My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sweater Pasangan



Sweater Pasangan

2Chleo duduk di sebelah Axel yang telah selesai menata menu sarapan mereka dengan elegan. Kemudian mereka menikmati sarapan mereka sambil membicarakan berbagai hal.     

"Kapan kau membawaku pulang?"     

"Entahlah. Aku tidak melihat jam."     

"Hm… masakanmu memang yang terbaik."     

Axel tertawa kecil begitu cepatnya gadis itu mengubah topik pembicaraan.     

"Kau tidak bertanya padaku bagaimana aku masuk kemari?"     

Chleo mengedipkan matanya dengan imut. Sejujurnya dia tidak berpikir sampai seperti itu, tapi setelah disinggung, dia jadi bertanya-tanya bagaimana cara pria itu masuk kemari. Apakah pria itu menggeledah tasnya? Rasanya tidak mungkin.     

Bukannya dia keberatan Axel akan membuka tasnya, justru sebaliknya, dia sama sekali tidak keberatan. Hanya saja dia ragu pria itu akan menemukan kunci rumahnya di dalam tasnya. Dia saja merasa tidak yakin apakah akan menemukan kuncinya jika dia yang mencari sendiri.     

Dia sudah terbiasa sering kehilangan kunci karena kecerobohannya, jadi sepertinya pria itu tidak mungkin membuka pintu rumahnya dengan kunci yang berasal dari tas.     

"Bagaimana kau bisa masuk kemari?" tepat saat dia bertanya dia teringat kejadian dimana dia sempat kehilangan kunci dan mengambil kunci cadangan di bawah pot tanaman teras rumahnya. Saat itu Axel serta Dexter ada disana bersamanya. Ada kemungkinan pria itu mengambil kunci cadangan tersebut.     

"Kalau aku bilang aku memiliki kemampuan berteleport kemanapun aku mau, apakah kau percaya?"     

Sekali lagi Chleo mengedipkan matanya dengan bingung, kemudian dia tertawa. "Hahahaha… gurauanmu lucu sekali. Apakah kau seorang jumper?"     

"Jumper?"     

"Akhir-akhir ini ada film remake dari 2000an berjudul Jumper. Tokoh utamanya bisa teleport kemanapun dia mau. Ceritanya sangat seru dan menegangkan. Apakah kau juga menontonnya?"     

Axel hanya memberi senyuman tipis tanpa menjawab pertanyaannya. Dia kembali melanjutkan sarapannya dengan santai. Sepertinya sekarang bukanlah saat yang tepat untuk memberitahu gadis itu. Lagipula masih ada satu lagi yang harus dilakukan untuk mempermudah hubungan mereka.     

"Kau akan mulai bekerja hari ini?"     

"Hm. Xavier sudah menghubungiku untuk datang pukul sembilan nanti. Katanya ada sesuatu penting yang harus aku ketahui."     

"Ah, bagus kalau begitu. Aku akan mengirimkan hadiahnya ke kantormu."     

"Hadiah? Hadiah apa?"     

"Hadiah tahun baru. Kau lupa kalau aku sudah menyiapkan hadiah tahun baru untukmu?"     

"Astaga! Aku hampir lupa! Aku juga punya hadiah untukmu." dengan gerakan cepat, Chleo membersihkan mulut serta tangannya lalu bangkit berdiri menuju ke kamarnya tanpa memberikan kesempatan bagi Axel untuk merespond.     

Tidak lama kemudian, Chleo muncul dengan wajah bingung. "Axel, dimana koper-koperku?"     

"Ada di ruang depan."     

Chleo segera berlari menuju ruang depan dan membongkar salah satu isi kopernya yang bewarna merah jambu. Setelah menemukan apa yang dicari, dia kembali ke ruang makan dibalik dinding yang memisahkan antara ruang depan dengan ruang makan. Dengan wajah sumringah dia menyerahkan satu kotak tipis nan lebar pada Axel.     

"Oleh-oleh untukmu. Aku memang tidak menyiapkan hadiah natal untukmu, tapi aku tidak melupakanmu."     

"Maksudmu kau sempat melupakanku saat liburan disana?" goda Axel dengan nada mendayu.     

"Apa kau masih belum puas mengerjaiku? Berhubung kita sedang membahasnya, sebenarnya apa penyebabmu jatuh pingsan kemarin? Apa benar karena aku menciummu? Kalau begitu, kau akan jatuh pingsan tiap kali aku menciummu?"     

"Tidak. Kemarin aku pingsan karena kau tidak mencium bibirku. Tapi sekarang aku tidak akan pingsan meski kau hanya mencium pipiku. Kalau tidak percaya, coba saja lakukan lagi." Axel mengetuk jari telunjuknya ke arah pipinya yang dia sodorkan ke arah Chleo.     

Untuk beberapa saat Chleo percaya akan penjelasan pria itu dan nyaris saja melakukan apa yang diinginkan kekasihnya itu. Untungnya dia langsung sadar. Pria ini sedang mengerjainya agar mendapatkan kecupan lagi darinya!!     

Chleo memukul pundak pria itu dengan gemas lalu duduk di kursinya kembali melanjutkan acara sarapannya. Dia semakin cemberut ketika Axel tidak berhenti tertawa… lebih tepatnya menertawakannya.     

"Chleo, Chleo, kenapa kau begitu menggemaskan sih?" cubit Axel ke pipi empuk nan halus Chleo dengan gemas.     

Chleo menempis tangan pria itu dengan jengkel. "Minggir, aku mau makan."     

