My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Pesta Perkenalan (3)



Pesta Perkenalan (3)

1"Kenken, jangan lupa jaga mereka selama orangtua mereka belum datang." itulah pesan Kinsey kepada anak sulungnya sebelum membalas sapaan tamu yang menyapanya.     

Walaupun Kendrich merasa keberatan dengan perintah sang ayah, dia tetap menurutinya dan menemani dua anak perempuan dari keluarga Wong.     

Dia tidak bisa mengimbangi sisi manja Anxia yang tampaknya suka sekali menggandeng tangannya, tapi dia bisa mengobrol dengan Michelle karena usia mereka hanya terpaut satu tahun.     

Setelah menemani mereka selama beberapa menit dengan penuh kesabaran, akhirnya dua orang yang dianggapnya sebagai penyelamat datang juga.     

Siapa lagi kalau bukan si kembar Calvin junior?     

Kendrich langsung mengajak Michelle beserta Anxia menemui saudara sepupunya yang baru saja tiba dari Belanda siang ini.     

Anehnya, Kendrich melihat Richard sedang mengelus telinga yang kini agak bewarna merah muda. Apakah mungkin…?     

"Hei, Richie, jangan bilang kalau bibi Meisya menjewermu lagi."     

Richard memutar matanya dengan malas mendengar ucapan saudara sepupunya yang seperti mengejeknya.     

"Wah, Kenken. Aku tidak tahu kau punya dua anak perempuan." goda Raymond seakan dia membela saudaranya.     

"Hahaha… Sejak kapan kau menjadi babysitter? Apakah kau mulai membuka usaha jasa penitipan anak? Lagipula mereka bukan bayi." ledek Richard seakan dia ingin membalas godaan Kendrich.     

"Richie," anehnya, Raymond memanggilnya dengan nada peringatan??     

"Apa?"     

"Hush. Kau membuatnya takut." tegur Raymond karena dia yang pertama kali menyadari semburat merah dari wajah anak perempuan yang lebih besar.     

Kendrich hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat tatapan protes Richard kearah saudara kembarnya seakan mengatakan, 'Apa hubungannya denganku?'     

"Anggap saja mereka adalah Moni dan Meli. Kau tidak ingin kedua adik perempuan kita diperlakukan seperti tadi oleh anak remaja lainnya kan?"     

Kendrich mengacungkan kedua jempolnya dalam hati ke arah Raymond. Walaupun Richard yang lahir duluan daripada Raymond, tapi terkadang cara berpikir serta sikap Raymond lebih matang dan dewasa dibandingkan Richard.     

Tapi…     

Kendrich tetap lebih merasa nyaman saat bersama Richard. Karena saudara sepupunya ini tidak akan pernah menegurnya atau menasihatinya.     

Jika bersama Raymond, dia akan merasa seperti bermain bersama dengan ibunya atau orang dewasa lainnya yang pasti akan melarangnya melakukan ini dan itu.     

"Maafkan aku. Aku hanya menggoda saudaraku, sama sekali tidak berniat meledek kalian." ucap Richard kemudian pada Michelle.     

Yah, untungnya Richard memiliki hati yang besar hingga tidak malu mengakui kesalahannya.     

Michelle yang tadinya merasa bersalah karena menjadi beban bagi orang asing mengangkat kepalanya dan menyambut uluran tangan Richard sebagai tanda dia telah menerima permintaan maaf Richard.     

"Terima kasih." jawab anak itu malu-malu membuat Richard langsung suka akan anak ini.     

"Namaku Richard, kau?"     

"Michelle. Dan ini adalah adikku, namanya Anxia. Xiao Xia, ayo sapa mereka."     

"Namaku Anxia, salam kenal." ucap anak itu dengan senyuman manis seperti madu.     

"Halo Xiao Xia. Namaku Raymond, berapa usiamu?"     

"Tahun ini aku akan menginjak usia delapan tahun."     

"Hebat sekali, kau bisa berbicara bahasa Inggris dengan lancar."     

Anak kecil yang imut itu semakin melebarkan senyumannya menunjukkan deretan gigi putih dengan cemerlang. "Terima kasih gege, aku membutuhkan berminggu-minggu untuk menguasai bahasa Inggris."     

"Gege? Ah, artinya kakak? Panggil aku Ray saja."     

"En. Baiklah." Seru Anxia layaknya anak kecil yang bersemangat seakan mendapatkan mainan baru.     

Raymond menyikut Richard untuk segera memperkenalkan diri pada Anxia namun disaat Richard hendak berbicara pada Anxia, anak kecil itu sudah berbicara duluan.     

"Jiejie, aku lapar." rengek Anxia sambil menarik ujung baju Michelle dengan manja.     

Rengekan Anxia membuat Kendrich nyaris tertawa.     

"Richie, sepertinya kau sudah dibenci oleh anak kecil?"     

"Ck. Apa peduliku?" jawab Richard acuh sambil mengedikkan kedua bahunya.     

Selama bukan adik perempuannya yang membencinya, dia tidak peduli dengan anak kecil lainnya.     

