Menyelam Ke Dalam Lautan
Menyelam Ke Dalam Lautan
Tapi entah kenapa, keduanya malah terhanyut dalam cumbuan mereka sehingga melupakan tujuan utama Chleo.
Kedua tangan Chleo telah melingkar leher Axel sementara tangan Axel telah menarik Chleo dan duduk diatas pangkuannya.
Kepala mereka bergerak-gerak untuk mengganti posisi agar bisa menjelajahi isi masing-masing gua manis pasangannya. Tangan Axel juga tidak tinggal diam dan merasakan lengkukan tubuh Chleo dibalik kain tipis baju yang dikenakan Chleo.
Disaat Axel merasa lantai es tipis dibawah kakinya telah hampir retak, dia mengakhiri cumbuannya dan seketika keduanya tersengal-sengal mengambil oksigen.
"Bukankah kau ingin berenang?" Axel berusaha mengalihkan percikan api hasrat mereka ke sesuatu yang lain.
Chleo memasang muka cemberut sebentar karena untuk kesekian kalinya, Axel memadamkan api gairahnya yang baru saja hendak berkobar. Meskipun begitu dia tidak mengeluh karena dia juga sangat ingin berenang bersama hewan laut.
Dengan patuh, Chleo bangkit berdiri bersama Axel tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. Seakan bisa saling membaca pikiran masing-masing, keduanya sama-sama melompat dan seketika kaki mereka menembus air dan tubuh mereka masuk kedalam air.
Keduanya langsung disambut oleh lumba-lumba yang tampak begitu senang menyambut kehadiran mereka.
Chleo berenang bersama mereka dan tangannya masih digenggam oleh Axel. Selama Chleo bergandengan tangan dengan Axel, Chleo tidak perlu khawatir akan kehabisan napas selama menyelam dibawah air.
Dia merasa dirinya seperti ikan karena bisa berenang dengan cepat dan bernapas didalam air.
Yah, dia memang bisa berenang dan dia sangat ahli dalam bidang ini. Tapi tidak peduli seberapa ahli dia berenang, dia tidak akan bisa menyamai kecepatan berenang dari sirip ikan.
Namun disaat bersama Axel, dia mampu berenang dengan kecepatan tinggi dan berenang bersama para ikan yang mengerumuninya.
Rupanya, Axel mampu mengendalikan air sehingga membuat mereka bisa berenang tanpa membuang tenaga karena air yang mendorong tubuh mereka.
Seperti yang diduganya, alam bawah laut memang adalah tempat terfavoritnya di dunia ini.
Karang-karang dengan berbagai macam warna yang indah, tanaman laut yang unik serta cantik, dan juga bebatuan kecil dengan warna pelangi seperti batu warna di rumahnya.
Tempat ini sungguh mengagumkan membuat Chleo yakin dia tidak akan pernah bosan melihatnya.
Keduanya berhenti saat melihat ada ubur-ubur bewarna merah muda berenang dari bawah ke atas.
Chleo menatap ubur-ubur tersebut dengan mata bersinar-sinar. Dia merasa berada di tengah-tengah lantera lampu di malam hari ketika ubur-ubur tersebut mengelilingi mereka berdua.
Bagaimana tidak, benda flexible seperti lentera itu tampak berkilauan tiap kali bergerak terbuka dan tertutup.
Chleo merasa sangat takjub hingga sulit dilukiskan dengan kata-kata. Ini adalah kencan terbaik yang pernah ia jalani.
Chleo menyentakkan kakinya agar tubuhnya bisa melayang hingga tinggi kepalanya sejajar dengan kepala Axel. Kemudian Chleo memajukan kepalanya dan memberikan kecupan pada pipi pria itu.
Walaupun dia tidak bisa berbicara didalam air, tapi dia bisa mengekspresikan ungkapannya melalui matanya.
'Terima kasih.'
Axel tersenyum lembut seraya mengangkat sebelah tangannya mengelus pipi Chleo. Keduanya sama-sama mendekatkan wajah mereka lalu untuk pertama kalinya mereka berciuman dibawah air dengan ditemani tarian serta suara ceria dari ikan lumba-lumba.
Seakan bisa merasakan kebahagiaan tiada tara dari sang raja biru, semua ikan lumba-lumba berenang dengan cepat memutari pasangan sejoli itu dari bawah hingga ke atas dan melompat ke tengah udara.
