melihatnya.     

Layaknya seorang predator yang ganas, Axel berjalan menghampiri Chleo dengan langkah lebar membuat gadis itu kelabakan.     

Chleo melangkah mundur tapi di belakangnya ada meja makan yang menghalanginya. Jantung Chleo semakin berlari kencang ketika Axel menyelinapkan kedua tangannya dibawah ketiak Chleo. Lalu detik berikutnya, kedua kakinya melayang di atas kaki, dan kini dia didudukkan di atas meja.     

Chleo tidak bisa kabur karena pahanya diapit oleh kedua kaki Axel dan kedua tangan pria itu bersandar di atas meja mengapit tubuh Chleo.     

"Tadi siapa yang menganjurkan kita untuk melakukan seks? Dimana Chleo yang agresif sebelumnya?" Axel bertanya sambil tersenyum miring membuat Chleo merasa malu.     

"Itu... ini tidak seperti yang kubayangkan."     

"Memangnya seperti apa yang sudah kau bayangkan?"     

Rasanya Chleo ingin menggigiti kukunya. Tapi dia tidak ingin mengambil resiko kain bajunya akan terangkat lebih tinggi disaat dia mengangkat tangannya.     

Saat ini saja, ujung kemeja putih panjang milik Axel sudah terangkat jauh akibat gendongan pria itu yang tiba-tiba.     

Jika terangkat sedikit lagi, dia akan bisa melihat taman rahasia miliknya sendiri.     

Kini Chleo mulai agak sedikit menyesal karena telah membangkitkan hasrat pria itu. Dia sama sekali tidak menyangka pria itu selama ini mengurung sisi kebuasan hasratnya. Dan dengan bodohnya, Chleo menghancurkan kurungan itu. Dia merasa dia seperti telah menghancurkan gembok kurungan predator buas!     

Cup!     

Tanpa disadarinya Chleo bergerak mundur karena terlalu kaget menerima kecupan mendadak dari kekasihnya. Sayangnya, dia tidak bisa terlalu mundur karena kain bajunya mulai terangkat kembali.     

"Kenapa kau melamun?" Axel memberikan kecupan sehalus bulu pada bibirnya. "Ceritakan padaku, kegiatan seks seperti apa yang selama ini kau bayangkan?" Axel memberikan kecupan yang sama di seluruh wajah Chleo.     

Gerakannya tidak cepat, namun sangat lambat seolah dia ingin menikmati kulit wajah wanita idamannya.     

Pipi, mata, hidung lalu merambat ke telinga, tidak ada satupun yang dilewatkannya untuk disayanginya.     

Curahan cinta melalui kecupan ringan dari Axel membuat Chleo megap-megap seakan seseorang mencuri oksigennya.     

"Axe. Ber... berhenti menggodaku."     

Axel tertawa kecil mendengar Chleo merajuk mengundurkan diri setelah menyalakan api gairah didalam dirinya.     

"Seharusnya kau tidak memancingku, my love. Selama ini aku berhasil mengurung hasratku padamu, tapi kau malah membuatku merusaknya. Sekarang aku sudah mencicipmu bagian luarnya saja, bagaimana aku bisa tahan untuk tidak menyelesaikan makananku? Hm?" Axel mengambil bibir bagian bawah Chleo dengan mulutnya untuk digigitnya menimbulkan erangan erotis dari gadis itu.     

Chleo tidak lagi meronta karena dia sendiri mulai menikmati permainan cinta kekasihnya. Pada akhirnya Chleo tidak peduli apakah bagian selatan sana akan terlihat atau tidak dan mengangkat kedua tangannya untuk dilingkarkannya ke leher Axel.     

Seperti yang diduganya, kemeja yang dikenakannya terangkat membuat mulut selatannya merasa lebih dingin karena angin disekitar mereka.     

Semakin lama, Axel mengulum mulutnya dengan rakus sementara sebelah tangannya mulai bergerak ke arah paha mulus Chleo membuat gadis itu terkesiap. Axel menggunakan kesempatan ini dengan melesatkan lidahnya masuk ke sumber madu didalam gua mungil Chleo.     

Kedua lidah menari-nari didalam sana dan Chleo hanya bisa pasrah membiarkan kekasihnya memimpin permainan mereka.     

Dengan gerakan lembut serta halus, kedua tangan nakal Axel menyusup diantara paha Chleo dan membuka kaki gadis itu. Layaknya gadis yang patuh, Chleo membuka kakinya mengikuti panduan pria itu.     

Chleo bisa merasakan suhu di sekujur tubuhnya secara perlahan meningkat dan tiba-tiba saja dia tidak lagi merasa dingin lagi. Ajaibnya, tangan, mulut serta leher pria itu masih terasa dingin di kulitnya seakan ada es batu yang dilempar ke atas kompor yang menyala.     

Hanya saja, es batu ini tidak mencair dan api yang berkobar di atas kompor juga tidak mati membuat Chleo kembali tidak bisa berpikiran jernih.     

Begitu kaki Chleo terbuka, Axel langsung masuk diantaranya tanpa melepaskan buah bibir manis gadisnya.     

Dengan gerakan membuai, Axel membiarkan Chleo beradaptasi dengan sentuhannya pada pahanya. Erangan Chleo menjadi liar saat jemari Axel bergerak semakin ke atas menuju ke tempat terlarang yang sanggup membawa keduanya ke langit ketujuh.     

Rasa-rasanya Chleo ingin segera menutup kedua kakinya seakan dia ingin melindungi bagian tubuhnya yang paling privasi. Sayangnya, dia tidak bisa menutupnya karena Axel telah berdiri di tengah-tengah menghalanginya untuk menutupnya.     

Apakah mungkin pria itu sengaja berdiri disana, membuat kakinya terbuka agar dia tidak bisa menutupnya?     

Chleo sama sekali tidak bisa berpikir untuk mencari jawabannya. Jemari Axel telah tiba di taman rahasianya dan kini menyentuh serta memijat lembut mulut guanya.     

Axel melepaskan ciumannya dan mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi pujaan hatinya.     

Seluruh wajah Chleo memerah serta sinar matanya tidak fokus karena dipenuhi dengan berahi yang besar. Mulutnya terbuka dan agak bengkak yang meningkatkan keseksiannya.     

Dadanya secara cepat naik turun seakan gadis itu sehabis berlari panjang. Rambut hitamnya yang belum disisir karena baru bangun tampak acak-acakan secara alami, namun gadis itu tetap terlihat cantik.     

Kemudian Axel melirik kebawah dimana tempat favoritnya terpampang jelas di daerah selatan sana.     

Chleo menyadari kearah mana pria itu memandang dan seketika suhu tubuhnya naik dengan melejit tinggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.