My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Rujuk Kembali



Rujuk Kembali

2Axelard memegangi dadanya dengan sebelah tangannya. Sedikit demi sedikit energi dinginnya mulai terkikis dan dia mulai merasakan efeknya. Dia harus kembali ke dunia astralnya secepatnya, kalau tidak… bisa-bisa dia akan kembali koma.     

"Sebaiknya kau kembali. Aku akan menjaga mereka."     

Axel melirik ke arah kucing gemuk yang masih bermalas-malasan di bawah pohon sambil menggoyangkan bulu tebalnya. Suara binatang mistis ini tidak segarang saat wujudnya menjadi harimau bersayap, tapi suaranya malah terdengar imut seperti anak kucing.     

"Tertawa saja kalau kau mau tertawa."     

Bukannya melepas rasa keinginan tawanya, Axel malah batuk-batuk. Biar bagaimanapun dia tidak ingin menyinggung binatang mistis yang satu ini. Apalagi usianya yang sudah mencapai seribu tahun menjadikannya binatang terkuat diantara binatang mistis lainnya.     

"Aku memang harus pergi, tapi…" tapi dia tidak ingin pergi dalam keadaan bertengkar dengan Chleo.     

Setelah menimbang-nimbang, Axel memutuskan untuk bicara dengan Chleo.     

Setelah matahari terbenam, Ashley keluar untuk bermain-main bersama Bai Yu dengan mengelus-elus bulu tebalnya. Bai Yu yang malas bergerak menikmati saja elusan pada tubuhnya sambil mendengkur nikmat.     

Sementara Chleo hanya duduk-duduk sambil memandang langit biru gelap yang unik. Walaupun matahari sudah terbenam, tapi langit tetap terlihat masih terang seolah matahari hendak terbit di pagi hari.     

Axel melihat kearah tangannya yang kini mulai mengeluarkan asap dingin tanpa perintah otaknya. Waktunya semakin lama semakin terbatas. Pada akhirnya, Axel berjalan menghampiri Chleo dari belakang memutuskan untuk berbaikan dengan kekasihnya.     

Axel memeluk Chleo dari belakang dengan keraguan. Dia takut kalau Chleo akan menolaknya karena masih marah padanya, tapi ternyata gadis itu tidak bereaksi apa-apa membuatnya bernapas lega.     

Untuk beberapa saat tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Mereka hanya berdiri disana melihat ke langit dalam diam.     

Ah, kenapa malam ini tidak ada bintang? Membuat hati semakin buruk saja. Pikir Chleo.     

"Kau masih marah?"     

"Hm. Tapi aku tidak marah padamu."     

"Lalu?"     

"Aku marah pada diriku sendiri. Kenapa aku bersikap seperti anak kecil? Kenapa aku harus marah kau membela Ashley? Kenapa aku begitu tidak menyukai Ashley, tapi disaat bersamaan aku merasa senang dia yang ada disini bersamaku? Aku sudah tidak tahu lagi. Hhhh… Kurasa aku hanya merasa cemburu."     

"Cemburu? Untuk apa cemburu?"     

"Benar. Untuk apa aku cemburu? Aku juga tidak tahu."     

Axel tertawa kecil sambil mengeratkan pelukannya.     

"Chleo, aku harus pergi dari tempat ini. Kalau kau mau, aku akan membawamu saja dan meninggalkannya disini."     

Chleo terkesiap mendengar ini. Dia berputar untuk bertatapan dengan kekasihnya. "Kau… kau akan meninggalkannya?"     

"Aku tidak mau kita bertengkar. Kalau kau tidak ingin menolongnya, aku bisa membiarkannya disini. Cepat atau lapat manusia kanibal itu akan menemukannya begitu Bai Yu pergi dari sini."     

Chleo tidak bisa berkata apa-apa, lebih tepatnya dia tidak tahu harus merespon seperti apa. Apakah… pria ini rela membiarkan seseorang mati hanya karena tidak ingin bertengkar dengannya?     

Ataukah, Axelard hanya bercanda?     

Chleo menyelidiki sinar mata Axel serta ekspresi pria itu untuk memastikan apakah pria ini sedang bercanda atau tidak. Tapi, dia tidak menemukan apa-apa selain keseriusan pria itu seolah Axel pasti akan membawanya pergi pulang kembali ke Amerika dan meninggalkan Ashley disini begitu mendengar jawaban darinya.     

"Jadi bagaimana? Apakah kita berangkat sekarang?"     

"Ah? Itu… aku… Itu, Axel, sebenarnya…"     

"Kau tidak tega meninggalkannya." tebak Axel sambil tersenyum tipis.     

