My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Drama



Drama

0Tepat jam tujuh malam, semuanya berkumpul di ruang makan untuk menyantap makan malam bersama. Bedanya suasana di hall ruang makan tidak sesantai kemarin malam. Itu karena ada anggota tambahan berasal dari keluarga Ewald.     

Para orang dewasa menyambut kedatangan mereka cukup hangat, sayangnya tidak dengan anak-anak mereka.     

Semua anak-anak remaja termasuk Evie serta Theo bermuka masam dan tidak mau berbicara sama sekali. Meli serta Moni sengaja duduk didekat kakak-kakak mereka agak jauh dari orangtua mereka. Mereka semua sepakat untuk menyembunyikan luka mereka dari orangtua mereka.     

Diego serta Chleo tahu betul reaksi apa yang akan diberikan Kinsey nantinya begitu tahu tangan putrinya terluka. Karena itu mereka sepakat untuk menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Kinsey serta Stanley.     

Posisi duduk mereka kini dari ujung kanan dimulai dari Opa Joseph serta Oma Vienna, lalu disebelah kanan Opa Joseph ada Ewald bersebelahan dengan istrinya lalu disusul oleh Graham. Sementara Hadley dan Megan duduk disebelah Oma Vienna.     

Lalu selanjutnya barulah Cathy, serta lainnya yang mengisi tempat duduk disebelah Megan sementara Steve duduk disebelah Graham. Sementara anak-anak remaja lainnya duduk di ujung kiri diakhiri dengan Meli dan Moni yang duduk paling ujung kiri.     

"Hadley sayang, kenapa kau terlihat sedih sekali?" Oma Vienna yang masih belum tahu adegan kecil di area kolam renang tadi bertanya dengan lembut pada Hadley.     

"Tidak ada apa-apa."     

Megan yang mendengar jawaban dari kakaknya hanya memutar kedua matanya. Dia sudah tahu tindakan kakaknya yang telah membuat masalah pada saudara sepupu Chleo. Kini dia merasa malu dan merasa bersalah pada Chleo.     

"Kau tidak mau mengakui kesalahanmu?" bisik Megan ke telinga Hadley.     

"Memangnya aku salah apa? Evie yang menamparku."     

"Tapi kau yang memukul adiknya duluan. Bagaimana kalau Tuan besar Alvianc menolak memberi bantuan pada ayah? Kita datang kesini untuk menggaet Alvianc group."     

"Tenang saja. Aku tidak melukai anaknya. Semuanya akan baik-baik saja." jawabnya acuh.     

"Bagaimana kau bisa yakin anak itu bukan anaknya?"     

"Bukankah Tuan besar Kinsey Alvianc hanya memiliki seorang putra dan anak perempuan. Anak yang kulawan adalah anak kembar. Aku yakin sekali mereka bukan anak-anaknya."     

Megan menghela napas pasrah dan sungguh berharap anak-anak yang dipukul kakaknya memang bukanlah putri dari pemilik Alvianc grup.     

Sayang sekali, salah satu dari anak yang dikira saudara kembar oleh Hadley memang adalah putri bungsu dari Kinsey Alvianc dan cucu perempuan dari Marcel Alvianc. Kira-kira seperti apakah reaksi Hadley nantinya begitu tahu anak perempuan yang diinjaknya tadi sore ternyata merupakan putri kesayangan Kinsey Alvianc?     

Di meja panjang bagian barat beberapa anak-anak berpura-pura menyantap hidangannya sambil berbincang-bincang riang. Namun sebenarnya sesekali mereka akan melirik ke meja bagian timur, tepatnya ke arah Hadley.     

Mereka saling mengedipkan mata seolah sedang berkomunikasi melalui kedipan mata. Diego sempat menangkap apa yang sedang dilakukan Celdrich, Henrich serta Kendrich. Itu bukan kedipan biasa, tapi kode rahasia. Diego yang mengajari mereka saat hendak mengerjai para pemuda yang akan mendekati Chleo.     

Diego tersenyum miring melihatnya. Sepertinya adik-adik sepupunya akan bersikap usil pada seseorang. Dia merasa kasihan pada target mereka, tapi Diego membiarkannya karena dia tahu target mereka adalah Hadley.     

Diego bersenandung riang tidak sabar melihat sebuah 'drama'.     

Tidak lama kemudian, Kendrich tidak sengaja menjatuhkan sendoknya lalu membungkuk untuk mengambil sendok. Anehnya, anak itu tidak kunjung muncul membuat Diego merasa penasaran.     

Diego melirik si kembar Calvins yang saling berbisik lalu salah satunya beranjak dari sana dan pergi menuju ke kamar mandi. Awalnya Diego ingin mencari tahu lebih banyak lagi namun Katie mengajaknya bicara.     

"Diego, apa aku tidak salah lihat? Sepertinya hari ini kakakmu jadi pendiam."     