"Tahan sebentar, Xiao Xia. Orang dewasa masih belum menuju ke meja makan, tidak sopan jika kita makan duluan mendahului orang yang lebih tua."     

"Ayolah, jiejie. Hm?"     

"Tidak tetap tidak." kali ini Michelle menjawabnya dengan tegas sambil menggunakan bahasa ibunya.     

Namun anak kecil itu tetap masih belum menyerah dan memasang puppy eyes lalu menelengkan kepalanya untuk memandang ke arah Kendrich.     

Deg!     

Kendrich merasa keringat dingin keluar dari kepalanya saat merasakan tusukan tajam dari belakang. Dia melirik ke arah belakang dan melihat ayahnya menatapnya dengan tajam.     

Huhuhu… kenapa harus dia yang menjadi baby sitter anak manja ini?     

Sabar Kenken, sabar. Setelah ini kau akan mendapatkan izin untuk berlibur bersama paman Darrel ke gunung.     

Yup. Kendrich telah disogok oleh ayahnya untuk melakukan tugas penjaga anak ini.     

Lagipula, menghadapi puppy eyes dari anak imut, manis serta menyenangkan dari mata Anxia, mana mungkin dia bisa menolak?     

"Michelle, kita bisa mengambil cemilan ringan untuk mengisi perut sementara. Bagaimana kalau kita pergi ke sweet corner?"     

"Benarkah?" Anxia segera melepaskan kaki kakaknya dan langsung menghampiri Kendrich.     

"Ayo, kita kesana!" serunya sambil menarik sebelah tangan Kendrich dengan dua tangan mungilnya.     

"Sepertinya adikmu menemukan gege favoritnya."     

Michelle menghela napas mendengar komentar dari Raymond. "Maafkan adikku. Biasanya dia menurut."     

"Tidak apa. Tipikal anak kecil." Raymond menawarkan senyuman hangat yang ramah, namun berhasil membuat hati Michelle berdebar dengan hebat.     

Seketika Michelle menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan semburat merah pada wajahnya.     

Walaupun Richard serta Raymond termasuk saudara kembar identik, namun karakter mereka sangat berbeda.     

Raymond lebih tipikal orang yang berpikir dulu sebelum berbicara sementara Richard langsung blak-blakan dan tidak berpikir dulu.     

Namun disaat Michelle berbincang dengan Richard lebih lama, dia sadar Richard bukanlah orang yang sembarangan berbicara seperti sebelumnya. Richard jauh lebih diam dan memilih untuk tidak berbicara disaat berhubungan dengan orang asing.     

Tapi disaat bersama orang-orang terdekatnya, Richard lebih banyak bicara dan dua kali lebih jahil daripada Raymond.     

Setelah memastikan Anxia duduk manis dengan kue coklat yang sedang dimakannya, Michelle berbincang-bincang dengan Raymond serta Richard.     

Tampaknya keduanya sangat dikagumi oleh orang dewasa membuat mereka kewalahan karena mereka harus tetap tersenyum dan bersikap baik.     

Tanpa ia sadari, sepasang mata Michelle mengikuti kemanapun Raymond pergi. Dan disaat dia menoleh ke arah sebelahnya, dia baru menyadari, adiknya sudah tidak ada lagi di tempat duduknya.     

Deg!     

Dimana Xiao Xia? Bukankah dia sudah memperingatkan adiknya itu untuk tidak pergi kemana-mana?     

Mereka berada di negeri asing dan kedua orangtua mereka belum tiba ke tempat ini. Michelle segera memberitahu Kendrich dan seketika anak remaja itu turut panik bersamanya.     

Tipikal Kendrich yang panik, dia langsung mencari bantuan Diego untuk membantunya mencari Anxia.     

"Kau ini, apa saja yang sudah kau lakukan sampai-sampai kau tidak tahu anak kecil pergi dari sisimu?"     

Kendrich mengerucutkan bibirnya mendengar komentar saudara sepupunya, "Aku kan juga masih anak-anak. Ayo bantu aku mencarinya. Kalau sampai ayahku tahu, bisa-bisa aku dibelah jadi dua."     

"Kurasa aku ingin melihatnya," goda Diego dengan nada jenaka membuat Kendrich geram mendengarnya. "Baiklah, baiklah. Aku akan meminta Miyu meretas kamera tempat ini. Tapi, kenapa dia memiliki nama yang berbeda dengan kakaknya?"     

Bukankah aneh seorang anak diberi nama yang berbeda dengan keluarganya. Anak pertama bernama Michelle Wong, sementara anak kedua adalah Wong Anxia?     

Tunggu, kenapa terdengar aneh? Sepertinya nama depan Anxia bukan Wong?     

"Entahlah. Aku dengar katanya, Anxia kecil adalah anak angkat."     

"Ah, ternyata begitu. Miyu sudah menemukannya. Saat ini Richard bersamanya berjalan kemari."     

Tepat disaat Diego memberitahunya, dia melihat Richard memasuki ruangan sambil... bergandengan tangan dengan Anxia kecil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.