Identitas Axel
Identitas Axel
Chleo memandangi sketsanya yang berjumlah tujuh lembar dengan puas. Setelah mengembalikan pensil-pensil ke tempatnya, Chleo menoleh ke samping dan langsung bertatapan dengan sepasang mata biru cemerlang. Apakah pria itu sedari tadi memandanginya? Wajahnya terasa panas memikirkan kemungkinan ini.
Kemudian otak Chleo kembali bekerja dan memikirkan semua hal yang terjadi disekitarnya. Walau Axel tidak pernah memberitahunya mengenai kepemilikan mansion, kini dia sadar Axelard pasti bukanlah orang biasa karena bisa tinggal di mansion mewah tersebut. Terlebih lagi pria ini memiliki seorang butler yang tampaknya sangat mengenal kebiasaan serta kebutuhan Axel seolah butler tersebut telah mengenal kekasihnya dalam jangka waktu yang lama.
Chleo memandangi penampilan Axel yang kini berpakaian rapi layaknya seorang komisaris umumnya dengan kemeja hitam lengan panjang serta celana kain bewarna senada. Caranya duduk didepan mejanya membuat Chleo seperti sedang melihat film romansa yang bertema CEO sementara dirinya merupakan gadis biasa yang beruntung telah bertemu dengan sang CEO tampan.
Tentu saja karena ini bukan dunia film, dia bukanlah gadis biasa seperti tokoh utama di film yang dilihatnya. Dia bukan gadis miskin seperti kebanyakan tokoh utama perempuan di novel yang dibacanya.
Tapi dia sama sekali tidak mengira kalau latar belakang identitas seorang Axelard tidak sesederhana yang dibayangkannya. Selama ini dia mengira Axelard hanyalah seorang fotografer biasa tanpa nama. Pria itupun memberikan kesan seolah identitasnya tidaklah begitu penting.
Selama ini sama seperti dirinya, pria itu menyembunyikan identitasnya. Lalu mengapa Axel memutuskan untuk membongkar rahasianya?
Tiba-tiba dia teringat akan bunga yang ada dibawah. Dia juga ingat kabar yang pernah didengarnya mengenai komisaris mereka. Tuan X yang berkewarganegaraan Inggris ini adalah pemilik perusahaan perkapalan terbesar di dunia hingga menyaingi perusahaan ekspedisi pengiriman milik paman Kinsey.
Jika Axelard memang adalah Tuan X misterius ini, maka tidak heran pengirim bunga tersebut adalah pemuda ini.
Ternyata kecurigaannya akan dua tangkai yang membentuk huruf X memang benar! X itu adalah nama panggilan dari Axe! Seharusnya dia sudah menyadarinya saat para pelayan di mansion memanggil Axelard dengan sebutan master X.
"Axel, apakah kau yang mengirim bunga di bawah?"
"Benar. Kau suka?"
"Hahahaha..." Chleo tertawa dengan gugup. "Aku menyukainya, tapi apa tidak berlebihan? Maksudku, semua orang akan memandangku dengan sinis."
"Abaikan saja mereka. Kenapa harus memikirkan mereka?"
Dia memang bisa mengabaikannya, tapi dia tidak akan bisa menghindar jika seandainya seseorang berniat menindasnya dengan menuduhnya seperti apa yang dilakukan Mrs. Montgomeri bulan lalu.
"Lagipula, sepertinya semua orang sudah mengetahui hubungan kita."
"Ah?"
"Coba lihat ini."
Chleo bangkit berdiri dan berjalan menghampiri meja sebelah dimana Axel duduk disana.
Axelard menunjukkan sebuah chat grup dimana anggotanya terdiri seluruh pegawai yang bekerja didalam gedung ini. Chleo menscrol dari atas hingga ke bawah membacanya sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
Tanpa sadar Chleo duduk di kursi yang diduduki Axel tadi karena Axel sengaja berdiri agar Chleo bisa membaca layar komputernya dengan lebih leluasa.
"Ini… bagaimana ini bisa terjadi? Mereka tidak mungkin tahu kau yang mengirimkan bunga untukku kan?"
"Benar. Seharusnya tidak ada yang tahu. Ah, salah satu rekanmu mengetahuinya tadi pagi. Kalau tidak salah, namanya adalah Jaydn. Dia mendengar percakapanku dengan Dexter saat membahas lokasi pesawat yang membawa bunga pesananku."
Jaydn? Jadi Jaydn sudah mengetahuinya? Tapi pria itu sengaja menakut-nakutinya??
