My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Menghadap Vincent (1)



Menghadap Vincent (1)

2Chleo berjalan mondar-mandir di ruangan keluarga sementara Diego serta sang ibunda hanya melihat kegelisahan Chleo dengan tatapan penuh ketertarikan.     

"Kak Chleo, walaupun kak Chleo mengelilingi rumah kita sekalipun, kak Axel tidak akan keluar dari ruangan siksaan papa."     

Chleo cemberut mendengar kalimat dari adiknya sementara Diego hanya tertawa geli melihat raut muka kakaknya yang terlihat lucu.     

"Diego, berhenti menggoda kakakmu. Kenapa kau memberi kesan seakan ayahmu adalah orang jahat."     

"Mungkin bagi kak Chleo, papa memang adalah orang jahat."     

"Ish. Kau ini menyebalkan sekali."     

"Hafaf hahi," Diego kesusahan bicara karena saat ini sang kakak mencubit kedua pipinya dengan gemas.     

"Sudah. Chleo, duduklah. Apa yang dikatakan adikmu memang benar. Kalaupun kau mondar-mandir seperti ini, Axel tidak akan keluar dari…"     

"Ruangan siksaan." potong Diego sambil menahan tawanya saat melihat delikan maut dari sang kakak.     

"Hush. Kau tahu ayahmu hanya mengajak bicara saja. Sekarang, apa kau tidak merasa lapar? Bagaimana kalau kita makan terlebih dulu?"     

"Aku tidak lapar." Jawab Chleo dengan nada sedih, lalu dengan pasrah menghempaskan tubuhnya ke sofa dan duduk disebelah ibunya.     

Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk bersikap memanja dan menyenderkan kepalanya ke atas bahu Catherine sementara kedua tangannya melingkar pinggang sang ibu.     

Cathy mengecup puncak kepala putrinya seraya mengelus belakang kepala putrinya.     

"Sebenarnya apa saja yang mereka bicarakan? Tiap kali aku membawa Axel kemari, papa selalu menculiknya dan membawanya ke ruang kerjanya."     

Cathy tersenyum geli mendengar keluhan putrinya. "Mungkin ayahmu ingin mengenal lebih dalam mengenai seseorang yang berhasil mengambil hati anak perempuan kesayangannya. Beri mereka waktu, aku yakin Axel akan keluar tidak lama lagi."     

Chleo menurut dan tidak lagi membantah. Chleo semakin menenggelamkan wajahnya didada ibunya menikmati dekapan erat sang ibu.     

Chleo yang sekarang memang limpah akan kasih dari kedua orangtuanya, namun Chleo dari kehidupan sebelumnya merasa sangat haus akan kasih seorang ibu. Karena itu, dia ingin mengabulkan keinginan Chleo berambut merah untuk memuaskan diri menikmati kasih sang ibu sebelum akhirnya dia akan mengikuti Axel sebagai seorang istri.     

"Siapa yang menyangka, waktu berjalan dengan cepat. Rasanya seperti baru kemarin kau berada didalam gendonganku. Tidak terasa kau sudah menemukan sumber kebahagiaanmu dan sebentar lagi kalian akan menikah. Tapi, apakah tidak terlalu cepat?"     

"Aku tahu bagi kalian terlalu cepat. Tapi aku sudah lama menantikan hal ini. Mama tahu apa saja yang sudah kualami sebelum ini. Mengingat penderitaannya akibat kesalahan dan kekerasan kepalaku, aku tidak ingin menundanya lagi."     

"Kau sudah merasa yakin dengan keputusanmu?"     

"En. Aku sangat yakin."     

"Baiklah kalau begitu. Asalkan kau bahagia."     

Chleo tersenyum lebar mendengar ibunya mendukungnya dan memberi restunya. Kini dia hanya perlu menunggu persetujuan dari sang ayah dan Diego, adik tersayangnya sama sekali tidak membantunya.     

"Papa masih belum memberikan restunya. Siapa tahu mungkin papa tidak akan menyetujui kakak menikah di usia muda."     

Mulai sekarang Diego tidak akan menjadi adik kesayangannya lagi. Pikir Chleo dalam hati.     

"Diego, sampai kapan kau mau menggoda kakakmu? Lagipula, kau tidak takut calon ayah mertuamu akan menghalangimu untuk mengambil anak perempuannya?"     

Diego menampilkan senyuman penuh kemenangan serta kebanggaan tiada tara saat menjawab pertanyaan ibunya. "Mama lupa kalau ayahnya yang ingin menjadikanku menantunya? Tanpa perlu memintanya sekalipun, tuan Miyazaki akan memberikan anak perempuannya padaku. Aaaaa!"     

