My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Theo vs Kembar Duo



Theo vs Kembar Duo

2Sore harinya, Vincent, Cathy beserta Joseph dan Vienna bercakap-cakap ria dengan Ewald dan Rebecca di sebuah kafe didalam resort. Vincent tidak perlu takut keduanya akan menghina istrinya karena selama ada Tuan besar Joseph, mereka tidak akan berani macam-macam.     

Sementara di kebun bunga yang indah ada Abi dan Chleo yang menemani tiga bersaudara itu sambil berbincang-bincang. Awalnya mereka hanya berbasa-basi lalu membicarakan kisah cinta. Kebanyakan, Graham hanya mendengarkan karena dia tidak bisa memahami isi gossip wanita, namun dia tidak merasa bosan karena sesekali dia akan melirik ke ponselnya untuk saling bertukar chat dengan kekasihnya.     

Sementara Hadley yang sulit untuk bergabung dengan ketiga perempuan yang sedang bergosip ria, mulai merasa bosan dan akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri.     

Padahal awal rencana mereka adalah menahan keluarga Ewald untuk bertemu dengan anggota keluarga Cathy lainnya. Mereka sengaja menempatkan mereka agak jauh terpisah dari lainnya. Saat ini orang dewasa pergi ke pantai menikmati sinar matahari yang cukup terik untuk ukuran musim dingin sementara anak-anak remaja bermain di kolam renang yang sangat besar dengan berbagai macam fasilitas permainan air.     

Vincent menahan pasangan Ewald-Rebecca di kafe, sementara Chleo dan Abigail menahan tiga bersaudara tersebut. Sebenarnya, mereka tidak masalah mempertemukan sepupu Regnz ke sepupu lainnya kalau seandainya tidak ada Hadley.     

Sayangnya… Abi serta Chleo terlalu asyik bergosip ria menghiraukan Hadley, sehingga mereka tidak sadar Hadley sudah tidak bersama mereka dan kini berjalan menuju ke arah kolam renang dimana anak-anak remaja sedang bermain.     

"Apakah kau bisa menahan napas didalam air?" tantang Raymond pada Theo.     

"Serius menantangku? Aku ini ahli menyelam lho."     

"Ish. Orang yang jago menyelam belum tentu bisa menahan napas didalam air." sambung Richard yang tidak mau kalah.     

Theo mendesah. Kenapa tiap kali mereka bertemu, pasangan si kembar ini suka sekali menantangnya?     

"Heh, menarik sekali. Aku yang akan menjadi wasitnya."     

Theo menepuk keningnya mendengar ucapan Diego. Kenapa anak ini malah memberi minyak didalam api?     

"Hei, semuanya! Siapa yang mau lihat kontes menahan napas dalam air antara kak Theo dengan si kembar R?"     

"Yey!!" seru semuanya bersemangat sambil melayangkan pandangan ke arah Theo dan si kembar R yang sudah berada di tepi kolam.     

"Kenapa kalian tidak menantangnya saja?" Theo berusaha mengalihkan target tantangan si kembar pada Diego.     

"Aku tidak bisa menahan napas dalam air ya. Aku tidak begitu ahli berenang." potong Diego cepat sebelum si kembar berubah pikiran. "Ah, mungkin kalian bisa menantang kak Chleo begitu kakak menyusul kemari."     

Si kembar langsung cemberut mendengarnya. "Kami pasti kalah kalau lawan kami adalah kak Chleo."     

Theo serta Diego tertawa kecil mendengarnya. Memang benar, diantara semua anak-anak disini, hanya Chleo yang bisa berenang dengan berbagai gaya serta menyelam tanpa menggunakan alat bantu setidaknya selama beberapa menit.     

"Baiklah. Semuanya sudah siap? Kontes menahan napas didalam air dimulai sekarang."     

Begitu mendengar aba-aba, tiga kepala langsung tenggelam dan tak terlihat di atas permukaan lagi.     

Sementara itu Hadley baru saja tiba di dekat area kolam renang dan hendak melanjutkan langkahnya ketika mendengar suara ramai di daerah kolam renang. Dia berjalan masuk membuka pintu menuju ke kolam renang terbuka dan sangat terkejut melihat ada begitu banyak anak-anak remaja bermain disana.     

Satu, dua, tiga… Hadley menghitung total anak-anak tersebut yang ternyata berjumlah delapan. Lalu dia menyunggingkan senyuman mirig khasnya karena akhirnya dia memiliki tempat pelampiasan rasa kebosanannya.     

Seharian ini dia merasa jengkel setengah mati karena Megan dan Graham yang seharusnya dipihaknya malah bersantai ria dengan dua perempuan yang paling dibencinya. Dia merasa kesal, dia merasa jengkel, dia merasa frustrasi hingga ingin menghancurkan apa saja yang dilihatnya.     