Kenapa orang-orang yang dikiranya berada dipihaknya suka sekali mengerjainya sih?
Chleo sama sekali tidak tahu, ekspresi kebingungannya sangat mudah memikat orang membuat orang tidak tahan untuk tidak menggodanya.
"Jadi selama ini kau bukanlah fotografer biasa?"
"Profesi sebagai fotografer hanyalah pekerjaan sampinganku disaat aku bosan. Anggap saja sebagai hobi kesukaan sama seperti saat kau suka menari tiap kali mendengar musik yang menarik."
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Kenapa sekarang kau memutuskan untuk memberitahuku?"
Axel berjalan memutari mejanya lalu duduk di kursi berhadapan dengan Chleo agar gadis itu tidak perlu mendongakkan kepalanya.
"Karena aku tidak ingin kau salah paham akan identitasku."
"Salah paham?"
"Aku menduga kau merasa enggan mengenalkanku pada kedua orangtuamu karena adalah profesiku yang biasa. Kau takut hubungan kita tidak akan direstui sehingga kau selalu gelisah tiap kali aku berkata ingin bertemu dengan keluargamu."
"Darimana kau tahu? Tidak. Apa kau tahu siapa orangtuaku?"
"Hm. Orangtuamu adalah Vincentius Regnz dan Catherine Alvianc. Apa aku salah?"
Chleo ternganga lebar sama sekali tidak tahu harus bersikap bagaimana. "Da… darimana kau tahu?"
"Kau lupa tunangan adikmu memperkenalkan tunangannya sebagai Diego Regnz?"
Ah, seperti yang diduganya. Axel mengetahui identitasnya yang sebenarnya gara-gara kalimat ceroboh Yuna.
"Jadi kau sudah mengetahui semenjak hari itu?"
"Hm." sebenarnya dia sudah mengetahuinya jauh sebelum mereka bertemu di bandara tiga bulan yang lalu. Tapi Axelard masih memilih merahasiakan ini dulu.
"Kenapa kau tidak bilang apa-apa?"
"Karena sepertinya kau tidak ingin siapapun mengetahui identitasmu. Jadi aku memutuskan diam dan menunggumu mengatakannya sendiri padaku. Disaat bersamaan aku berpikir juga akan mengungkapkan identitasku ketika kau mengakuinya. Kupikir aku bisa bersabar, tapi sepertinya sudah tidak bisa lagi."
"Bersabar dalam hal apa?"
"Aku ingin segera hubungan kita diakui dan direstui oleh keluargamu. Dengan begitu aku bisa mengklaim dirimu dan menunjukkan para pemuda di luar sana bahwa kau adalah milikku."
Chleo menundukkan wajahnya merasa terlalu malu menatap langsung sepasang mata biru itu. Dia tahu kalau Axelard merupakan tipe kekasih yang terang-terangan menunjukkan cintanya tidak peduli tempatnya, tapi dia sama sekali tidak menyangka ternyata kekasihnya juga sangat posesif terhadap dirinya.
Apakah mungkin pria itu sedang cemburu padanya? Apakah pria itu mengetahui dari asisten pribadinya bahwa dia sangat dekat dengan senior-senior rekan kerjanya?
Chleo mengerling ke sekitar dan baru sadar tangannya memegang mouse computer dengan santai. Dia langsung melepaskan mouse tersebut dan berpindah berpegang pada kursi yang didudukinya. Dia sadar sepenuhnya dia telah duduk di kursi milik sang komisaris sementara pria itu malah duduk di kursi berhadapan dengannya seolah Chleo-lah sang pemilik perusahaan sementara pria itu hanyalah tamu biasa.
Ah, tidak heran kenapa pria itu bangkit berdiri dan pindah duduk.
Chleo langsung bangkit berdiri dengan gerakan canggung lalu menghampiri Axel.
"Uhm… maaf, aku menempati kursimu. Silahkan kembali bekerja."
"Untuk apa minta maaf? Apa yang menjadi milikku juga adalah milikmu, kau tidak perlu sungkan memakainya."
Ahhhh! Kenapa pria ini mengucapkan kalimat yang membuat orang lain salah paham? Kalau ada yang mendengar kalimatnya pastilah orang tersebut mengira mereka adalah sepasang suami istri.
Atau jangan-jangan, Axel memang sudah menganggapnya sebagai istrinya??
"Ada apa? Wajahmu merah."
Nafas Chleo tercekat ketika melihat wajah Axel begitu dekat dengan wajahnya. Sejak kapan pria ini berdiri?