Rencana Penghukuman Kinsey
Rencana Penghukuman Kinsey
"Chleo, ada apa? Kau tampak sedih sekali." Evie sadar sepupunya ini menjadi murung semenjak mengetahui kedua adik termuda mereka terluka.
"Aku tidak apa-apa. Aaaa… mama!" rajuk Chleo begitu merasakan ibunya mencubit pipinya dengan gemas.
"Kalau tidak ada apa-apa lalu kenapa kau terlihat sedih sekali? Apakah mungkin, pemuda itu tidak menghubungimu?"
"Ah masa? Apakah kalian bertengkar?"
"Sepertinya dia sudah terlalu merindukannya. Ah, jadi teringat masa-masa muda dulu."
Wajah Chleo memanas mendengar ibunya dan sepupunya bergantian menggodanya.
"Bukan. Aku bukan sedih karena itu. Aku hanya… aku hanya kecewa pada diriku sendiri."
"Mengapa?"
"Kalau seandainya aku lebih memperhatikan Hadley, maka kejadian seperti tadi tidak akan terjadi."
"Kalau kau merasa bersalah karena itu, bukankah itu berarti aku juga bersalah?" kali ini Abigail bergabung bersama mereka. "Aku juga bersamamu dan kita berdua sama-sama tidak peduli pada Hadley."
"Seharusnya aku lebih memperhatikannya."
"Yah, memang agak susah menyayangi sepupu yang sangat menyebalkan."
Cathy tertawa geli mendengar nada sarkas pada Evie. "Hush, tidak boleh bicara seperti itu. Biar bagaimanapun dia tetaplah sepupumu."
"Tidak. Dia bukan sepupuku." bantah Evie menolak mentah untuk mengakui Hadley sebagai sepupunya. "Kami sama sekali tidak memiliki hubungan darah."
Dan memang benar. Chleo serta Abi mungkin masih memiliki hubungan darah dengan Ewald dan anak-anaknya karena Ewald putra dari kakak kandung Joseph Regnz. Sementara Evie merupakan putri dari keponakan Vienna Regnz. Sehingga Evie sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Ewald.
Mereka semuanya saling berbincang-bincang dengan riang melupakan kejadian yang agak buruk di ruang makan beberapa saat yang lalu.
Ruangan yang mereka tempati saat ini berbentuk seperti aula dengan berbagai fasilitas yang bisa dipakai. Ada mini bar di dekat pintu balkon dimana para pria dewasa bisa menikmati berbagai macam minuman berakohol. Ada juga tivi besar yang dipasang di dinding sehingga anak-anak hingga orang dewasa bisa menonton film bersama disana.
Ada juga fasilitas permainan di sebelah tivi yang diatur di sebuah cabinet serba guna yang juga menempel di dinding dengan kokoh. Ada permainan lego, ada slimes ada juga pie face.
Di deretean paling bawah ada banyak kumpulan mobil-mobilan dan robot yang kini menjadi rebutan anak-anak laki. Karena ada Theo dan Meisya yang melerai akhirnya mereka semua bisa bermain bersama-sama dan bergantian bermain robot kesukaan mereka.
Tidak lama kemudian Kinsey muncul dan masuk kedalam dengan ekspresi tak bisa dibaca. Kinsey langsung menemui Stanley dan keduanya berbicara dengan serius. Setelahnya mereka memanggil anak-anak mereka.
Kinsey lalu melihat ke arah luka memar pada Moni dan tangan Meli yang kini sudah diobati.
"Aku sudah mendengar apa yang terjadi pada kalian. Apakah kalian baik-baik saja?"
Meli menganggukkan kepalanya sementara Moni menjawabnya dengan ceria. "Kami baik-baik saja, paman."
"Baguslah kalau begitu. Selama kalian baik-baik saja. Tapi ada satu masalah. Perempuan itu," sejujurnya Kinsey tidak ingin nama Hadley keluar dari mulutnya. "Ingin menuntut kakak kalian karena sudah mengerjainya. Sepertinya kakak kalian akan dihukum jika perempuan itu tidak berhenti menyerang."
Kedua anak perempuan yang memiliki kemiripan wajah layaknya saudara kembar sama-sama mengernyitkan kening mereka. Jelas sekali mereka tidak suka kakak mereka dihukum walaupun apa yang dilakukan mereka memang salah. Jika kakak mereka akan dihukum, maka perempuan yang telah melukai mereka juga seharusnya dihukum.
"Paman, jika kak Richard harus dihukum hanya gara-gara ini, apakah perempuan itu juga akan mendapatkan hukuman?"
"Tentu saja. Kalian pikir aku akan melepaskannya begitu saja setelah melukai kalian? Walaupun seandainya mereka memutuskan untuk tidak menghukum kakak kalian, aku tetap akan menghukumnya."
Stanley menepuk keningnya. Apakah harus dijelaskan begitu detail pada kedua anak bungsu tersebut? Mereka bahkan belum berusia sepuluh tahun!
"Kinsey, apakah tidak apa-apa kau bicara seperti itu pada mereka?"