Cathy menjewer telinga anaknya yang duduk disebelah satunya begitu mendengar jawaban putranya yang terdengar terlalu sombong. "Kau ini, siapa yang mengajarkanmu memiliki sikap arogan seperti ini? Seingatku aku dan ayahmu tidak pernah mengajarkan sikap seperti ini padamu."     

"Pasti paman Darrel."     

Diego memincingkan matanya menatap Chleo merasa curiga kakaknya sedang membalasnya. Dan dugaannya memang tepat karena kini Chleo menjulurkan lidahnya meledeknya sementara sang ibu masih menatapnya menuntut penjelasan.     

"Sepertinya mulai sekarang kau harus mengurangi frekunsimu bermain bersama Darrel. Aku akan membahas ini pada paman Kinsey."     

"Ah, mama. Paman Darrel telah berjanji padaku untuk mengundangku mendaki ke gunung bersama Kendrich. Coba bayangkan kalau hanya Kendrich yang ditinggal sendirian bersama paman Darrel, paman Kinsey akan khawatir karena paman Darrel sudah sangat tua untuk mengurus anak kecil.     

"Hush. Dia enam tahun lebih muda daripadaku. Jika dia mendengarmu bicara seperti ini, kurasa dia tidak akan mengundangmu lagi."     

Diego tertawa canggung mendengar ancaman halus dari ibunya. Ah, dia sama sekali tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan ibunya.     

Mereka bertiga masih terus berbincang-bincang dengan santai dan baik Chleo serta Diego sangat menikmati dengan sikap manja mereka yang saat ini duduk menempel pada ibu mereka.     

Melihat kedua anaknya yang duduk di kedua sisinya dengan begitu menempel mengingatkannya saat-saat dimana keduanya masih sangat kecil. Yang satu duduk disebelah kanannya, sementara yang satu akan duduk diatas pangkuannya tiap kali dia membacakan mereka sebuah buku cerita.     

Cathy merasa baru minggu lalu dia mengganti popok Chleo tapi hari ini dia harus mempersiapkan diri untuk melepaskan putri sulungnya.     

Cathy masih bisa bertahan dan merelakan kepergian putrinya, tapi dia tidak yakin apakah suaminya sanggup merelakan putri satu-satunya kedalam perlindungan pria lain begini cepat.     

Di satu sisi, Cathy berharap Chleo mendapatkan kebahagiaannya karena selama dua tahun terakhir putrinya ini sudah cukup menderita dengan mengalami kejadian yang mengerikan serta ingatan akan masa lalu yang begitu menyedihkan.     

Tapi di sisi lain, dia berharap suaminya tidak memberikan restu dengan mudah karena dia masih ingin bersama dengan kedua anaknya lebih lama lagi.     

Tidak peduli yang manapun, Cathy akan mendukung keputusan apapun yang dibuat suaminya.     

Tidak lama kemudian, Axel muncul ke ruangan dimana Chleo menunggu bersama ibu serta adiknya. Chleo segera bangkit berdiri dan menatap pria itu dengan was-was. Dia sungguh merasa penasaran jawaban yang telah diberikan ayahnya pada Axel.     

Melihat kegelisahan serta kekhawatiran menghiasi wajah mungil Chleo yang cantik, Axel memberikan senyuman lembut yang sanggup menenangkan kegelisahan Chleo.     

"Ayahmu ingin bertemu denganmu."     

Chleo mengambil napas yang sangat panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Entah kenapa menemui ayahnya terasa sama persis disaat dia hendak memasuki ruangan ujian dimana ada beberapa penguji hendak menilai hasil ujiannya.     

Diego hendak menggoda kakaknya, tapi disaat dia melihat kegugupan sang kakak, Diego memutuskan untuk memberinya support.     

"Kak Chleo, papa sangat menyayangimu. Aku yakin dia juga akan memberikan restunya."     

Pandangan Chleo ke arah adiknya melembut saat mendengar kalimat dukungan dari anak remaja tersebut. Ini kalimat dukungan pertama kali dari sang adik semenjak Diego mendengar kabar bahwa Chleo telah menerima lamaran Axel.     

Chleo membungkukkan tubuhnya untuk mengecup kening Diego yang masih duduk disebelah ibu mereka.     

"Kau memang adikku yang terbaik." ujar Chleo membuat Diego menyeringai dengan lebar.     

Kemudian Chleo berjalan menuju ke ruang kerja sang ayah melewati Axel. Disaat mereka berpapasan, Axel mengaitkan jarinya pada jari kelingking Chleo membuat gadis itu merasakan dukungan yang sangat besar darinya.     

Sungguh, Chleo merasa saat ini dia sedang berjalan menuju ke markas musuh paling berbahaya serta berkuasa di dunia ini dan dia memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya.     

Haiya, padahal dia hanya menghadap ke ayah yang paling disayanginya. Tapi Chleo tidak kuasa menahan diri untuk tidak merasa gugup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.