My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sherina



Sherina

3Seorang pemuda tampan serta perempuan jelita tengah berpelukan dengan mesra di depan meja kantro sang komisaris. Semenjak kemarin mereka berdua nyaris melakukan ciuman pertama mereka sebelum diganggu oleh program auto drive dari mobil milik sang pemuda.     

Sang raja biru yang telah memiliki perasaan pada sang gadis selama belasan tahun ini memutuskan tidak akan menahan diri lagi. Sebagai seorang pria, tentunya dia memiliki keinginan untuk bersama gadis yang dicintainya. Bergandengan tangan, berkencan serta melakukan segala hal bersama-sama serta ingin menciumnya.     

Akankah yang kali ini berhasil? Akankah mereka bisa berciuman tanpa diganggu? Sayang sekali, sang author masih belum mengizinkan mereka berciuman :face_savoring_food::face_savoring_food::face_savoring_food:     

Tepat saat kedua bibir insan itu nyaris bersentuhan...     

Klik! Pintu terbuka dan seorang gadis remaja masuk ke dalam tidak peduli tata karma.     

"Tada! Coba lihat siapa yang datang? Mulai hari ini aku…" anak remaja itu terkesiap ketika melihat seorang pria serta wanita tengah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihatnya.     

Dia langsung menutup matanya dengan kedua tangannya. "Mataku. Mataku yang polos. Kenapa hari ini aku sial sekali?"     

Axel tercengang melihat gadis remaja tersebut sementara Chleo merasa malu luar biasa. Persis seperti apa yang ditakutinya. Seseorang masuk kedalam tanpa mengetuk atau memberitahu terlebih dulu! Parahnya, orang tersebut adalah anak remaja yang bahkan belum berusia enam belas tahun!     

Dia menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Axel menolak untuk keluar dari persembunyiannya. Dia merasakan dada pria itu bergetar menandakan Axel sedang tertawa kecil.     

"Kau bilang tidak akan ada yang berani masuk kemari." gerutu Chleo masih dalam keadaan menyembunyikan wajahnya.     

"Yang satu ini tidak terhitung." Axel melingkarkan kedua tangannya untuk memeluk gadis itu lebih erat lagi seraya meletakkan dagunya di atas puncak kepala Chleo membuat gadisnya semakin berdebar-debar tidak karuan.     

Di sisi lain, Chleo merasa sedang diselimuti salju dan rasanya luarrrrr biasa enak. Jadi dia tidak keberatan dan tidak memberontak.     

"Sherina, kapan kau datang?"     

"Barusan. Aku langsung datang kemari dari bandara. Apakah aku bisa membuka mataku?"     

"Tidak. Sebaiknya kau memutar tubuhmu lalu berjalan keluar."     

"Dimana Dexter? Apa yang master lakukan disini? Bukankah master bilang ingin berlibur? Kenapa master yang ada disini? Lagipula bukankah seharusnya Dexter yang ada disini? Dimana dia sekarang? Kenapa tidak ada orang diluar? Seharusnya ada yang mencegahku sebelum aku masuk kemari." keluh Sherina tanpa titik koma seolah dia tidak pernah kehabisan nafas.     

Kini Axelard mengerti mengapa Sherina bisa menyelonong masuk kemari. Rupanya Dexter serta sekretarisnya telah pergi meninggalkan lantai ini.     

"Bukankah kau membawa ponselmu? Kenapa kau tidak menghubunginya?" dengan sabar Axel meladeni anak remaja tersebut.     

"Ah benar juga. Baiklah, silahkan lanjutkan kembali."     

Axel hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah anak remaja tersebut. Kemudian dia hendak berbicara pada Chleo namun didahului oleh Sherina.     

"Master, apakah aku boleh bertemu dengannya?"     

Tidak perlu bertanya siapa yang dimaksud anak remaja yang masih menutup matanya dengan kedua tangannya. Sudah pasti Sherina ingin berkenalan dengan Chleo.     

"Nanti aku akan mengenalkannya padamu. Sekarang berbaliklah, lalu keluar dan jangan lupa tutup pintunya kembali. Hm?"     

Terdengar suara tawa jenaka dari anak remaja tersebut lalu berbalik sambil membuka matanya sedikit untuk melihat jalan keluarnya.     

Sherina telah berada di luar kantor dan yang harus dia lakukan hanyalah menutup kembali pintunya. Sebelum dia menutupnya dia memunculkan kepalanya melewati pintu yang sudah hampir tertutup tersebut.     

"Master,"     

"Apa lagi?"     

"Dia cantik sekali."     

Blam! Barulah pintu ruangan komisaris tersebut tertutup dengan sempurna.     

Axel sama sekali tidak menduga anak angkat dari Rothbert ini akan memberi pujian pada gadisnya. Ah, sepertinya setelah ini dia harus memberikan hadiah pada anak itu.     

Sekarang dia mulai bertanya-tanya, apakah dia sudah terlalu memanjakan anak itu? Semakin hari anak itu semakin tidak takut padanya seolah merasa yakin Axel tidak akan melukainya.     

Yah, Axel memang tidak mungkin melukai anak itu, apalagi dia ingat betul dia pernah mengadopsi Sherina menjadi putrinya ketika dia menggunakan nama keluarga McKenzie di kehidupan lalu.     

Di kehidupan sekarang, dia membiarkan Rothbert yang mengadopsi Sherina sehingga kini anak itu menyandang nama Hammilton di belakang namanya. Meskipun begitu, dia masih menyayangi anak itu dan memenuhi segala kebutuhannya.     

