Pengadilan Ala Kinsey
Pengadilan Ala Kinsey
"Baiklah. Karena mereka semua ada disini, mari kita segera selesaikan salah paham ini." Tuan besar Joseph memulai pembicaraan begitu Kinsey duduk di sofa tunggal sementara lima anak yang dibawa Kinsey berdiri berjejeran sambil menundukkan kepala.
Rebecca serta Ewald sama sekali tidak mengerti, bagaimana bisa jumlah anak yang mengerjai putri mereka yang dikiranya hanya dua anak saja, kini menjadi lima anak?
Sementara Hadley mulai merasa gelisah. Dia sama sekali tidak menyangka sepasang anak kembar perempuan yang tadi dijadikannya pelampiasannya juga muncul disini. Apakah mungkin mereka juga turut mengerjainya untuk membalasnya tadi sore?
Meskipun agak gelisah, Hadley tetap memasang wajah arogan tidak peduli kehadiran anak kembar yang cantik itu. Selama mereka bukan anak-anak Kinsey Alvianc, maka tidak akan ada masalah.
"Aku sudah membawa mereka kemari. Apa yang ingin kau lakukan terhadap mereka?" entah kenapa nada Kinsey saat ini terdengar seperti menantang.
"Aku ingin tahu siapa yang mengikat kakiku?"
"Siapa yang sudah mengikat kakinya, maju kedepan." ucap Kinsey dengan nada perintah dan penuh wibawa seolah dia tidak sedang berbicara dengan anaknya.
Dengan ragu-ragu, Kendrich maju satu langkah dengan kepala masih tertunduk seperti anak yang sangat menyesali perbuatannya.
Tuan Joseph serta Vincent agak terkejut melihat Kendrich yang maju ke depan. Tadinya mereka berpikir karena Richard yang telah menabrak pelayan pengantar dessert dengan sengaja, maka Raymondlah yang mengikat kaki Hadley dengan tali.
Rupanya dugaan mereka salah. Ternyata pelaku utama tali tersebut adalah Kendrich Alvianc??
Tuan Joseph menjadi gelisah. Dia ingin sekali memperingati Ewald serta Hadley agar melepaskan Kendrich kalau masih ingin menjalin hubungan baik dengan Kinsey. Tapi disaat bersamaan dia merasa Kinsey sengaja menyembunyikan kenyataan dua anaknya ada di ruangan ini.
Berbeda dengan Joseph yang gelisah dan khawatir akan keponakannya, Vincent duduk dengan sikap acuh.
Ini akan menjadi drama yang menarik. Sayang sekali Stanley tidak ada disini. Pria itu pasti akan mengabadikan momen ini untuk menambah malu Hadley yang sudah melukai putrinya.
Sayangnya ruangan inipun tidak ada cctv, karena kalau ada sudah dipastikan Stanley akan meretas cctv ruangan ini dan akan menampilkannya di aula kedua untuk dilihat oleh semua orang.
"Apakah kau yang mengikatnya ke kaki meja?" tanya Kinsey sekali lagi dengan nada yang sama. Bedanya kali ini Kinsey menekan suaranya seolah sedang menginterogasi seorang kriminal membuat Hadley menjadi semakin bersemangat.
"Benar. Aku yang melakukannya." jawab Kendrich dengan sangat pelan.
"Apa? Aku tidak dengar. Tadi kau bilang apa?"
Rahang Kinsey mengeras begitu mendengar pertanyaan Hadley yang seakan menghina putranya.
Kendrich mengambil napas panjang lalu mendongak untuk menatap lurus ke arah mata Hadley dan mengucapkan kalimatnya dengan suara lantang.
"Benar. Aku yang mengikat kakimu dengan tali. Memangnya kenapa? Kau bodoh sekali karena tidak sadar ada tali yang menyentuh kulit kakimu."
"Apa kau bilang?! Kau berani mengataiku? Siapa orang tuamu ha? Ayahmu pasti tidak berpendidikan karena membiarkanmu kurang ajar seperti ini. Kau pasti tidak memiliki ibu ya?" ledek Hadley tanpa tahu ayah kandung anak yang dihinanya ada disana mendengar semua ledekannya yang terarah pada Kendrich.
Sementara Tuan Joseph menutup mukanya dengan pasrah. Habis sudah nasib putri keponakannya. Ewald sendiri tidak menghentikan putrinya, malahan dia terlihat bangga melihat ketegasan putrinya. Istrinyapun mendukung putrinya dan turut menghina orang tua dari anak yang telah berani mengikatkan kaki putrinya ke kaki meja.
Sementara Graham serta Megan hanya menjadi penonton saja. Mereka tidak membela siapa-siapa dan tidak ingin ikut campur.
Kendrich yang dihina-hina seperti itu oleh Hadley serta Rebecca merasa sakit dan matanya mulai berkaca-kaca. Hatinya tidak sekuat adiknya. Hatinya cukup lemah dan sensitive karena itulah dia tidak kuasa menahan rasa sakit karena dihina tersebut.
"Aku masih punya ibu." protes Kendrich saat mereka mengatakan dia tidak memiliki ibu.
