My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Ingat Semua



Ingat Semua

1Chleo dan Axel menikmati sarapan mereka dengan nikmat sambil membicarakan apa-apa yang terjadi kemarin malam.     

"Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa berada di New York kurang dari dua jam. Kecuali ada orang lain yang juga memiliki kemampuan teleport sepertimu, maka aku tidak heran."     

"Hanya aku yang memiliki kemampuan teleport, sementara penguasa alam lainnya hanya bisa teleport jarak dalam satu kota saja."     

"Apakah tidak ada makhluk lain? Seperti binatang mistis atau apa?"     

Untuk sejenak Axel berhenti mengunyah makanannya menyadari ada satu lagi yang memiliki kemampuan teleport.     

"Ada. Makhluk Vectis. Mereka semua bisa teleport kemanapun mereka mau sepertiku."     

"Vectis? Apa itu?"     

"Hanya makhluk asing yang bukan berasal dunia ini."     

"Maksudmu alien? Seperti yang ada di film-film?"     

Axel tersenyum geli mendengar sebutan 'alien' dari mulut Chleo. "Yah, bisa dibilang begitu."     

"Wah, aku sama sekali tidak menyangka bumi ini akan kedatangan alien. Tapi kenapa mereka ingin membunuhku?"     

"Aku juga tidak tahu. Sepengetahuanku Vectis tidak diizinkan melukai manusia, karena itulah aku masih ragu apakah penculikmu memang adalah Vectis atau sesuatu yang lain."     

"Memangnya ada makhluk lain selain Vectis dan penguasa alam?"     

"Ada. Tapi mereka tidak pernah muncul di bumi ini.     

"Benarkah? Makhluk seperti apa mereka?"     

"Entahlah. Aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Axel menambahkan selai pada roti Chleo sambil menjawab segala pertanyaan Chleo. "Sepertinya kau sudah tidak takut lagi."     

"Aku masih takut. Tapi anehnya tubuhku sama sekali tidak bergetar kalau bersamamu." jawabnya dengan nada manja sambil memeluk pinggang Axel membuat sebelah tangan Axel terangkat untuk memeluk gadis mungil itu.     

Chleo memanyunkan bibirnya seakan minta dicium membuat Axel terkekeh dan mengabulkan permintaan gadis itu.     

"Aku sangat bahagia."     

"Kenapa?"     

"Karena kau bersikap manja padaku."     

"Memangnya sebelumnya aku tidak manja?"     

"Hmm…" Axel menggelengkan kepalanya. "Kau agak menahan diri saat ingin bermanja denganku."     

"Ah, itu. Mungkin aku takut kau memandangku rendah jika aku terlalu manja."     

"Dan sekarang tidak?"     

"Tentu saja tidak. Malahan, sepertinya kau yang tidak akan bisa membenciku. Lagipula mana ada orang yang jatuh cinta pada anak kecil usia enam tahun lalu berlanjut hingga sekarang? Kurasa hanya raja biru yang sanggup melakukannya."     

Axel tidak bisa lagi menahan tawanya dan tertawa lepas mendengarnya. Dia mencubit hidung Chleo dengan gemas lalu mencium bibir gadis itu dengan penuh cinta.     

Chleo juga menyambutnya dengan penuh sukacita dan membalasnya dengan meniru apa yang dilakukan pria itu. Mereka saling menggerakkan kepalanya untuk berganti posisi agar bisa saling mencicipi hingga ke dalam tanpa disadari terjadi sesuatu pada diri Axel.     

'Tidak peduli apapun yang kau lakukan, KEBENCIANKU terhadapmu tidak akan menghilang!'     

Axel langsung mendorong tubuh Chleo sambil terengah-engah membuat Chleo bingung setengah mati.     

"Ada apa?"     

Axel sama sekali tidak menjawab karena dia memegangi kepalanya yang terasa sakit, lalu bangkit berdiri menghindar dari Chleo.     

"Axe? Axel?" Chleo terus-menerus memanggil nama Axel tapi pria itu sepertinya tidak bisa mendengar panggilan Chleo karena kini didalam pikirannya penuh dengan suara lain.     

'Kau tahu, aku tidak pernah membenci seseorang sebelumnya. Aku ucapkan selamat. Kau adalah orang pertama yang sangat kubenci di dunia ini.'     

"Ugh!" Axel semakin mengerang kesakitan membuat Chleo semakin panik.     

"Axel, ada apa denganmu?" tanpa terasa air mata mulai mencucur keluar dari mata Chleo sambil berusaha menenangkan Axel.     