"Memangnya apa yang salah? Putriku sudah mengetahui karakterku." sahut Kinsey dengan bangga sembari mengelus puncak kepala Meli mendapatkan senyuman geli putrinya.
"Baiklah, aku menyerah." ucap Stanley pasrah. "Jadi apa rencanamu?"
Kinsey menatap satu persatu mulai dari Kendrich, Melodie lalu disusul si kembar serta Harmonie.
"Aku akan membawa kalian menemui paman Vincent dan Opa Joseph." Kinsey menunjukkan seringaiannya yang khas membuat kelima anak itu membelalak ngeri. "Bersikaplah seolah kalian tidak mengenalku. Kalian juga," Kinsey melirik kearah kedua anaknya. "jangan memanggilku papa sebelum aku memanggil kalian. Mengerti?"
Kendrich serta Melodie menganggukkan kepala sambil menelan ludah dengan gugup. Ini pertama kalinya mereka melihat ayah mereka memasang muka mengerikan seperti para penjahat di film anak-anak yang pernah mereka lihat.
"Tapi kenapa kami harus bersikap seolah-olah tidak mengenal paman?" tanpa kenal takut Moni nekat bertanya karena tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Karena dengan begitu hukuman yang akan kuberikan akan jauh lebih menarik."
Semua orang yang melihat ekspresi Kinsey dan mendengar nada dingin namun antusias membuat semuanya berkeringat dingin.
Tuan besar Alvianc, itu terlalu ekstrim untuk didengar anak-anak.
"Bagaimana dengan Evie? Apakah dia tidak menuntut Evie karena sudah menamparnya?" Stanley bertanya karena penasaran apakah Hadley juga ingin membalas Evie.
"Dia sangat pengecut. Dia hanya berani melawan anak-anak. Dia tidak akan berani menuntut Evie ataupun mencari balasan pada anak itu. Lagipula dia juga mengenal siapa orang tua Evie. Dia tidak akan berani."
Stanley mengangguk mengerti. Ah, dia jadi ingin ikut kesana untuk melihat 'drama'. Tapi dia tidak ingin terlibat lebih dalam lagi dalam urusan keluarga Ewald Regnz, sehingga memilih membiarkan Kinsey yang membalaskan luka putrinya pada Hadley.
"Apa tidak apa-apa?" Katie khawatir masalah sepele seperti ini bisa menjadi besar dan akan merusak hubungan baik antara Cathy dengan keluarga Vincent.
"Tidak apa-apa. Aku tidak akan ikut campur jika mereka tidak melibatkan keluargaku. Tapi mau tidak mau aku harus turun tangan semenjak mereka mengusik putriku."
"Meli adalah putriku juga." protes Katie membuat Kinsey tertawa kecil seraya menarik kepala istrinya mendekat agar dia bisa memberikan kecupan ringan pada keningnya.
Tidak lama setelahnya, Kinsey mengajak kelima anak itu mengikutinya sambil menggandeng tangan mungil putri serta keponakan perempuannya.
Begitu sosok Kinsey serta lima anak kecil itu menghilang, Cathy menopang dagunya dengan sebelah tangannya sambil mendesah pasrah.
"Mama, apakah Hadley akan baik-baik saja? Sepertinya paman Kinsey marah sekali."
Cathy mengambil sejumput rambut putrinya kebelakang daun telinganya. "Semua ayah akan marah jika ada seseorang yang melukai anak-anak mereka. Ayahmu juga pernah sangat marah saat kau pernah diculik dulu."
"Kak Chleo pernah diculik? Kapan?" Diego tertarik mendengar kisah kakaknya dulu saat diculik. "Siapa yang menyelamatkan kakak? Bagaimana akhirnya kakak ditemukan?"
"Bukan hanya Chleo saja, kau juga waktu itu sempat diculik."
"Ah? Aku tidak ingat. Kapan itu terjadi?"
Cathy tertawa kecil melihat kedua anaknya sangat tertarik akan penculikan yang terjadi belasan tahun lalu di Jerman. Lalu dia menceritakan apa saja yang terjadi selama mereka liburan di Jerman. Rupanya ceritanya juga menarik perhatian lainnya dan turut mendengarnya dengan penuh perhatian.
Anak-anak remaja serta Evie merasa terkagum-kagum akan kemampuan Stanley yang memberi program pelacak pada gelang kaki Chleo dan juga ketika paman Kinsey yang menjemput Diego dan menangkap penculiknya.
Cathy tertawa melihat mata anak-anak serta para keponakannya yang dipenuhi kekaguman dan berbinar-binar. Saat ini dia mungkin sudah bisa tertawa dan mengenang masa-masa sulit itu sambil lalu.
Tapi jelas sekali, kala itu Cathy maupun Vincent tidak bisa tenang begitu mendengar kedua anak mereka menghilang. Hanya Stanley, Kinsey, Tanya, Joan serta Katie yang mengerti perasaan cemas begitu mendapat kabar Diego, Chleo beserta Meisya menghilang karena diculik.