My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Bertengkar (2)



Bertengkar (2)

2Ashley sudah bangun dari tadi semenjak Chleo berteriak tadi. Dia tidak tahu apa yang membuat pasangan sejoli itu bertengkar, tapi dia tahu saat ini mood Chleo sangat buruk.     

Chleo sama sekali tidak bicara dengannya ataupun melirik ke arahnya. Sementara pria tampan yang mengaku telah menyelamatkan mereka dari kecelakaan mobil tadi juga kebingungan untuk menarik perhatian Chleo.     

Ashley sangat bingung bagaimana pria tampan ini tiba-tiba muncul di tempat antah berantah ini. Dia juga bertanya-tanya apa hubungan dari pria itu dengan Chleo. Tapi kebingungannya tidak sebanding dengan fakta misterius yang lain.     

Dia yakin bahwa tubuh Chleo dipenuhi luka-luka parah. Dia yakin kulit leher serta lengan Chleo sobek hingga ke dagingnya. Tapi kenapa tubuh gadis itu begitu mulus seperti tidak mengalami kecelakaan apapun?     

Ataukah kecelakaan mobil yang berguling di dataran bukit berpasir hanyalah mimpi belaka?     

Ah, sudahlah. Yang penting Chleo baik-baik saja. Itulah yang terpenting.     

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanpa memperdulikan Chleo yang masih cemberut layaknya seorang anak kecil, Ashley bertanya pada pria tampan yang telah menyelamatkannya.     

"Kita tidak punya pilihan lain selain menunggu."     

"Menunggu apa?"     

"Hanya menunggu. Tenang saja. Tempat ini cukup aman dan jauh dari orang-orang yang berniat memakan kalian."     

Chleo serta Ashley terkesiap mendengar kalimat terakhir Axelard. Apa maksudnya dengan 'berniat memakan kalian'?     

"Tu… tunggu. Apa maksudmu tadi?"     

"Orang-orang berkulit hitam tadi adalah sekelompok manusia kanibal. Mereka mencari orang berkulit putih yang tersesat di padang gurun. Lalu memberi makan mereka obat untuk menggemukkan mangsanya. Setelah itu, kalian tahu sendiri apa yang dilakukan manusia selanjutnya bila ingin memasak daging."     

Ashley serta Chleo bergidik ngeri mendengar penjelasan Axelard lalu tanpa sadar bersamaan memegang lengan mereka. Mereka merasakan lengan mereka memang agak gemuk sedikit. Apakah mungkin sup kental yang dimakan mereka selama beberapa hari ini sudah dimasukkan obat meningkatkan hormone untuk menggemukkan badan??     

Chleo mengerling ke arah Axelard bertanya-tanya mengapa pria itu baru memberitahunya sekarang?     

Sebenarnya Axelard tidak ingin memberitahu kedua gadis itu agar mereka tidak merasa takut. Tapi dia terpaksa memberitahunya agar Chleo bisa mengerti alasannya yang tidak ingin meninggalkan Ashley seorang diri disini.     

Bukannya dia membela ataupun melindungi gadis itu, tapi dia tidak ingin membiarkan manusia yang tidak ada sangkut pautnya dengan Vectis terlibat dan mati sia-sia di tempat ini. Apalagi Bai Yu melihat sendiri bagaimana Ashley menangisi dan berteriak untuk membangunkan Chleo.     

"Uhm… sampai kapan kita akan berada disini?"     

Axelard sama sekali tidak bisa menjawabnya dan hanya melirik ke arah Chleo yang langsung membuang muka begitu kedua mata mereka saling bertatapan. Axelard mendesah pasrah kemudian memutuskan berjalan keluar karena tidak ingin memperburuk suasana hati Chleo.     

Begitu Axel keluar dari gubuk tersebut, Ashley berjalan mendekat dan duduk berhadapan dengan Chleo.     

"Apa kalian bertengkar?"     

"…"     

"Aku tidak tahu siapa dia, tapi melihat sikapnya terhadapmu saat kita berjalan ke tempat ini, kurasa dia adalah kekasihmu."     

"…"     

"Kalian tampak serasi sekali."     

"…"     

"Hei, sampai kapan kau akan mengacuhkanku?"     

Tiba-tiba saja Chleo menoleh dan meliriknya dengan tatapan tajam yang belum pernah diperlihatkannya pada siapapun. Tatapannya yang tiba-tiba berubah drastis seperti itu membuat Ashley kaget sekaligus nostalgia. Dimana dia pernah merasakan perasaan seperti ini?     

"A… Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"     

Chleo masih tidak menjawabnya dan hanya menatapnya tanpa berkedip.     