Diego melirik ke arah kakaknya yang duduk bersebelahan dengan Priscilla. Dia memakan makanannya dengan enggan dan wajah muram.     

"Apakah terjadi sesuatu?"     

"Aku juga tidak tahu. Tadi kak Chleo menemani anak-anak paman Ewald jadi kami tidak bersama saat kami berenang."     

"Oh, rupanya begitu. Kalau begitu apa yang sudah terjadi di kolam renang?"     

"Ah?"     

"Sesuatu terjadi di kolam renang kan? Meskipun kalian sudah memberinya bedak, aku masih bisa melihat ada bekas kebiruan pada bibir Moni. Apakah dia terjatuh?"     

"Ah itu…" Diego tidak tahu harus bicara apa untuk menjawab pertanyaan wanita itu. "Ceritanya panjang. Mungkin kak Evie akan memberitahu bibi. Dia yang lebih tahu." Dengan liciknya Diego melempar pertanyaan tersebut pada Evie.     

Lagipula dia memang tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak tahu bagaimana Hadley bisa menancapkan hak sepatunya ke tangan Meli dan tidak tahu bagaimana Hadley memukul hingga membuat luka pada bibir Moni. Yang dia tahu, Evie ada disana bersama dua anak malang itu setelah memberikan tamparan keras pada Hadley.     

Kalau dilihat-lihat, pipi Hadley memang agak bengkak tapi sudah tidak ada bekas tamparan dari telapak tangan manusia. Juga tidak ada bekas kebiruan atau merah seperti habis ditampar. Beruntung sekali wanita itu! Sarkas Diego.     

Kendrich yang tadinya sempat menghilang kini telah muncul dengan senyuman sumringah membuat Diego tersadar. Kendrich telah menyelinap dibawah meja untuk melakukan sesuatu. Lagipula meja persegi panjang ini sangat panjang dan lebar membuat orang dewasa sekalipun bisa merangkak di tengah-tengah tanpa takut menyentuh kaki-kaki di dua sisi. Apalagi meja ini diberi taplak yang panjang hingga menutupi ujung kaki mereka sehingga tidak akan ada yang sadar seseorang telah merangkak di bawah meja.     

Diego melirik ke bangku dimana si kembar duduk dan persis yang diduganya Richard belum kembali dari toilet.     

Setelah menu utama telah dihabiskan, ada makanan penutup berupa pudding dan es krim yang khas berasal dari pulau tersebut. Para pelayan mulai muncul untuk mengambil piring kotor dan mengisi ulang minuman mereka. Kemudian mereka muncul kembali sambil membawa makanan penutup yang sangat dinantikan.     

Semuanya saling berbincang-bincang dengan gembira sama sekali tidak menyadari Richard telah muncul diam-diam mengikuti salah seorang pengantar makanan.     

Tepat saat pelayan tersebut hendak membagi makanan penutup pada deretan meja Hadley, Richard berlari sekencang-kencangnya dan menabrak pelayan tersebut membuat nampan makanan penutupnya tertumpah persis ke atas kepala Hadley membuat wanita itu berteriak kencang.     

Berbagai macam pudding keluar dari mangkuknya dan mengotori rambut hingga baju Hadley yang terlihat mahal.     

"Apa yang kau lakukan? Dasar pelayan tidak berguna! Lihat bajuku! Jadi kotor semua!!!"     

Megan berusaha menarik siku kakaknya untuk menenangkannya, sementara Ewald hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya yang membuatnya malu.     

"Maafkan saya, saya tidak sengaja." pelayan tersebut membungkuk badan sambil melirik ke arah Richard dengan tatapan pasrah.     

"Ah, maaf. Tadi aku yang menabraknya. Maaf, aku tidak sengaja." Richard mengatakannya dengan nada lantang meskipun suaranya masih terdengar imut karena dia masih dalam masa pertumbuhan.     

"Ha! Kau pasti melakukannya dengan sengaja, iya kan?" tantang Hadley yang masih tidak mau mengalah juga.     

"Entahlah. Aku memang berlari dengan sengaja karena ingin segera memakan es krimku." Richard mengatakannya dengan tampang polos tak berdosa, lalu melanjutkan kalimatnya dengan setengah berbisik agar hanya Hadley yang mendengar suaranya. "Tapi apakah aku sengaja menabraknya untuk merusak penampilanmu atau tidak…" Richard sengaja menghentikan kalimatnya untuk memberi tatapan tajam yang dia pelajari dari ayahnya. "Bagaimana menurutmu?"     

Hadley membelalak tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Anak remaja itu memberinya seringaian yang tidak normal! Siapa anak ini?!     

Richard berjalan santai kembali ke tempat duduk membuat hati Hadley semakin mendidih dan ingin membalas anak tersebut. Dia langsung bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya lebar-lebar tanpa sadar ada sebuat tali yang mengikat kakinya pada kaki meja yang kokoh.     

Alhasilnya…     

Bruk!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.