Pesta Perkenalan (1)
Pesta Perkenalan (1)
Sudah hampir satu tahun semenjak kejadian penculikan Chleo ke dunia Vectis, dan hari ini adalah hari sempurna karena Chleo telah resmi lulus dari kampus ini dan kembali menjadi seorang Chleora Regnz, putri sulung seorang Vincentius Regnz.
Sesuai janji, Chleo membiarkan ayahnya mengadakan acara perjamuan ramah-tamah untuk mengenalkannya pada rekan bisnisnya.
Setelah selesai mengadakan pesta bersama Evie serta teman-temannya di Seattle, Chleo mengepack pakaiannya karena besok dia akan kembali pulang ke New York.
Yang sebenarnya Chleo tidak ingin naik pesawat, karena lebih praktis menggunakan kemampuan teleport dari Axel yang bisa langsung pindah ke New York hanya dengan sekali jentikan jari saja.
Inilah keuntungannya memiliki kekasih yang memiliki kekuatan supernatural.
Tapi karena Chleo tidak ingin membuat teman-temannya curiga dengan langsung tiba di New York dalam hitungan detik, akhirnya Chleo harus naik ke pesawat untuk pulang kembali ke New York.
Lagipula, Axel turut menemaninya sehingga dia tidak keberatan naik pesawat dan menikmati waktu bersama dengan kekasihnya.
Hanya saja, dia sama sekali tidak menyangka, begitu dia tiba di bandara New York, ayahnya langsung menyuruhnya untuk bersiap-siap. Rupanya ayahnya tidak mau menunggu waktu lagi dan ingin segera mengumumkan pada seluruh rekan bisnisnya mengenai anak perempuannya.
Ada banyak yang merasa penasaran dengan Chleo, apalagi ada orang-orang yang ingin menjadikan Tuan besar Regnz sebagai besan mereka, sehingga mereka semua merasa antusias ingin segera bertatap muka dengan Chleo.
Selama ini Chleo tidak suka menjadi pusat perhatian atau menerima begitu banyak tatapan penasaran kearah dirinya. Karena itulah dia lebih memilih untuk menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya saat di luar.
Chleo tidak keberatan tampil di depan muka umum, tapi dia tidak mau wajahnya tersebar kemana-mana sehingga akan ada banyak mata yang akan menatapnya disaat dia hendak berjalan-jalan.
Tapi, ayahnya yang keras kepala ini diam-diam memasang mata-mata ke kampusnya dan melaporkan segala kejadian yang menimpa Chleo selama berkuliah disana.
Selama ini ayahnya memang tidak berkata apa-apa karena telah berjanji untuk tidak ikut campur urusan pribadi Chleo selama masa kuliahnya. Namun ayahnya telah mencatat nama-nama siapa saja yang telah bersikap baik pada Chleo dan siapa saja yang telah menindas Chleo.
Ashley Grey termasuk salah satu daftar nama orang yang menindas Chleo, tapi atas permintaan Chleo dan perubahan sikap Ashley, Vincent mencoret nama Ashley dari daftar yang ingin dihukumnya.
Karena Vincent telah menepati janjinya tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan Chleo, mau tidak mau, Chleo juga harus menepati janjinya dan menghadiri acara perkenalan ini.
Dia merasa seperti dia menghadiri persidangan dimana dia akan diadili. Jika hasilnya memuaskan dengan bersikap baik, akan banyak orang yang mendekatinya untuk membujuknya menjadi menantu mereka. Namun kalau dia gagal bersikap baik, maka dia akan dipandang rendah dan nama kedua orangtuanya menjadi buruk.
Yah, dia tidak perlu khawatir akan ada yang memintanya menjadi menantu, karena Axel pasti akan menutup segala jalan bagi direktur yang ingin memanfaatkannya sebagai alat untuk berbesan dengan ayahnya.
Hanya saja, ini akan menjadi yang pertama kalinya dia menghadiri pesta ramah tamah yang dihadiri para kolega ayahnya. Dia khawatir, dia akan mencoreng nama baik ayah ibunya dan tidak bisa bersikap seperti seharusnya.
Kabar baiknya, paman Stanley dan keluarganya akan datang ke Amerika untuk membantu ayahnya dalam menjaga keamanan sekuriti di tempat ini.
Setidaknya dia akan bisa bertemu dengan Harmonie serta dua anak kembar yang sudah remaja itu.
Saat ini, Chleo duduk manis didepan meja rias sementara seorang make-up artist tengah mendandaninya.
