Saling Mendukung
Saling Mendukung
Ashley masih bermain-main dengan air untuk memuaskan rasa dahaganya dan membasahi kulitnya yang kering. Setelah dia mulai terasa segar kembali dia menoleh ke arah Chleo yang kini memejamkan matanya sambil bersandar di pohon.
Ashley bangkit berdiri lalu menghampiri Chleo untuk duduk disebelahnya.
"Kenapa kau kembali? Kau bisa saja meninggalkanku disana."
"Kau ingin aku meninggalkanmu?"
"Kupikir kau tidak menyukaiku?"
"Bukannya terbalik? Kau yang membenciku sehingga mengirim orang untuk menculikku?"
Ashley berdehem lalu terbatuk sambil mengerling ke arah lain.
"Aku mengaku, aku memang menyuruh orang untuk menculikmu tapi orangku belum sempat bertemu denganmu, kau sudah menghilang dulu. Aku tidak tahu kalau ada yang ingin membunuhmu."
"Kau pikir aku akan percaya?"
"Terserah kau mau percaya atau tidak."
Setelah itu mereka tidak berbicara lagi dan Ashley bergeser untuk duduk bersandar di pohon dengan membelakangi punggung Chleo. Keduanya sama-sama meluruskan kaki mereka untuk mengistirahatkan kaki mereka yang sudah berjalan selama berjam-jam tanpa henti.
"Chleo, sebenarnya kau ini siapa? Kenapa ada yang ingin membunuhmu?"
"…"
"Sudahlah, aku juga tidak mau. Aku tidak ingin berurusan denganmu, tapi kenapa aku harus berakhir ditempat ini bersamamu?"
Chleo hanya memutar bola matanya dengan malas namun tidak merespon keluhan gadis yang duduk dibelakangnya.
"Aku lapar."
Chleo menggigit bibir frustrasi mendengar keluhan Ashley yang terakhir. Dia juga merasa lapar, tapi tidak ada makanan apa-apa disini selain air di danau. Danau ini sangat kecil dan tidak ada ikan atau apapun yang bisa dimakannya.
Sementara pohon kelapa ini…
Chleo mendongak ke atas dan melihat ada satu buah kelapa besar disana. Tapi… bagaimana caranya mereka naik ke atas?
"Kau bisa memanjat pohon?" tanya Chleo pada Ashley.
"Aku adalah Ashley Grey, menurutmu seorang putri gubernur Grey yang manja akan bisa memanjat pohon?"
"Kau barusan mengaku bahwa kau adalah anak yang manja?" sindir Chleo dengan sarkas.
"Semua anak perempuan sederajatku akan berlaku sama denganku. Apa salahnya dengan itu? Lagipula kenapa kau menyinggung soal memanjat pohon?"
"Ada buah kelapa diatas. Mungkin kita bisa memakan buahnya."
Ashley mendongak keatas untuk mencari buah yang dimaksudkan dan memang ada satu buah disana. Lalu dia mengerling ke pohon-pohon kelapa lainnya yang tidak terlalu tinggi dan mudah untuk dipanjat. Ada satu tapi sayangnya, tidak ada buah pada pohon tersebut.
Rata-rata pohon yang berbuah hanyalah pohon yang tinggi dan sulit untuk dipajat untuk ukuran anak perempuan seperti mereka. Mereka belum pernah memanjat pohon kecil, jadi mustahil bagi mereka untuk memanjat pohon kelapa yang termasuk pohon tersulit untuk dipanjat.
Pada akhirnya mereka hanya bisa menatap ke buah tersebut dengan tatapan putus asa. Untuk saat ini mereka hanya bisa menenangkan perut mereka dengan air saja.
"Kita harus terus berjalan jika ingin keluar dari tempat ini."
"Kemana?"
Chleo sendiri juga tidak tahu. Dia merasa takut, panik, gelisah, anehnya dia bisa menyembunyikannya dengan baik. Apakah mungkin karena ada Ashley dihadapannya?
Brrrmm!!
Tiba-tiba mereka mendengar suara seperti sebuah mobil. Keduanya saling berpandangan lalu sama-sama berlari menuju ke sumber suara itu.
"Akhirnya bantuan datang juga. HEII!!! DISINI!" teriak Ashley sambil melambaikan kedua tangannya saat melihat sebuah mobil jeep besar meluncur ke arahnya.
Chleo juga merasa lega akhirnya mereka tidak perlu berjalan kaki di entah tempat apa ini, tapi dia tidak bisa tidak khawatir apakah penolong mereka ini adalah orang baik ataukah orang jahat.
Yah, untuk saat ini lebih baik dia tidak memikirkan hal negatif dulu dan berharap mobil jeep itu memang adalah penyelamat mereka. Setelah ini dia akan mencoba meminjam komputer mereka untuk mengirim SOS pada paman Stanley. Dia berpikir saat ini hanya Stanley yang sanggup menemukan posisi mereka asalkan pamannya bisa menemukan sumber SOSnya.