Tentu saja dia harus menahan diri karena dia tahu, Tuan besar Joseph Regnz ada di tempat ini. Dia tidak bisa membuat pria tua itu marah besar atau membuat jembatan bagi pria itu dengan ayahnya. Dia harus bersikap baik dihadapan pria itu.     

Sementara untuk anak-anak remaja ini, dia tidak tahu mereka anak siapa dan dia tidak peduli. Saat ini dia ingin melampiaskan segala amarahnya dan anak-anak itu adalah target yang tepat.     

Hadley berjalan mendekat ke arah anak perempuan yang sedang duduk di tepi kolam. Anak itu berambut merah gelap dan memiliki kulit yang halus dan bersih. Hadley sempat melihat wajah anak itu dan seketika hatinya dilanda rasa cemburu yang hebat.     

Padahal masih anak-anak, tapi kenapa wajahnya begitu cantik membuat dirinya tidak percaya diri akan kecantikannya sendiri. Dia merasa iri dan ingin membuat anak itu menangis dan memohon belas kasihan dihadapannya.     

Posisi duduk anak itu sangat sempurna karena tangannya terbuka bersandar pada lantai sementara wajahnya fokus ke arah tempat lain… tepatnya ke arah anak-anak remaja yang lebih besar berkumpul. Anak itu juga sama sekali tidak menyadari kehadirannya karena posisi anak itu agak sedikit membelakanginya.     

Hadley berjalan santai mendekat dengan sepatu hak tingginya lalu menekankan hak lancipnya ke punggung tangan anak itu membuat anak itu memekik kesakitan dan langsung menarik tangannya.     

Ajaibnya, pekikan anak itu tidak begitu keras sehingga tidak menarik perhatian lainnya membuat Hadley bersorak dalam hati.     

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja menginjak tanganmu." sahut Hadley dengan nada tanpa bersalah ataupun ekspresi menyesal apapun.     

Ayo menangislah. Rasanya pasti sakit sekali kan? Ayo, tunjukkan air matamu. Sorak Hadley dalam hati tidak sabar ingin sekali melihat wajah cantik anak itu menjadi jelek karena penuh air mata.     

Anehnya, mata anak itu sama sekali tidak menunjukkan air mata. Justru sebaliknya, anak itu memandangnya dengan tatapan yang sangat tajam sanggup membuat bulu kuduknya merinding.     

Dengan santai anak itu bangkit berdiri sambil mengusap punggung tangannya yang agak kemerahan menandakan anak itu memang merasa kesakitan. Namun anak itu tidak bicara dan berjalan cuek seolah Hadley adalah hantu yang tidak perlu dianggap. Sikap anak itu membuatnya semakin kesal dan marah.     

Lalu dia menjambak rambut merah anak itu dengan kasar dan mendekap mulutnya agar tidak menarik perhatian. Dengan hentakan yang kuat, Hadley menarik tubuh anak itu semakin jauh dari kerumunan.     

Sementara itu di kerumunan, Richard duluan yang menghentakkan kakinya di lantai kolam membuat tubuhnya meluncur keatas dan langsung menghirup oksigen dalam-dalam.     

"Richard kalah." sahut Kenken sambil tertawa meledek yang jenaka.     

Tidak lama kemudian Raymond menyusul saudaranya barulah yang terakhir yang muncul ke permukaan adalah Theo sebagai pemenangnya.     

"Sudah kubilang apa. Butuh beberapa tahun lagi untuk menang melawanku." ucap Theo dengan bangga.     

"Aku juga ingin mencobanya." seru Kenken dengan antusias.     

"Kau ingin menantangku?" rasanya Theo sudah tidak bisa lagi menahan napas selama tadi jika harus melakukannya lagi.     

"Tentu saja tidak. Aku ingin menantang kalian berdua. Hahahaha."     

"Baiklah, siapa yang takut?" si kembar duo menerima tantangan Kenken sambil cekikikan.     

"Asyik. Meli! Coba lihat kehebatan kakakmu ini ya. Lho, dimana Meli?"     

Barulah semuanya menyadari Melodie tidak ada bersama mereka.     

"Moni juga tidak ada. Dimana dia?" seketika Richard merasa khawatir karena tidak bisa melihat adiknya.     

"Mungkin mereka ke kamar mandi. Aku akan mencarinya. Kalian tunggu disini."     

"AAAAAAAAAA!!!!"     

Serempak mereka semua tanpa terkecuali keluar dari air dan menuju ke sumber suara teriakan tersebut.     

Suara tersebut bukanlah suara anak kecil, tapi entah kenapa mereka sama-sama merasakan suara tersebut ada hubungannya dengan dua adik termuda mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.