"Kau mengujiku?"     

"Tidak. Aku hanya ingin memastikan kalau kau adalah Chleo yang kukenal selama ini. Dan aku benar. Meski kau membencinya, kau tetap tidak tega meninggalkannya sendirian disini."     

Chleo cemberut sadar kekasihnya memang hanya mengujinya saja. Tapi apa yang dikatakan pria itu memang benar. Jika seandainya Axel bersikeras untuk tidak meninggalkan Ashley, Chleo pasti marah dan tidak akan mau berbicara pada Axel lagi.     

Tapi kini begitu Axelard langsung mengungkapkan akan meninggalkan Ashley ditempat mengerikan ini, Chleo menjadi takut sendiri. Sepertinya dirinya bukanlah gadis yang baik seperti yang dia kira.     

Sepertinya watak Chleo merupakan seseorang yang menyimpan dendam dan tidak mudah memaafkan. Oh, betapa malunya dia sekarang.     

"Ada apa?" Axel merasa heran melihat Chleo malah menghela napas lalu menundukkan wajahnya.     

"Aku merasa malu. Kau juga, pasti merasa malu karena bersama perempuan sepertiku. Aku bisa mengerti jika kau tidak lagi menyukaiku. Ah!" Chleo mengusap dahinya karena Axel menatapkan dahinya ke dahinya sendiri dengan cukup keras.     

"Dasar bodoh. Aku menunggu hampir seumur hidupku untuk bertemu denganmu. Perasaanku tidak akan mudah goyah hanya gara-gara ini. Sebaliknya, aku menjadi jatuh cinta padamu."     

"Bagaimana bisa?"     

"Tidak semua orang berani mengakui keburukannya didepan orang lain dan memiliki kemauan untuk berubah. Kau adalah gadis yang mengagumkan."     

Chleo tertawa geli saat Axel mengelus hidungnya ke hidungnya. "Jadi kau sudah tidak marah padaku?"     

Sebelah alis Axel terangkat dengan menggoda, "Kupikir kau yang marah padaku?"     

Pada akhirnya keduanya tertawa bersama-sama hingga disaat kedua mata mereka tidak bisa teralihkan, suasana disekitar mereka menjadi lebih terasa manis.     

Jantung Chleo mulai berdebar-debar tidak karuan dan bertanya-tanya, apakah Axel akan menciumnya? Sudah lama mereka tidak berciuman karena Axel telah kembali ke Inggris. Tapi, bagaimana kalau tiba-tiba pria itu pingsan seperti saat ciuman mereka memanas di dunia astral pria itu?     

Meskipun Axel berhasil meyakinkannya bahwa penyebabnya sakit kepala bukan karena ciuman mereka, tetap saja Chleo menjadi khawatir.     

Antara berharap dan tidak, Chleo hanya memandang sepasang mata biru dengan penuh tanya.     

Sebelah tangan Axel yang semula menyandar indah di pinggang Chleo kini terangkat ke atas untuk memindahkan sejumput rambut Chleo ke belakang daun telinganya.     

Axel merasa kendalinya nyaris tak terkontrol saat melihat sepasang mata coklat yang penuh harap seolah menantikan dia melakukan sesuatu terhadapnya.     

Dia bertanya-tanya, apakah Chleo masih akan bersikap seperti ini saat ingatan gadis itu kembali? Apakah gadis itu tetap akan memandangnya dengan penuh kekaguman serta cinta seperti saat ini?     

"Axel?" Axel merasakan tangan hangat yang mungil mengelus sayang ke pipinya membuat hatinya merasa hangat. "Apa yang sedang kau pikirkan? Kau tidak seperti biasanya."     

"Biasanya? Memangnya aku yang biasanya seperti apa?"     

"Biasanya...mata biru milikmu akan bersinar-sinar dan penuh dengan sukacita. Tapi sekarang, aku tidak bisa menemukan sinar sukacita itu. Apakah ada seseorang yang menyakitimu di Inggris?"     

"Tidak ada." jawab Axel lalu membawa kepala Chleo mendekat ke dadanya. Dia tidak ingin Chleo menyadari sinar kegelisahan serta ketakutan pada matanya. "Aku hanya merindukanmu."     

Chleo tersenyum mendengarnya lalu turut memeluk pinggang Axel sambil memejamkan matanya menikmati peluka kekasihnya.     

"Aku juga."     

Sementara itu Ashley yang masih duduk bersama kucing gemuk hanya memandang pasangan sejoli itu dengan senyuman.     

Ah, sepertinya mereka sudah rujuk kembali. Tapi apakah mereka harus bermesraan didepan mataku??? Keluh Ashley dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.