'Kau pikir dengan memberiku kartu tanpa batas serta hadiah mahal ini akan membuatku luluh? Aku lebih tidak akan melupakan apa yang sudah kau lakukan padaku!'     

'Kau memisahkanku dari Alexis! Kau menjauhkanku dari keluargaku! AKU MEMBENCIMU SEUMUR HIDUPKU!!'     

"Axel, tolong bicaralah padaku. Kau kenapa? Apa kau punya obat?"     

Dua suara yang sama, tapi nada pengucapan yang sangat berbeda. Yang satu diucapkan dengan penuh kebencian sementara yang satu dipenuhi dengan kekhawatiran.     

Bayangan gadis berambut merah dalam ingatannya yang tadinya kabur, kini mulai muncul dengan jelas. Rambut merah gelap, sepasang mata coklat terang serta bibir mungil yang manis. Pertama kalinya dia melihat gadis itu adalah di sebuah bar di Seattle.     

Chleora Regnz.     

Gadis berambut merah itu tidak lain adalah Chleo.     

Kini Axelard telah mengingat semuanya. Tindakannya yang mengancam Chleo dan juga memaksanya menjauh dari keluarganya tanpa memberitahu alasannya. Dia ingat Chleo tidak pernah bahagia begitu dia membawanya ke Inggris.     

"Axel, kau kenapa?"     

Barulah Axel menoleh ke arah Chleo dan seketika hatinya terasa seperti dihantam sebuah batu besar begitu melihat air mata gadis itu. Apakah dia yang membuatnya menangis? Lagi-lagi dia membuat wanita yang dicintainya menangis?     

Axelard mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Chleo yang semakin deras.     

"Maaf. Maafkan aku."     

"Ah? Apa yang sedang kau bicarakan?" Chleo turut menghapus air matanya sendiri sadar kekasihnya tidak suka melihatnya menangis. "Dasar bodoh, aku sangat mengawatirkanmu. Kenapa tiba-tiba kau menjadi kesakitan seperti ini?"     

'Dia akan ingat semuanya disaat dia berulang tahun yang ke dua puluh satu.'     

Axel ingat ucapan Fye yang mengatakan semua ingatan Chleo mengenai kehidupan lalu akan kembali saat gadis itu Chleo berusia dua puluh satu. Dia bertanya-tanya, apakah Chleo masih akan mengkhawatirkannya seperti ini bila saat itu tiba?     

-     

Axelard tetap fokus pada pekerjaannya yaitu mencuci piring kotor. Dia sama sekali tidak merasa terganggu akan pandangan menyelidik Chleo kearahnya. Dia juga bersikap pura-pura tidak tahu dan terus membersihkan piring kotor.     

Chleo memang membantunya, tapi gerakannya sangat lamban karena dia terlalu sibuk mengawasi ekpresi kekasihnya. Piring yang sudah kering dari tadi masih dilapnya dengan kain bersih. Axelardpun tidak menggugahnya dan membiarkan gadis itu hanya selesai membersihkan satu piring saja.     

Setelah semua sudah selesai dan tinggal piring yang dipegang Chleo tersisa, barulah Axel menggugah lamunan Chleo sambil mengambil piring tersebut.     

"Aku akan mengantarmu pulang. Sebelum itu, mau pergi kencan denganku?"     

"Ah?"     

"Kau mau kemana? Hari ini aku akan menemanimu seharian."     

"Tapi, kau…"     

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir." ucap Axel dengan tegas sambil membelai sayang pipi Chleo.     

"Aku hanya ingin pulang. Aku tidak ingin kemana-kemana."     

"Baiklah."     

Cetik! Dalam sekali jentikan, mereka berdua sudah berada dalam rumah sederhana Chleo di Seattle. Meskipun Chleo pernah mengalaminya semasa kecil, dia masih tidak menyangka tubuhnya bisa berpindah tempat dalam hitungan detik.     

"Baiklah, istirahatlah dulu. Hari ini kau tidak perlu masuk kerja."     

"Kau mau kemana?" Chleo segera menahan tangan Axel begitu menyadari Axel hendak pergi.     

"Aku akan menyelidiki penculikanmu kemarin."     

"Bukankah kau bilang akan menemaniku seharian ini?"     

"Tapi, bukankah kau tidak ingin…"     

"Memangnya aku harus pergi keluar agar kita bisa bersama?" Chleo menarik tangan Axel menuju ke kamarnya.     

Lalu Chleo mendorong tubuh Axel dengan sekuat tenaga membuat punggung Axel terjatuh di atas ranjangnya. Axel mengangkat sebelah alisnya dengan terheran ketika melihat senyuman penuh kemenangan gadis itu.     

Apa yang sedang direncanakan gadis ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.