Melarikan Diri
Melarikan Diri
"Hei, bangun!"
Chleo langsung menepis kedua tangan yang menggoncangkan tubuhnya dengan kasar. "Aku sudah bangun." sahut Chleo dengan jengkel lalu duduk sambil mengerling ke sekitar mereka.
Dimana ini? Apakah mungkin mereka dijadikan sandera? Ck. Kalau tahu begini, dia tidak akan memakan sup kental itu tidak peduli seberapa besar tuntutan perutnya.
Chleo menggigiti jarinya tanpa dia sadari. Sudah menjadi kebiasaannya dia akan menggigiti jarinya jika dia merasa gelisah atau panik secara berlebihan. Biasanya Chleo tidak pernah menunjukkan gelagat ini di hadapan orang asing, Ashley juga belum pernah melihatnya. Anehnya, Ashley merasa dia pernah melihat Chleo sering menggigit jarinya di ingatannya terdalam. Hanya saja, Chleo yang diingatnya berambut merah dan bukannya hitam dengan hiasan coklat seperti Chleo disebelahnya.
"Apa kau pernah mengecat rambutmu?"
Aktivitas Chleo yang menggigiti jarinya terhenti lalu melirik ke arah Ashley dengan bingung. Untuk apa Ashley menanyakan soal rambutnya padahal mereka berada didalam situasi tidak aman?
Tanpa menggubris Ashley yang tampaknya tenggelam dalam dunianya sendiri, Chleo bangkit berdiri dan mencoba membuka pintu ruangan ini. Seperti yang diduganya, pintu ini terkunci dan mereka tidak akan bisa keluar dari tempat ini.
Chleo mencoba menendang pintu sekeras-kerasnya membuat Ashley membelalak mata kaget. Suara hantaman yang memekikkan telinga disusul oleh suara ringisan Chleo dengan ekspresi kesakitan.
Tanpa diperintah oleh otaknya, Ashley segera menghampiri Chleo dengan panik. Dia sama sekali tidak sadar barusan dia sangat mengkhawatirkan kondisi kaki Chleo.
"Kau baik-baik saja? Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau menendang pintu? Memangnya kakimu ini besi huh?" nada serta kalimat Ashley terdengar sinis, tapi sikapnya sangat bertolak belakang dengan kalimatnya karena kini gadis itu tengah membantu Chleo untuk berjalan dan duduk untuk meluruskan kakinya yang baru saja menendang pintu besi berkarat itu.
Chleo sendiri merasa tercengang akan perlakuan Ashley terhadapnya. Apakah dia sedang bermimpi? Kenapa dia bisa merasakan ada perasaan khawatir dari gadis itu?
"Apakah dunia akan khiamat? Kenapa kau mengkhawatirkanku?"
Ashley langsung tersadar dan segera melepaskan diri dari tubuh Chleo membuat Chleo terjatuh ke lantai dengan kasar dan sekali lagi Chleo memekik kesakitan saat bokongnya mencium lantai tanpa peringatan.
Chleo menatap kesal ke arah Ashley. Jika gadis itu tidak berniat membantunya, maka sebaiknya Ashley tidak perlu memapahnya sedari awal!
"Siapa yang mengkhawatirkanmu? Dunia memang akan khiamat jika aku mengkhawatirkanmu." ujar Ashley cuek lalu berjalan dan duduk berjauhan dari Chleo.
Chleo hanya memutar matanya dengan malas lalu memijat kakinya yang kini mulai terasa sakit. Dia sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia menendang pintu besi tersebut seolah dia merasa yakin pintu tersebut akan tumbang jika dia menendangnya sekuat tenaga.
-
Entah sudah berapa hari keduanya berada didalam ruangan gelap tersebut tanpa pernah dibiarkan keluar oleh para penahan. Tidak ada cahaya ataupun jendela. Hanya beberapa lubang yang sangat kecil memberi sedikit cahaya di siang hari. Sementara ruangan didalam akan semakin gelap ketika matahari terbenam.
Mereka hanya diberi makan dua kali sehari dan selain itu, mereka tidak melakukan apa-apa selain mengurung mereka tanpa cahaya apapun.
Entah sebuah keberuntungan atau kecerobohan dari orang berkulit hitam, Ashley menemukan sebuah belati berkarat di bawah tumpukan jerami. Diam-diam Ashley mengambil belati tersebut dan menyembunyikannya di pojokan ruangan sementara dia duduk menutupi belati tersebut.
Hal ini tidak terluput dari pengawasan Chleo. Awalnya Chleo merasa curiga Ashley hanyalah bersandiwara dihadapannya dan sengaja mendekatinya untuk menurunkan pertahanannya. Gadis itu pernah mencoba menculiknya satu kali, jadi pasti ada kemungkinan Ashley menculiknya kembali kan? Hanya saja, kali ini gadis itu bersandiwara dan bersikap seolah senasib dengannya agar Chleo tidak merasa curiga.
Belum lagi, tiap kali mereka pingsan, selalu Ashley yang membangunkannya seolah gadis itu tidak pernah pingsan sedari awal. Ashley juga bisa memikirkan kemungkinan mereka berada di Afrika yang malah membuat kecurigaannya semakin kuat.
Sekarang gadis itu menemukan belati dan menyimpannya sendiri membuat Chleo menjadi lebih waspada. Dia akan mengingat dirinya sendiri untuk tidak berdekatan dengan Ashley. Hanya Tuhan yang tahu gadis itu akan selalu siap menikamnya dengan belati tersebut begitu jarak mereka cukup dekat.
Seharian itu tidak ada satupun dari mereka yang bicara seolah mereka merupakan orang asing dan tidak saling mengenal satu sama lain. Ashley merasa malas berbicara dengan Chleo sementara Chleo merasa waspada terhadap Ashley sehingga tidak ingin berbincang dengan gadis itu. Dia tidak ingin lengah sedikitpun.