Jika seandainya ada orang yang melihatnya, mereka akan melihat Chleo serta Axel bagaikan putri duyung di cerita dongeng yang dikelilingi oleh hewan laut sebagai prajurit mereka.
Setelah puas bermain dibawah laut, keduanya kembali berenang keatas lalu berjalan bersama menuju ke yacht mereka.
Chleo tidak berhenti mengagumi kemampuan yang dimiliki Axel yang sanggup mengeringkan pakaian mereka hanya dalam sekali lambaian tangan. Seperti yang diduganya dulu, dia tidak lagi merasa takut akan kekuatan sang raja biru, sebaliknya dia menjadi kagum dan memuja kekuatan pria itu.
Dia sama sekali tidak menyangka dia akan seberuntung ini karena dicintai oleh salah satu raja warna, dan orang itu adalah Axelard. Pria luar biasa yang sanggup bersabar dengannya dan mencintainya apa adanya.
Tidak peduli apakah dirinya adalah Chleo berambut merah ataupun berambut hitam, Axe mau menerima dua sisinya dan semua wataknya yang buruk.
Namun Chleo ingin berubah. Dia tidak ingin menjadi keras kepala dan menyakiti orang-orang yang disayanginya.
"Axe,"
"Hm?"
"Aku mencintaimu."
Langkah kaki Axel berhenti untuk melihat ke arah calon istrinya dengan lembut.
"Aku juga mencintaimu." balasnya seraya mengambil tangan kanan Chleo untuk mencium punggung tangannya dengan lembut.
Saat itulah dia menyadari sesuatu yang selama ini tidak begitu dia perhatikan. Wajahnya seketika menjadi cerah dan dia tersenyum lebar hingga sampai ke telinga.
"Cantik sekali."
Chleo mengernyit mendengar ini. Bukannya dia tidak senang dipuji 'cantik' oleh kekasihnya, tapi dia merasa heran, kenapa pria itu memuji tangannya 'cantik'.
Chleo yakin dia tidak memakai perhiasan atau apapun pada tangannya. Yah, kecuali gelang camellia serta gelang opal pemberian pria itu, tapi dia mengenakannya pada tangan kirinya, bukan pada tangan kanannya.
Jadi dia tidak mengerti apa yang cantik dari tangannya yang baru saja dicium Axel.
"Kau pasti lapar, ayo kita makan."
Belum sempat bertanya, Axel telah mengingatkannya mereka belum makan sejak bangun tadi dan kini perutnya berguncang menuntutnya untuk diberi makan.
Pada akhirnya Chleo menurut dan membiarkan kekasihnya menggandeng tangan kanannya dan berjalan menuju yacht mereka.
Keduanya sama-sama saling membantu untuk menyiapkan sarapan sederhana dan menata meja makan kecil di atas kabin mereka. Sambil menikmati pemandangan lautan yang bewarna biru jernih, keduanya melahap sarapan mereka dengan khidmat sambil berbincang-bincang.
Sesekali lumba-lumba muncul dengan melakukan lompatan salto membuat Chleo serta Axel tertawa.
Mereka juga mendengar suara ikan paus yang baru saja muncul menghampiri mereka.
"Ah, mereka sudah datang."
"Terkadang aku merasa iri padamu. Bagaimana kau bisa berkomunikasi dengan para binatang? Aku ingat kau memanggil ikan paus saat aku masih kecil dulu."
Axel tersenyum geli saat memuaskan rasa penasaran Chleo. "Itulah salah satu kemampuanku. Tapi asal kau tahu, aku hanya bisa berkomunikasi dengan hewan laut tapi aku tidak bisa berbicara dengan hewan yang tinggal di darat."
Chleo membalas senyuman pria itu lalu kembali menyendokkan sarapannya kedalam mulutnya.
Disaat dia mengangkat tangan kanannya, matanya mengerling dengan tatapan menyelidik ke arah tangannya.
Dia merasa penasaran apa yang menarik dari tangannya sehingga membuat Axel tersenyum lebar seakan pria itu baru saja memenangkan hadiah lotre.
Chleo memutar balikkan tangannya untuk melihat telapak tangan, punggung tangan, pergelangan tangan hingga ke sela-sela jemarinya. Tapi… dia tidak menemukan apa-apa disana.
Aneh sekali.