Axel merasakan tubuh mungil yang dipeluknya mulai menggeliat dan mengintip ke arah pintu.     

"Siapa tadi itu?"     

"Dia adik perempuan Dexter."     

"Oh, kenapa dia memanggilmu master?"     

"Karena seluruh keluarganya juga memanggilku master."     

Seluruh keluarganya? Chleo semakin bingung. "Dexter juga?"     

"Hm. Dia juga. Tapi aku menyuruhnya untuk memanggil namaku selama kita disini. Saat Sherina bilang aku sedang berlibur kemari, dia tidak bohong. Aku tidak punya rencana untuk mengurusi perusahaan ini dan menyerahkan semuanya pada Dexter."     

"Lalu kenapa sekarang kau memutuskan kembali bekerja?"     

Axel tersenyum lalu menyapukan hidungnya ke hidung gadis itu dengan lembut membuat wajah Chleo kembali merona.     

"Tentu saja untuk menyenangkan hatimu. Jadi kurasa kau menyukai hadiahku? Harap dicatat, hadiahku yang sebenarnya bukan gerbang bunga dibawah."     

"Bukan bunga? Lalu untuk apa bunga itu?"     

"Bunga itu adalah ungkapan perasaanku yang ingin memberikan sesuatu yang cantik dan terbaik di seluruh dunia ini pada orang yang telah mencuri hatiku."     

Chleo berdehem beberapa kali guna menyembunyikan rasa malunya.     

"Apakah kau melatih rayuanmu? Semakin hari kau semakin pandai berkata-kata."     

Axel tertawa kecil mendengar rajukan manja dari gadisnya. "Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan."     

"Ah, aku tidak tahu lagi." sekali lagi Chleo menyelundupkan kepalanya dalam dekapan pria itu yang mana membuat Axel dengan senang hati menerimanya.     

Dalam diam Chleo mencoba menebak hadiah apa yang dimaksud pria itu, lalu teringatlah dia akan karya-karyanya yang akan dijadikan salah satu produk utama yang akan dijual di gala show.     

Apakah mungkin…     

"Axe, kau yang memasukkan gambarku untuk acara gala show bulan depan?"     

"Hm. Kau bilang kau ingin merealisasikan karyamu dan disukai seluruh dunia. Aku melakukannya untukmu."     

Chleo mendekap mulutnya seraya tidak percaya mendengarnya. Meskipun pada akhirnya dia membutuhkan bantuan koneksi yang sangat kuat, tapi entah kenapa Chleo tidak menjadi kecewa. Lagipula dia tahu yang dilakukan pria itu hanyalah membuka jalan untuknya. Masalah apakah karyanya akan berhasil diakui didunia itu adalah hasil usahanya sendiri.     

Kenyataannya adalah, dia berhasil! Hanya menampilkan beberapa sketsa gambar yang sudah jadi, ribuan komentar yang tertarik serta mencari informasi mengenai karyanya muncul bagaikan sungai.     

Chleo tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa senang dan bangga karena memiliki kekasih luar biasa seperti Axelard. Dia kembali memeluk pria itu dan sekali lagi keduanya saling berpelukan sambil memandang pemandangan sore kota Seattle.     

Setelah dirasanya mereka sudah terlalu lama saling berpelukan seperti itu, Chleo melepaskan diri dengan enggan. Ah, dia masih ingin merasakan tubuh dingin yang enak pria itu, tapi dia harus kembali ke bawah untuk tidak mengundang curiga.     

"Kurasa, sebaiknya aku kembali."     

"Kau yakin? Kau tidak ingin bersamaku lebih lama lagi."     

"Kenapa kau bermuka kecewa seperti itu?"     

"Aku memang kecewa."     

Chleo menyipitkan matanya dengan curiga. "Apakah kau sengaja menahanku pergi untuk memelukku seperti ini." Dia baru sadar ternyata kekasihnya ini masih belum melepaskan lingkaran tangannya yang memerangkap tubuhnya dengan sempurna.     

"Ah, aku ketahuan." Chleo kehabisan kata-kata mendengarnya. "Sepuluh menit lagi. Setelah itu aku akan membiarkanmu pergi." Lanjutnya kembali mengeratkan pelukannya dan menyenderkan pipinya di puncak kepala gadis itu sembari menghirup aroma wangi rambut gadisnya.     

Sepuluh menit kemudian…     

"Sepertinya sudah sepuluh menit." ujar Chleo.     

"Tidak. Masih satu menit kok."     

Baiklah, Chleo menyerah. Dia tidak akan pernah bisa menang melawan kekasih hatinya. Lagipula dia juga merasa senang dipeluk seperti ini seolah dia sedang berada dalam suatu tempat indah yang mampu menenangkan jiwanya.     

Dan tidak ada tempat dimanapun yang sanggup menggantikan perasaannya yang kini didekap penuh kasih oleh pria ini. Baginya, dunia ini menjadi sempurna didalam dekapan pria itu.     

Hal yang sama dirasakan oleh Axel ketika merengkuh Chleo dalam dekapannya. Dia merasa penantiannya selama hampir satu abad ini sangatlah berarti begitu bertemu dengan Chleo. Gadis ini adalah cinta sejatinya. Gadis ini adalah pusat kehidupannya. Dia akan melakukan apapun untuk membahagiakan gadis ini dan hidup menua bersama dengan gadis ini.     

'Ayah, ibu… akhirnya aku menemukan cinta sejatiku.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.