Lalu tibalah saat makanan mereka diantar, Ashley meringkuk sembari memegangi perutnya. Begitu pintu terbuka, Ashley meringis kesakitan sambil menangis.
Yah, Chleo tidak tahu apakah Ashley sungguh menangis atau tidak karena gadis itu meringkuk seperti bola sehingga hanya punggung serta belakang kepalanya yang terlihat.
"Aduh, perutku sakit sekali. Tolong aku… hiks…"
Chleo mengangkat sebelah alisnya dengan heran. Sepertinya Ashley tidak sedang bersandiwara. Apakah dia memang sakit perut?
Orang yang membawakan makanan untuk mereka langsung menghampiri Ashley setelah meletakkan makanan mereka di lantai.
Sesuatu tak terduga terjadi begitu orang itu mendekat ke arah Ashley. Tiba-tiba saja Ashley menancapkan belati yang disembunyikannya ke punggung kaki orang itu yang kebetulan tidak memakai alas kaki.
Chleo mendelik ngeri melihat darah yang keluar serta jeritan histeris dari orang berkulit hitam tersebut. Orang itu mengangkat tangannya untuk menampar Ashley tapi reaksi gadis itu lebih cepat darinya.
Ashley menghindar dengan begitu gesit sembari menendang punggung orang itu hingga terjatuh ke pojokan ruangan. Ashley segera berlari menghampiri Chleo dan menarik tangannya lalu berlari sekencang-kencangnya mencari jalan keluar.
Ashley tidak tahu bagaimana dia bisa memiliki keberanian untuk melarikan diri, tapi dia mengikuti instingnya serta apa saja yang dilihatnya selama beberapa hari ini.
Rupanya selama beberapa hari ini Ashley bolak-balik mengikuti cahaya untuk mengintip dari lubang yang tidak sebesar jari kelikingnya. Tanpa sepengetahuan orang-orang berkulit hitam ini, Ashley mengintip dari lubang tersebut untuk menganalisa lingkungan disekitar mereka.
Ruangan ini bukanlah didalam sebuah gedung. Tapi sebuah kabin kecil tak terpakai yang hanya berukuran seperti kamar hotel murah di tengah tenda-tenda pemukiman orang berkulit hitam ini.
Dengan melihat melalui lubang itu untuk mengawasi pergerakan para penangkap mereka, Ashley menjadi tahu dimana dia bisa mengambil kunci mobil dan mencuri salah satu mobil mereka untuk melarikan diri.
Chleo yang masih syok akan apa yang terjadi tidak bisa bereaksi apa-apa dan membiarkan Ashley menariknya dengan kasar menuju ke suatu tempat. Ashley mengambil salah satu kunci dengan gandulan tengkorak lalu segera menuju ke mobil jeep.
Ashley sudah tahu rutinitas manusia berkulit hitam itu yang selalu melakukan pergi ke tempat yang agak jauh dari tempat ini, sehingga dia bisa kabur tanpa penjagaan yang ketat.
Ashley langsung membuka mobil jeep yang sudah menjadi incarannya beberapa jam terakhir ini dan melajukan mobil begitu Chleo masuk ke dalam mobil.
Setelah melakukan perjalanan cukup jauh dan yakin mereka tidak akan dikejar, Chleo mulai bersuara.
"Apa itu tadi? Bagaimana kau bisa memberontak seperti itu?"
"Aku pernah belajar karate sebelumnya." jawab Ashley.
"Lalu bagaimana kau bisa tahu kunci mobil mana yang harus kau ambil?"
"Aku mengawasi pergerakan mereka dari lubang dinding."
"Lubang? Lubang apa?" Chleo masih terus bertanya dengan nada menginterogasi.
"Di tempat mereka mengurung kita, ada lubang kecil di tiap-tiap sudut dinding. Lagipula tadi itu hanya dinding batu bata biasa dan sudah lama tidak terpakai. Jadi mereka tidak akan curiga kalau aku mengintip dari lubang tersebut. Mereka juga tidak akan menyadarinya, karena tiap kali ada orang yang masuk ke dalam ruangan kita, aku bersikap biasa saja."
"…"
"Keuntungan kita menjadi seorang gadis lemah. Mereka akan meremehkan kita dan tidak akan tahu apa yang kita rencanakan." Ashley memberi kalimat penutupnya dengan nada yang bangga. Entah kenapa dia merasa puas sekali membanggakan diri dihadapan Chleo.
Sayangnya, Chleo malah berpikir sebaliknya.
"Kau yakin bukan karena mereka sengaja membiarkan kita pergi? Mungkin saja mereka mengikuti sandiwaramu dan ingin membunuhku diam-diam."
!!
Ashley mengerem mobilnya dengan mendadak karena merasa tersinggung dengan kalimat sarkas Chleo. Sayangnya, mereka masih berada di atas padang pasir sehingga saat mobil dalam kecepatan tinggi berhenti mendadak, Ashley tidak bisa mengendalikan setirnya yang kini terpeleset dan oleng kesamping.
Ashley yang tidak begitu pandai menyetir mobil langsung membanting setir ke arah berlawanan yang malah membuat mobil semakin tidak seimbang. Alhasil, mobil berguling dengan kencang membuat kepala Ashley serta Chleo merasa pusing karena diputar sebanyak 360 derajat berulang kali.
Hingga pada akhirnya, mobil berhenti berguling, namun tempat pemberhentian tidak aman karena kini sebagian dari mobil jeep tersebut berada tepat di pucuk dataran pasir tertinggi, yang akan jatuh kebawah bila hilang keseimbangan.