Axel tidak menggunakan tangannya untuk menggoda gadis itu. Tapi dia melakukan sesuatu tak terduga. Lagipula ada banyak cara untuk menggoda seorang Chleo kan?     

Chleo yang masih mengunyah rotinya beberapa saat menurunkan pertahanannya mengira Axel sudah berhenti mengganggunya. Namun ketika dia hendak menggigit rotinya, tiba-tiba Axel memajukan kepalanya dan…     

Cup!     

Axel memberikan kecupan cepat dan tegas pada pipinya membuat Chleo mematung seketika. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang karena sama sekali tidak mengira kekasihnya akan melakukan serangan dadakan seperti ini.     

"A… apa yang kau lakukan?" tanpa sadar Chleo menyentuh pipinya yang baru saja dicium oleh pria itu.     

"Bukankah kau merasa tidak adil karena kau yang menciumku? Jadi aku melakukannya agar kau bisa tenang."     

"Tapi aku sama sekali tidak merasa tidak adil." sambil berusaha menenangkan debaran jantungnya, Chleo juga berusaha mengendalikan pernapasannya yang entah kenapa kini tersengal-sengal.     

"Benarkah? Kalau begitu, apakah kau ingin membalasnya? Kau bisa membalasnya jika kau mau."     

Chleo kehabisan kata-kata ketika melihat pria tampan itu menyodorkan pipinya sekali lagi.     

"Apa kau sedang memancingku untuk menciummu?"     

"Oh, apakah aku kelihatan seperti itu?"     

Rasanya Chleo ingin menangis sekeras-kerasnya ketika melihat ekspresi tanpa dosa pemuda itu. Apakah ini adalah Axelard yang menawan dan dipenuhi dengan aura elegan bak bangsawan yang selama ini dilihatnya? Kenapa Axelard yang ini berubah drastis? Apakah dia terlalu lama berpisah dengan pemuda itu?     

Luar biasa anehnya, mengapa hatinya malah semakin terpikat oleh sinar mata jahil penuh kemenangan bewarna biru cemerlang itu?     

Ahhhh! Chleora Regnz, kau benar-benar sudah tidak bisa kabur dari pesona seorang Axelard. Rutuk Chleo pada dirinya sendiri.     

"Apa kau tidak mau membuka hadiah dariku?" dengan susah payah Chleo mengalihkan perhatian pemuda itu.     

Axel tersenyum geli menyadari tujuan gadis itu menyinggung hadiah untuknya. Dia memutuskan berhenti menggodanya dan membuka kertas kado yang membungkus bingkisan tersebut.     

Setelah membukanya, dia mengambil isinya lalu tersenyum hangat. Hadiah gadis tersebut adalah sebuah sweater berbahan lembut nan tebal yang sangat cocok dipakai di musim dingin dengan suhu sedingin ini.     

Sweater itu bewarna biru dogger sesuai seleranya. Ada garis horizontal bewarna putih melingkar di bagian dada hingga kebelakang. Dua garis tipis bewarna merah menghiasi garis putih tersebut di sisi atas serta bawah.     

Meskipun sebenarnya dia tidak memerlukannya namun dia merasa tersentuh karena gadis itu teringat bahwa dia tidak kuat dingin. Ehem…ehem… Chleo masih belum tahu kalau dia sangat kuat dingin dan mengira dia tidak tahan akan suhu dingin di Seattle ini.     

"Apa kau menyukainya? Kau bisa memakainya kapanpun kau mau kalau kau kedinginan."     

"Aku sangat menyukainya. Terima kasih."     

"Dan juga… aku punya pasangannya." sambung Chleo dengan sangat pelan.     

Axel mengerjap tidak mengerti untuk beberapa saat. Lalu Chleo mengeluarkan sweater yang sama namun berukuran lebih kecil dan ditempelkan ke badan gadis itu. Sweater tersebut juga bewarna sama persis dengan motif garis merah putih yang sama.     

Ah, sweater pasangan. Sepertinya gadis zaman sekarangpun suka memakai hal-hal berbau pasangan. Dengan senang hati Axel menerimanya dan pasti akan memakai sweater tersebut begitu gadis itu memintanya. Dia tidak akan peduli jika nantinya dia akan merasa gerah. Dia akan memikirkan solusinya belakangan.     

Axel bergerak mendekat lalu menyusupkan tangannya ke belakang kepala Chleo dengan lembut. Kemudian dia mendaratkan bibirnya ke kening gadis itu untuk memberikan kecupan tegas dan cukup lama.     

"Terima kasih."     

"Kau tidak sedang menggodaku, kan?" lirik Chleo dengan malu-malu membuat Axel terkekeh geli.     

"Tentu saja tidak. Aku sangat merindukanmu." Axel menarik gadis itu mendekat dan memeluknya dengan erat seolah sudah lama dia tidak bertemu dengan gadis itu.     

Sudah lama dia ingin melakukannya. Sudah belasan tahun dia menunggu saat-saat seperti ini dimana dia bisa mencurahkan seluruh cintanya pada gadis itu. Axel merasa sangat bersyukur dia bisa mengingat kembali ingatannya saat bertemu dengan Chleo kecil. Dia berharap dia bisa segera mengingat kembali sisa ingatannya akan kehidupan sebelumnya.     

Sayangnya, Axel tidak tahu. Akan ada begitu banyak keraguan serta pertimbangan saat Axel mendapatkan sisa ingatannya. Dia tidak tahu rasa bersalahnya akan Chleo begitu besar hingga sanggup meragukan perasaan Chleo yang sesungguhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.