"Hmph! Ibumu pasti dari desa. Tidak tahu tata krama. Ibumu adalah wanita yang bodoh karena telah melahirkanmu…"
Dan kata-kata menyakitkan lainnya. Kendrich sangat ingin membalas dan membantah. Tubuhnya bahkan merasa gatal ingin menendang wanita jelek itu tapi berusaha menahan diri. Dia teringat akan pesan ayahnya.
'Kenken, nanti tidak peduli apa yang akan terjadi atau diucapkan oleh perempuan itu, jangan bertindak ataupun membalas ucapannya. Jangan memberinya alasan lebih lagi untuk menyudutkanmu. Tapi, biarkan dia memberikan alasan bagi kita untuk memberinya hukuman.'
Mengingat pesan dari sang ayah, Kendrich kembali menundukkan kepalanya berusaha menahan diri untuk tidak membalas hinaan perempuan itu.
Sementara itu Kinsey yang tadi masih bisa tenang menjadi marah besar begitu mendengar Hadley menghina istrinya. Hanya saja, ekspresinya tetap datar dan tenang seolah tidak merasa terhina.
Vincent sangat mengenali betul ekspresi tenang saudara iparnya. Semakin tenang ekspresi pria itu, semakin besar pula amarahnya.
Kinsey menatap layar ponselnya menanti sesuatu. Dia menunggu kabar dari sekretarisnya sebelum bertindak dan membiarkan wanita itu meluapkan amarahnya dan menghina anaknya. Selama wanita itu tidak main tangan, Kinsey masih bertahan tidak bergerak. Lagipula hal ini bisa dijadikan cobaan untuk melatih mental putranya yang menurutnya terlalu lembek untuk ukuran seorang lelaki.
[author: anakmu masih usia 11 tahun, ah]
Dia ingin mental putranya kuat dan tidak mudah menyerah. Itu sebabnya dia 'tega' membiarkan perempuan itu menghina putranya.
Tring!
Kinsey langsung memeriksa ponselnya dan tersenyum puas begitu membaca kabar yang sudah dinantinya. Dia menyimpan kembali ponselnya lalu mulai menjalankan rencananya.
"Tuan Regnz, anda keberatan jika saya mengambil alih masalah ini? Lagipula aku tidak bisa tinggal diam jika anak-anak ini terlibat." Maksud yang sebenarnya adalah Kinsey tidak mau tinggal diam jika anak serta keponakannya terlibat.
"Tentu saja. Kalau begitu aku akan membiarkan kalian menyelesaikan masalah kalian masing-masing. Aku sudah terlalu tua untuk menangani masalah sepele ini." Tuan Joseph bangkit berdiri lalu beranjak keluar untuk bergabung dengan istri serta putrinya.
Untuk hari ini dia sedang tidak berminat bersama Ewald yang membuatnya stress. Lebih baik bersama keluarga menantunya yang membuatnya tertawa dan bersukacita.
Ewald merasa kalah wibawa jika tidak ada Joseph dan berusaha menahan kepergian pria tua itu. Tapi karena Joseph masih tetap ingin pergi maka Ewald tidak bisa memaksanya karena takut akan membuat Tuan besar Regnz akan marah padanya dan tidak mau mendukungnya lagi.
Tahu bahwa dia tidak akan bisa melawan Vincent bersamaan dengan Kinsey, Ewald berusaha membujuk istri serta putrinya untuk segera memaafkan kenakalan anak-anak tersebut. Sayangnya kedua wanita itu tidak mau memaafkan anak itu dengan mudah dan bersikeras ingin memberi pelajaran pada anak itu.
Yah, walaupun seandainya kedua wanita itu menuruti perintah Ewald, Kinsey juga tidak akan melepaskan Hadley begitu mudah.
"Baiklah. Sekarang apa yang kalian inginkan? Memaafkan anak-anak ini dan melupakan kejadian tadi atau kalian masih bersikeras ingin menghukumnya?"
"Tentu saja menghukumnya!" suara tegas dan penuh keyakinan mewarnai suara Hadley. Hatinya bahkan bersorak kegirangan tidak sabar ingin memberi pelajaran pada anak-anak itu sepuasnya.
"Aku penasaran apa yang akan kau lakukan untuk menghukumnya?" Kinsey masih saja mengatakan kalimatnya seakan sedang menantang Hadley. Sayangnya gadis itu terlalu bersemangat ingin memberi hukuman sehingga tidak menyadari nada tantangan dari Kinsey.
"Aku akan menghajarnya. Dia mengikat kakiku membuatku terjatuh, aku akan membuat dia merasakan hal yang sama."
"Heh. Apa kau memiliki keberanian untuk melakukannya?"
"Mengapa aku tidak memiliki keberanian untuk melakukannya?" sarkas Hadley sudah tidak sabar lagi ingin menghajar anak itu.
Kinsey tersenyum miring lalu menyilangkan sebelah kakinya diatas pangkuan kaki satunya. Sementara kedua tangan melipat dengan elegan diatas pangkuannya lalu berbicara dengan ekspresi dingin yang menyeramkan.
"Kalau begitu aku ingin lihat, apakah kau berani mrngikat kaki putraku dihadapanku."
Semua orang dewasa yang ada disana kecuali Vincent membelalak lebar mendengar pernyataan itu.
Anak yang mengaku telah mengikat kaki Hadley adalah anak dari Kinsey Alvianc?