Tidak lama kemudian dia mendengar sebuah suara tangisan di dalam kepalanya.     

'Chleo, bangun. Kau tidak boleh mati sekarang. Kau tidak boleh meninggalkanku sendirian disini. Ayo, bangun! Chleooo, bangun. Huwaaaa…!!'     

Kenapa dia mendengar suara Ashley? Tidak. Dia memang mendengarnya, tapi bukankah itu hanya mimpi? Ashley tidak mungkin menangisinya, iya kan? Gadis itu tidak mungkin mengkhawatirkannya.     

Chleo teringat akan Axel yang memberitahunya bahwa Ashley menangis saat mengira dia sudah mati. Apakah mungkin suara tangisan yang ia dengar itu memang bukan mimpi?     

Chleo memijat keningnya merasa pusing memikirkan ini semua. Dia tidak mengerti mengapa harus dia yang mengalami semua ini? Mengapa harus dia yang diincar oleh makhluk mistis?     

Mengapa dia harus jatuh cinta dan menjalin hubungan special dengan salah satu raja warna?     

"Chleo ada apa? Apa kepalamu pusing? Apa kau ingin tidur? Sebaiknya kau istirahat saja. Diantara kita berdua, tampaknya kau yang lebih tertekan dariku. Sebaiknya kau istirahat saja."     

"…"     

Chleo memandang lurus ke sepasang mata gadis dihadapannya, tapi tidak dengan ketajaman seperti tadi. Dia hanya penasaran juga bingung, apakah Ashley benar-benar mengkhawatirkannya?     

"Kau… mengkhawatirkanku?"     

"…"     

Jawab tidak. Pikir Chleo serta Ashley bersamaan. Chleo menebak Ashley akan menjawab tidak seperti sebelumnya sementara Ashley juga berharap bisa membantahnya karena merasa gengsi.     

Tapi pada akhirnya, Ashley tidak sanggup menjawab tidak karena kenyataannya, dia memang luar biasa panik saat menyaksikan mobil yang dinaiki Chleo meluncur cepat ke bawah. Tapi karena gengsinya, dia juga tidak bisa mengiyakan tebakan Chleo. Alhasil, Ashley hanya bisa menutup mulutnya tanpa memberi jawaban.     

"Kau menangis." tebak Chleo lagi. "Aku mendengarnya."     

"…" Ashley menggaruk lehernya dengan canggung lalu menjawab sambil melirik ke arah lain. "Aku menangis karena ada pasir masuk ke dalam mataku. Jangan salah paham."     

Bohong. Ashley telah berbohong, Chleo yakin itu.     

Bagaimana dia bisa tahu Ashley berbohong? Chleo tahu betul ciri khas gadis itu. Jika Ashley berkata bohong, dia akan menggaruk lehernya sambil melirik ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya.     

Hanya saja dia tidak bisa ingat kapan dia melihat gerak-gerik gadis itu menggaruk leher ketika berbohong. Dia bahkan tidak tahu kenapa dia bisa berpikiran gadis ini berbohong saat menggaruk leher.     

Sungguh aneh sekali.     

"Ashley, kau… sama sekali tidak ada hubungannya dengan orang-orang itu?" Entah kenapa Chleo merasa gugup menantikan jawabannya.     

"Orang-orang itu? Orang-orang mana yang kau maksudkan?"     

"Manusia kanibal berkulit hitam itu."     

Mulut Ashley menganga lebar tak percaya Chleo masih mencurigainya?     

"Terserah kau saja apa yang kau pikirkan. Aku akan mengatakannya untuk yang terakhir kalinya. Aku sangat tidak menyukaimu. Aku memang ingin mengusirmu dari kampus dan aku memang pernah berniat acara gala show di Washington gagal. Tapi semenjak malam itu, aku tidak pernah mengusikmu lagi. Jika kau masih mengira aku adalah penyebab kita terdampar disini, berpikirlah sesukamu saja. Aku sudah tidak peduli."     

Ashley bangkit berdiri lalu keluar dengan langkah lebar dan hati membara. Dia sungguh tidak mengerti kenapa dia mengkhawatirkan perempuan curigaan seperti Chleo?     

Ashley menoleh ke arah gubuk dengan tatapan sinis dan jengkel, lalu berbalik lagi dan berjalan hanya untuk menghampiri pria tampan yang berdiri dengan bersandar di bawah pohon.     

"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa tahan dengannya." ungkap Ashley dengan nada cuek pada Axel.     

Axel tidak menjawab dan hanya memandang padang luas dipenuhi dengan pasir dengan tatapan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.