Jeep tersebut berhenti didepan keduanya dan dua orang pria berbadan besar berkulit hitam turun dari mobil mereka. Secara kompak, Ashley serta Chleo saling bergandengan tangan dengan gemetar sambil melangkah mundur secara perlahan-lahan.
Ini pertama kalinya mereka melihat orang berkulit hitam… benar-benar hitam, bukan seperti orang negro yang tinggal di Amerika, tapi ini lebih hitam seperti arang yang sudah dibakar.
"@$%^*&%$?"
Chleo serta Ashley saling berpandangan saat salah satu pria berkulit hitam itu mengajukan pertanyaan.
"Apakah ada yang bisa berbahasa Inggris?" Chleo memberanikan dirinya untuk bertanya.
Gantian kedua orang itu yang saling bertatapan lalu menatap kembali ke arah dua gadis yang berusaha menyembunyikan rasa ketakutan mereka.
"Follow – ikut." sahut pria itu lagi sambil menunjuk ke arah mobilnya. Tampaknya pria itu mengajak Chleo serta Ashley untuk naik ke mobil.
"Menurutmu ini aman?" tanya Ashley yang kini tangan dalam genggaman Chleo telah berkeringat.
"Lebih baik bersama mereka daripada mati kelaparan di tempat ini."
"Kau benar."
Pada akhirnya kedua gadis itu menurut dan naik ke dalam mobil di posisi bangku belakang yang ternyata ada beberapa pria berkulit sama juga duduk di bangku belakang.
Chleo serta Ashley agak merasa ragu untuk naik tapi saat melihat ada ruang untuk dua orang duduk, Chleo naik duluan disusul dengan Ashley. Kedua gadis itu duduk saling berdekatan dan untuk pertama kalinya mereka tidak saling menjaga jarak.
Meskipun mereka sama-sama saling tidak menyukai, namun entah kenapa saat ini keduanya malah saling memberi dukungan dan keberanian.
Sungguh kondisi yang konyol sekali. Kalau saja saat ini mereka bersama teman-teman mereka dan melakukan camping dari dosen pariwisata, mereka tidak mungkin akan berdekatan seperti ini.
Chleo serta Ashley sama-sama merasa gelisah saat menyadari banyak pasang mata menatap mereka dengan tatapan menyelidik. Sementara dua orang yang tadinya turun mengajak bicara mereka tampak saling berbincang santai di kursi depan tempat untuk menyetir mobil ini.
Sesekali mereka akan tertawa atau bercanda, tapi orang-orang yang duduk di ruang belakang tampak sangat tegang dan tatapan mereka sungguh mengerikan.
"Mereka sedang melihat kita."
"Ssst. Jangan melihat kearah mereka." bisik Chleo kembali. Dia hanya menundukkan kepalanya ke atas pangkuannya dan matanya tertumpu pada genggamannya pada tangan Ashley. Dia tersenyum geli menyadari dia tidak mau melepaskan genggamannya begitu juga dengan Ashley yang tampak tidak mau melepaskan tangannya.
"Apa yang lucu?"
"Aku tahu tidak seharusnya aku berpikir seperti ini. Tapi aku agak sedikit bersyukur ada kau yang menemaniku di tempat asing."
"Kau…" Ashley hendak membantah, namun saat dia mengerling kearah tautan tangan mereka, dia memilih untuk mengakui perasaannya yang sebenarnya. "Aku juga."
Chleo melirik ke arah gadis sebelahnya dengan tatapan tak percaya. Siapa yang pernah menduga, Ashley yang dulu sering mengganggunya bahkan memfitnahnya serta menculiknya, kini malah menjadi salah satu sumber dukungan serta keberaniannya di tempat ini.
~~~~~♡♡♡~~~~~
Halo para pembaca tersayangku... saya kasih sedikit teaser bab 3 di
.
.
.
Aku sangat menikmati semalam dan aku tidak menyangka ternyata wanita yang tampaknya berpengalaman sepertimu masih perawan. Jika kau ingin meminta tanggung jawabku, kau bisa menghubungiku. Kau tahu dimana bisa mencariku, kan? Sebagai tambahan, aku bukan adikku. Aku adalah R_____d Calvin *evil grin*
R
***
Xia Xia membelalak lebar membaca pesan ini.
Orang yang dijebaknya bukan R_____d, tapi pria flamboyant yang suka bersenang-senang bernama R_____d?! Dia menyerahkan perawannya pada pria brengsek??
'Percayalah padaku, kau pasti tidak akan melupakan malam ini. Tapi aku yakin kau akan sangat menyesalinya.'
Xia Xia bergidik ngeri saat kembali mengingat kalimat peringatan pria itu. Ternyata ini yang dimaksudkan pria itu saat mengatakan dia pasti akan menyesalinya… dan dia memang sangat, sangat, dan sangat menyesalinya.
Xia Xia menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga mengeluarkan darah sementara matanya berkilatan dengan penuh amarah dan bila ada yang melihat ekspresinya saat ini, bisa dipastikan orang tersebut akan mengompol saat itu juga.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriaknya dengan histeris sambil melempar semua barang yang bisa dicapai tangannya.
"R_____D CALVIN, AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"