Tok. Tok.
Chleo segera mengizinkan siapapun masuk kedalam karena tahu pasti anggota keluarga yang sedang berada didepan pintu kamarnya.
"Kak Chleo?"
"Hai, Kenken. Ada apa dengan mukamu? Kenapa kau cemberut seperti itu?" Chleo bisa melihat bayangan Kendrich dari cermin riasnya yang besar.
Anak remaja itu sudah berpakaian rapi dengan dasi kupu-kupu pada lehernya. Tapi, wajahnya super duper murung yang sangat jarang muncul di wajah Kendrich yang penuh lincah.
"Papa menyuruhku menjadi baby sitter."
"Kau adalah seorang kakak lelaki, tentu saja tidak heran paman Kinsey akan menyuruhmu menjaga adikmu."
"Bukan. Bukan Meli, tapi dua anak perempuan dari Hongkong."
"Dari Hongkong? Aku tidak tahu kalau ayahku juga mengundang tamu dari Asia."
"Ah, bukan. Tamu dari Hongkong ini kenalan paman Darrel. Karena paman Darrel tidak mempunyai anak, orangtuanya menitipkan kedua anaknya di rumahku."
"Oh, ternyata begitu."
"Sekarang, mereka juga akan datang ke acara malam nanti."
Chleo tertawa kecil melihat anak remaja yang baru saja berulang tahun ke tiga belas memasang ekspresi putus asa.
"Apakah mereka ada disini? Seperti apa mereka?"
Sinar mata Kendrich berbinar-binar mendengar pertanyaan Chleo membuat Chleo nyaris tertawa terbahak-bahak.
Kendrich memang adalah anak yang ceria tapi dia tidak begitu suka bermain dengan anak kecil, apalagi yang jarak usianya jauh dibawahnya. Dia hanya mau bermain dengan dua adik perempuannya atau bermain bersama teman-teman seusianya.
Karena itu Chleo langsung tahu alasan Kendrich mendatangi kamarnya karena anak remaja itu berharap Chleo mau menggantikannya untuk menemani dua anak perempuan asal Hongkong.
Kendrich memberitahunya, orangtua dua anak ini akan datang menyusul nanti malam. Untuk saat ini, dua anak itu akan ikut bersama keluarga Kendrich.
"Tunggu sebentar. Aku akan memanggil mereka." Kendrich buru-buru menutup pintu kamar Chleo kembali dan berlari menuju ke lantai dasar dimana dua anak perempuan sedang duduk manis menantinya.
"Ikut aku. Aku ingin memperkenalkan kalian dengan kakak favoritku!" seru Kendrich dengan riang membuat dua anak perempuan itu saling berpandangan dengan heran.
Kemudian anak perempuan yang lebih tua menggandeng adik perempuannya untuk menaiki tangga menuju ke lantai dua. Setelah itu, mereka mengikuti Kendrich dengan patuh tanpa bersuara.
Begitu pintu terbuka, Chleo meminta waktu istirahat pada make-up artistnya. Lagipula, badannya mulai pegal-pegal karena dia harus duduk dalam posisi sama selama hampir dua jam.
Karena itu dia ingin istirahat sebentar untuk menyapa dua anak dari benua Asia ini.
Dia ingat, kedepannya, Diego dan Yuna akan menjadi sepasang kekasih. Jarang-jarang dia bertemu dengan orang Asia dan menurutnya, gadis Asia memiliki kecantikan unik tersendiri.
Chleo sendiri merupakan keturunan Tionghoa, tapi wajahnya merupakan perpaduan dari ayah serta ibunya.
"Hai, namaku Chleora Regnz, siapa nama kalian?"
"Selamat sore nona Regnz, namaku Michelle Wong dan ini adalah adikku, Anxia."
Michelle Wong adalah anak kecil berusia sekitar sebelas hingga dua belas. Parasnya sangat cantik dan sikapnya sungguh sopan dan nada suaranya terdengar halus.
"Xiao Xia, ayo ucapkan salam."
"Selamat sore nona Regnz."
Chleo ikut tersenyum saat dia mendengar sapaan dari gadis kecil yang imut ini. Anxia sangat menggemaskan membuatnya ingin memiliki adik perempuan seperti Anxia.
Belum lagi, sikap Anxia juga sama sopannya dengan kakaknya membuatnya merasa penasaran dengan kedua orangtua mereka.
Ayah ibu kedua anak perempuan ini sunggh mendidik anak mereka dengan sangat baik.